Beranda / CEO / Mata-mata sang CEO / Bab 8 Mencuri Data Penting

Share

Bab 8 Mencuri Data Penting

Siang ini Alexa langsung menerobos masuk ke dalam ruangan Arley, setelah mengetahui penghuni ruangan tersebut sudah pergi untuk makan siang dengan para klien.

"Akhirnya aku bebas di sini," gumam Alexa sembari tersenyum puas.

Alexa segera mendekati meja kerja Arley dan memeriksa laptop sang atasan.

"Kali ini aku harus mendapatkan semua yang penting dari laptop tuan Arley." Alexa segera menghubungkan flash disk yang dia bawa, saat laptop Arley berhasil dihidupkan sempurna.

Tidak membutuhkan waktu lama, Alexa mendapatkan beberapa file penting yang ada di sana. Buru-buru wanita itu meng-copy-nya.

"Oh, aku pintar sekali." Alexa bergumam saat berhasil mendapatkan file penting itu.

Merasa masih memiliki waktu yang banyak, dia memeriksa beberapa tumpukan berkas. Berharap bisa menemukan apa yang menjadi alasan menipu perusahaan keluarganya.

"Seharusnya di sini masih ada kontrak kerjasama atau semacamnya dengan perusahaan daddy," imbuh Alexa.

Sayangnya Alexa tak menemukan apapun di sana, hal itu membuatnya tidak puas. Dia pun memeriksa lemari kecil yang digunakan untuk menyimpan banyak berkas.

"Aku yakin di sini pasti ada," kata Alexa.

Satupun tak ada yang terlewat, Alexa benar-benar memeriksa semua berkas yang ada di sana.

"Apa-apaan ini?"

Pencarian Alexa tak membuahkan hasil, sudah setengah jam dia berada di dalam ruangan Arley. Namun, satu pun tidak ada sisa berkas kontrak bersama perusahaan JN Corp.

"Aku akan mencarinya lagi nanti, yang terpenting aku sudah mendapatkan file-file ini," gumam Alexa sembari memegang flash disk di tangannya.

Dia berjalan dengan cepat ke arah pintu, dan menekankan kenop pintu untuk segera keluar dari sana.

"Alexa? Sedang apa kau di sini?" tanya Alvin.

Tak hanya Alvin, Arley pun sudah berada di sana. Kedatangan kedua lelaki itu membuat Alexa terkejut bukan main.

"Ak-aku. Aku hanya sedang membereskan ruangan Tuan Arley saja," jawab Alexa.

Arley segera membuka pintu dan melihat ruangannya, kemudian menatap Alexa dengan penuh tanda tanya.

"Apa yang kau bereskan? Ruanganku terlihat sama saja, apa sebenarnya yang kau lakukan di ruanganku?" tanya Arley menyelidik.

"Tuan, jangan menuduhku yang tidak-tidak. Aku memang habis membereskan ruanganmu," jawab Alexa.

Wanita itu menghembuskan napas pelan. "Semua lelaki sama saja tidak pernah peka!"

Arley mengernyitkan dahinya, sungguh dia tidak mengerti dengan apa yang Alexa ucapkan.

"Diam kan kalian?"

Arley dan Alvin saling berpandangan, berada di dekat Alexa membuat Arley menjadi pusing.

"Silakan tinggalkan ruangan Tuan Arley!" pinta Alvin.

"Ya sudah, aku memang sudah selesai di sini. Tolong panggil aku jika membutuhkan bantuanku," kata Alexa kemudian melenggang pergi meninggalkan kedua lelaki di sana.

Arley dan Alvin segera masuk ke dalam ruangan, mereka memeriksa dan memerhatikan dengan seksama ruangan tersebut.

Menurut mereka keadaan ruangan sebelum ditinggalkan dan setelah mereka datang, sama saja. Tidak ada yang berubah sedikit pun.

"Wanita seperti dia, benar-benar tidak bisa dijadikan calon istri," gumam Alvin.

"Kenapa?" tanya Arley heran.

"Dia bilang dia membereskan ruangan ini, tetapi lihatlah ini terlihat sama saja. Sudah jelas dia tidak bisa menjadi seorang istri, dan bisa dipastikan dia tidak bisa mengurus rumah," jawab Alvin.

Arley menggeleng sembari terkekeh. "Memangnya kau ingin menjadikan dia istri? Mencari istri itu bukan untuk mengurus rumah, itu bukan perkara utama yang mewajibkan wanita, agar bisa menjadi seorang istri. Sebenarnya kau ini ingin mencari istri atau seorang asisten rumah tangga, hm?"

Alvin menggaruk kepalanya. "Ya seorang istri dong," jawab Alvin.

"Memangnya Tuan mau jika mendapatkan istri seperti Alexa? Atau bahkan Alexa yang akan menjadi istri Anda," kata Alvin sedikit merinding membicarakan Alexa.

"Aku tidak tertarik sama sekali!"

****

Sepulang Alexa dari kantor, dia melempar tasnya ke sembarang arah dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang berukuran king size.

Sebelum sampai di rumah, dia menyempatkan untuk datang ke kantor Ef, memberikan flash disk yang berisi file-file penting milik Arley.

"Tugas dari Tuan Ef sudah aku jalankan, cukup memacu adrenalin." Terlihat raut kepuasan di wajahnya.

"Sekarang tinggal aku memikirkan pekerjaan dari Tuan Arley, malam ini dia memintaku untuk menemaninya!" gerutu Alexa.

Baru saja Alexa hendak memejamkan matanya, Daisy sudah masuk lebih dulu ke dalam kamarnya.

"Mom? Ada apa?" tanya Alexa, segera duduk di tepi ranjang. Begitupun Daisy.

"Apa harus, kamu bertanya seperti itu?"

Alexa menghela napasnya. "Loh aku kan bertanya, Mom. Siapa tahu ada yang mau Mommy bicarakan," imbuh Alexa.

"Mommy sudah memutuskan–--"

"Memutuskan? Memutuskan apa?" sela Alexa.

"Kamu bisa keluar dari pekerjaanmu, dan melanjutkan apa yang menjadi cita-citamu. Ingat Lexa, pekerjaanmu saat ini bukanlah cita-citamu, kamu tidak akan bertahan lama di pekerjaanmu yang sekarang. Jadi, jangan membuang-buang waktu," ujar Daisy.

Tidak ada yang salah dari ucapan sang mommy, hanya saja itu suatu keputusan yang sangat sulit untuk Alexa. Di mana saat ini dia terjebak dalam dua kontrak dalam waktu yang bersamaan.

"Tidak bisa, Mom. Aku sangat menikmati pekerjaan ini, ini dunia baru untukku. Lebih baik lupakan saja cita-citaku itu, aku rasa ada saatnya nanti aku akan mengejarnya, tetapi tidak untuk saat ini," tutur Alexa.

Daisy menggeleng tidak mengerti dengan pemikiran anaknya. Entah bagaimana Alexa begitu mudah mengatakannya, padahal sudah jelas sejak dulu dia menginginkan menjadi seorang desainer fashion.

"Terserah apa katamu, jangan mengeluh tentang pekerjaanmu pada Mommy!" Daisy bