"Pria itu?" Alexa menundukkan kepalanya, setelah tak sengaja bertemu pandangan dengan netra berwarna abu muda, milik lelaki yang baru saja turun dari mobil.
"Kau benar-benar datang menepati janjimu, bocah kecil," ucap lelaki itu.Ya. Alexandra menepati janjinya, setelah 2 tahun lalu, lelaki yang berada di hadapannya saat ini pernah menolongnya. Memberikan bantuan, untuk membantu perusahaan daddy-nya kembali bangkit.Alexa sempat berpikir untuk menjual diri, demi mendapatkan uang dengan jumlah yang sangat besar, dalam waktu singkat. Untuk menolong perusahaan sang daddy, yang hampir saja disita oleh bank. Namun, dia sadar jika perbuatannya diketahui oleh media, bukan tidak mungkin nama perusahaan dan keluarganya akan tercoreng."Ya, aku datang. Terima kasih, sudah menolongku saat itu. Aku benar-benar tidak tahu jika saat itu tidak bertemu denganmu, Tuan Ef," kata Alexa.Lelaki yang dipanggil Tuan Ef itu, menarik satu sudut bibirnya dan menatap Alexandra penuh maksud."Aku sudah yakin, kau adalah gadis yang bisa dipercaya," imbuh Ef.Dua tahun yang lalu. Alexandra sangat frustasi, dia tidak ingin perusahaan keluarganya yang sudah dibangun jauh sebelum dirinya lahir, kolaps begitu saja akibat ditipu rekan bisnis sang daddy. Saat itu juga, dia bertemu dengan lelaki yang usianya 15 tahun di atasnya, Ef.Tanpa banyak pertanyaan, Ef langsung menawarkan bantuan apa pun yang sedang Alexa butuhkan."Apa dia benar-benar ingin membantuku?" batin Alexa.Di dunia ini tidak boleh ada yang Alexa percaya. Begitulah pesan sang mommy, tetapi saat ini, Alexa sangat membutuhkan bantuan itu, Alexa pun memberitahu jumlah uang yang dia butuhkan."Itu sangat kecil untukku, aku akan memberikan cek untukmu," ujar Ef tanpa ragu."Sebelum itu, tanda tangan dulu di sini," kata Ef, memberikan selembar kertas kosong pada Alexa.Alexa menerimanya, membolak-balikkan kertas kosong tersebut. Setelahnya dia menatap Ef, dengan keheranan."I-ini tidak salah, Tuan? Untuk apa aku tanda tangan di kertas yang kosong?" tanya Alexa."Tanda tangan saja atau aku tidak akan membantumu," kata Ef, membuat Alexa takut untuk menolaknya."Kau tidak perlu takut, saat ini aku belum memikirkan imbalan apa yang aku inginkan darimu," kata Ef."Imbalan?"Ef tersenyum penuh arti, membuat Alexa sedikit tak nyaman. "Kau pikir, semua itu gratis? Jangan naif, di dunia ini tidak ada yang gratis, Alexa."Alexa tidak tahu harus berbuat apa setelah mendengar ucapan Ef. Dia tidak bisa menolak, dia membutuhkan cek tersebut, untuk membantu perusahaan sang daddy agar tidak gulung tikar."Baiklah, aku akan tanda tangan," ucap Alexa, kemudian membubuhkan tanda tangannya di sana."Good girl. Sampai bertemu dua tahun lagi, di tempat ini, jam yang sama, bulan dan tanggal yang sama. Kau mengerti Alexa?" tanya Ef, yang dengan cepat Alexa angguki.****Saat ini, Alexa sudah berada di apartemen Ef, sesuai permintaan Ef."Kau benar-benar sangat penurut, Alexa. Duduklah!" pinta Ef, yang sejak kedatangan Alexa, Ef sudah duduk di sofa ruang tamu, dengan kedua kakinya yang berada di atas meja.Alexa pun duduk di sebrang Ef, jantungnya berdegup kencang karena rasa takutnya. Dia belum pernah melakukan kerjasama apa pun dengan lelaki, apalagi usianya 15 tahun di atas Alexa."Sebenarnya ada apa, Tuan memintaku untuk datang ke sini?" tanya Alexa.Ef menyerahkan satu lembar kertas yang sudah terisi dengan huruf. Memang tak banyak yang tertulis di dalam kertas tersebut, tetapi tetap membuat Alexa terkejut."Baca ini, ini adalah perjanjian kerjasama kita, yang pernah kamu tandatangani dua tahun yang lalu," ucap Ef.Alexa mulai membaca lembar kertas tersebut."Pihak Pertama adalah Ef dan pihak kedua adalah Alexandra Johnson. Pihak kedua bersedia bekerjasama dengan pihak pertama, dan menuruti apa saja yang diperintahkan pihak pertama. Termasuk menjadi mata-mata dari Ef." Membaca perjanjian tersebut, sukses membuat kedua bola matanya membulat sempurna."Kapan aku menandatangani perjanjian ini?" Alexa tak merasa pernah menandatangani itu."Dua tahun yang lalu saat kau menandatangani kertas kosong ... inilah kontrak kerjasama kita," ucap Ef."Aku akan memberi tahu tugas awalmu. Kau sudah menyiapkan berkas-berkas yang aku minta?" tanya Ef.Alexa mengangguk, kemudian menyerahkan berkas yang Ef minta. "Ini, Tuan."Ef mengambil dan memeriksa berkas tersebut. Lelaki itu mengangguk senang."Mulai besok, bawa berkas ini dan melamarlah di perusahaan Williams Group. Sebagai asisten pribadi Arley Williams," ucap Ef."W-Williams Group, apa aku tidak salah mendengar? Itu perusahaannya yang—""Yang menipu perusahaan daddy-mu," sela Ef.Alexa membekap mulutnya sendiri, Ef banyak mengetahui tentang dia dan keluarganya. Alexa menggeleng, dia tidak mungkin melamar pekerjaan di sana, orang tuanya pasti akan marah jika mengetahuinya."Untuk apa aku bekerja di sana? Aku sedang tidak ingin bekerja," kata Alexa."Ini adalah pekerjaan untukmu Alexa. Pekerjaanmu saat ini adalah menjadi mata-mataku, untuk memata-matai Arley Williams dan perusahaannya," kata Ef."Ingat, kamu sudah menandatangani kertas tersebut."Lagi-lagi dia tidak bisa berkutik saat Ef mengingatkannya mengenai kontrak perjanjian mereka."Saat ini, CEO dari Williams Group. Sedang mencari seorang asisten pribadi dan ini kesempatan untukmu, agar bisa masuk ke dalam perusahaan itu, Alexa," kata Ef.Apa-apaan ini? Bagaimana bisa, dia seceroboh itu menandatangani kertas yang bahkan dia sendiri tidak tahu, apa yang akan menjadi kerjasama antara mereka."Jika aku menolak, apa yang akan terjadi?" tanya Alexa.Ef terkekeh."Ada banyak kerugian yang akan kamu terima." Ef membalikan kertas tersebut dan di sana sudah jelas tertulis, mengenai kerugian yang Alexa dapatkan jika mencoba memutuskan kerjasamanya."Namun, untuk saat ini kamu tidak perlu tahu apa kerugian itu," ucap Ef.Alexa hanya menghela napasnya, mendengar ucapan Ef. Dia benar-benar terjebak, memang benar apa yang diucapkan mommy-nya. Tidak ada satu pun orang di dunia ini, yang bisa dipercaya. Termasuk Ef, bantuan yang Ef tawarkan, membuat Alexa terjebak di dalamnya."Sampai berapa lama, aku bekerja denganmu, Tuan?""Belum bisa kupastikan," jawab Ef, "ah iya, panggil saja aku Ef.""Sebenarnya terdengar tidak sopan, tetapi aku akan pikirkan lagi. Kalau begitu aku permisi," ucap Alexa.Pagi ini, Alexandra sudah berada di Williams Group, dia diantar oleh Ef untuk sampai di sana."Jangan tegang seperti itu," ucap Ef.Mudah sekali Ef mengatakan itu, sementara kening Alexa sudah berkeringat, menahan segala ketakutannya."Apa yang kau pikirkan? Ayo cepat keluar dan datang ke front office. Katakan, kau akan melamar pekerjaan sebagai asisten pribadi CEO!" perintah Ef."Aku belum siap, kita undur besok saja ya, Tuan," kata Alexa."Keluar." Suara itu terdengar sangat datar dengan tatapan yang tertuju pada Alexa.____Alexa baru saja sampai di front office, sesampainya di sana dia melakukan apa yang diperintahkan Ef tadi."Anda bisa tunggu sebentar, aku akan menghubungi ruangan Tuan Arley," kata staf di sana.Sementara staf itu menghubungi ruangan Arley, tatapan Alexa terfokus pada seorang wanita yang menangis, berjalan ke arahnya."Nona, Anda kenapa?" tanya Alexa."Aku ditolak, CEO di sini sangat kejam."Alexa menelan kasar air liurnya. Bagaimana jika dia juga ditolak, dia sama sekali tidak memiliki pengalaman apapun. Alexa segera membawa langkahnya menjauh dari sana.Dia tidak peduli jika Ef akan memarahinya."Nona Alexa! Anda sudah diminta datang ke ruangan CEO!" teriak staf tadi.Dengan langkah berat, Alexa masuk ke dalam ruangan CEO, yang sudah dia ketahui lebih dulu namanya, Arley Williams. "Permisi," ucap Alexa. "Berjalanlah lebih cepat, dan duduk. Jangan membuang waktuku." Arley berucap sembari memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Napas Alexa mendadak berat, setelah melihat sendiri betapa dinginnya seorang Arley Williams. "Sekarang aku lebih berharap, aku tidak diterima bekerja di sini," batin Alexa. Wanita berusia 22 tahun itu pun, berjalan mendekat pada meja kerja Arley, di mana lelaki itu sedang duduk angkuh di kursi kebesarannya. "Duduk." Sekali lagi lelaki itu memerintahkan Alexa agar duduk. Agaknya Arley tak senang jika melihat orang terlalu lambat. "Iya, Tuan." Alexa duduk di kursi yang berada di seberang meja Arley. "Siapa namamu?" "N-namaku?" tanya Alexa sembari menatap Arley kebingungan. "Bukan. Vas bunga!" Suara Arley terdengar sedikit meninggi. Membuat Alexa semakin gugup. Namun, dia tidak ingin dibuat menangis oleh
Alexa terpaksa menolak Ef dan meminta bertemu di jam makan siang. Lagi pula, ini adalah hari pertamanya bekerja, bukankah itu juga keinginan Ef yang memintanya bekerja di sana. Setidaknya Ef harus mengerti sedikit posisi Alexa. Beruntung Ef menerima alasan Alexa dan mereka akan bertemu di jam makan siang. "Akhirnya, Tuan Ef mengerti juga," gumam Alexa. Setelahnya, dia mengikuti langkah Arley, tetapi berakhir di ruangan yang berbeda. Alexa membuka pintu ruangannya di mana sudah ada seorang lelaki yang berada di dalamnya, dan duduk di meja kerjanya. "Permisi, apa kau—" "Namaku Alvin, aku asisten pribadi Tuan Arley Williams," ucap lelaki bernama Alvin itu. Tunggu! Alexa tidak mengerti, apa itu artinya Alexa sudah dipecat sebelum bekerja? "Aku baru saja melamar kemarin dan diterima menjadi asisten pribadi Tuan Arley," ujar Alexa. Wanita itu masih menampilkan wajah kebingungannya. "Ya, aku tahu." Alvin berucap sangat singkat dengan wajah yang datar. "Lalu, kenapa kamu masih beker
Alexa benar-benar harus berpikir keras, tentang bagaimana caranya dia bisa menjalankan tugas dari Ef. "Bagaimana ini? CEO muda itu, jarang sekali keluar dari ruangannya. Bahkan makan siang saja di ruangannya." Alexa tampak berpikir di dalam kamarnya. "Kira-kira ada masalah apa sebenarnya Tuan Ef dan Tuan Arley? Sepertinya sangat serius, dan apa yang diinginkan Tuan Ef, hingga memintaku meng-copy file yang ada di dalam laptop Tuan Arley?" Alexa mendaratkan bokongnya di ranjang dan merebahkan tubuhnya di sana. Matanya mulai terpejam. "Kenapa aku harus berada di antara kedua Om-om itu?" kekeh Alexa. Perlahan Alexa mulai merilekskan tubuh dan pikirannya. Tak butuh waktu lama, dia pun tertidur setelahnya. **** Sejak Alexa mulai bekerja, Steve dan Daisy tak pernah lagi sarapan bersama dengan putrinya. Alexa selalu membawa bekal dan memakannya di mobil. "Bekerja di mana sebenarnya anak itu?" tanya Steve pada istrinya. "Katanya sih perusahaan besar penyedia jasa design interior," jawa
"Kau bodoh sekali Alexa! Hanya pekerjaan kecil seperti itu kamu tidak becus!" Ef menatap Alexa penuh kemarahan. Baru tugas pertama saja Alexa sudah gagal dan membuatnya kesal. "Itu di luar dugaanku, Tuan. Aku sudah hampir berhasil, tetapi Alvin masuk ke dalam ruangan CEO Arley. Itu sangat mendadak, aku tidak sempat bersembunyi," ungkap Alexa. Lagi, ada saja yang membuat Ef kesal. Wanita yang ia tugaskan untuk memata-matai Arley, nyatanya sangat ngeyel, ada saja jawaban yang keluar dari bibir wanita itu. "Apa saja informasi yang kamu ketahui hari ini?" tanya Ef. "Itu ... CEO Arley hari ini ada meeting dengan perusahaan ...." Alexa terdiam tidak bisa melanjutkan ucapan. "Perusahaan apa?" "Aku tidak tahu, aku belum sempat menanyakan," jawab Alexa. Ef meremas rambutnya sendiri. "Keluar dari ruanganku, kembali ke kantormu dan berikan informasi apa pun padaku mengenai Arley dan perusahaannya, dan ingat. Jika kamu tidak bisa memberi informasi dari Arley ataupun ruangannya, kamu tentu
Sesuai dengan keinginannya, pagi ini Alexa datang ke kantor bukan untuk bekerja, melainkan untuk mengajukan pengunduran dirinya. Wanita itu langsung berjalan ke ruangan Arley dengan memegang berkas pengunduran diri yang akan dia serahkan kepada CEO di sana. "Selamat pagi," sapa Alexa. Arley memerhatikan kedatangan Alexa yang tak membawa sarapan untuknya bahkan secangkir kopi pun tidak terlihat di tangan wanita itu. "Kau tidak membawakan sarapan untukku?" Arley menatap Alexa penuh kebingungan. Tidak menjawab. Alexa justru menyerahkan berkas yang berada di tangannya pada atasannya itu. "Silakan dibaca! Itu surat pengunduran diriku, mulai saat ini aku tidak lagi bekerja di sini dan aku bukan teman kencanmu lagi!" kata Alexa. Wanita itu menatap Arley seakan ingin menenggelamkan Arley di dasar lautan. Dia merasa terhina, dijadikan mata-mata dan diperintahkan seenaknya. Dengan Ef saja, sejujurnya dia muak. Apalagi kini dibohongi dan dijanjikan bekerja sebagai asisten, nyatanya justru
"Tidak! Aku tidak mau menuruti kontrak konyol ini!" "Kalau begitu kau tidak bisa memutuskan kerjasama kita secara sepihak, di sini aku yang berhak. Tugasmu hanya menurut!" Ef menatap tajam pada Alexa. Baik Alexa maupun Ef, mereka saling berpegang pada keinginannya sendiri. Cukup lama tatapan elang mereka terkunci, sampai Alexa memutusnya lebih dulu dan hendak meninggalkan ruangan Ef. Dengan sigap, Ef menahan lengan Alexa dan tak membiarkan wanita itu dengan sangat mudah meninggalkan ruangannya. "Apa? Lepaskan!" Setengah berteriak, Alexa tak suka Ef menyentuhnya. "Aku minta tarik kembali ucapanmu yang menginginkan memutuskan kerjasama kita!" pinta Ef penuh penekanan. Mendengar itu, napas Alexa naik turun. Dengan penuh keterpaksaan, Alexa menarik kembali ucapannya, karena dia tidak akan bisa memenuhi syarat untuk memutuskan kerjasama tersebut. "Aku minta maaf sudah membuatmu marah dan aku akan tetap bekerja sebagai mata-matamu, Tuan," ucap Alexa dengan wajah yang menunduk. Ef, se
Siang ini Alexa langsung menerobos masuk ke dalam ruangan Arley, setelah mengetahui penghuni ruangan tersebut sudah pergi untuk makan siang dengan para klien. "Akhirnya aku bebas di sini," gumam Alexa sembari tersenyum puas. Alexa segera mendekati meja kerja Arley dan memeriksa laptop sang atasan. "Kali ini aku harus mendapatkan semua yang penting dari laptop tuan Arley." Alexa segera menghubungkan flash disk yang dia bawa, saat laptop Arley berhasil dihidupkan sempurna. Tidak membutuhkan waktu lama, Alexa mendapatkan beberapa file penting yang ada di sana. Buru-buru wanita itu meng-copy-nya. "Oh, aku pintar sekali." Alexa bergumam saat berhasil mendapatkan file penting itu. Merasa masih memiliki waktu yang banyak, dia memeriksa beberapa tumpukan berkas. Berharap bisa menemukan apa yang menjadi alasan menipu perusahaan keluarganya. "Seharusnya di sini masih ada kontrak kerjasama atau semacamnya dengan perusahaan daddy," imbuh Alexa. Sayangnya Alexa tak menemukan apapun di sana,
Suara teriakan Arley terdengar hingga ke ruangan Alexa. Teriakan itu terdengar menyeramkan di telinga Alexa, dia tahu bahwa atasannya pasti sedang ada masalah mengenai pekerjaannya.Didorong rasa penasaran, Alexa segera keluar dari ruangannya dan sedikit menguping dari luar ruangan Arley. Tidak! Tidak hanya itu. Alexa juga mengintip dari celah pintu.Ada beberapa staf dan juga Alvin di sana, Arley tampak begitu marah pada mereka. Alexa menajamkan pendengarannya, agar bisa mengetahui apa yang sedang terjadi pada Arley."Jangan berpura-pura lagi di hadapanku! Kalian pasti tahu kenapa desain yang seharusnya aku berikan untuk Moon Grup, bisa sama persis dengan perusahaan lain! Siapa di antara kalian yang membocorkannya?"Arley menatap bawahannya sangat tajam rahangnya mengeras, tangannya mengepal. Dia tidak menyangka desain yang seharusnya dibeli oleh perusahaan Moon Group, nyatanya malah dituduh mencuri ide dari perusahaan desain lain. Dan membuatnya menjadi batal mendapatkan keuntungan d
"Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas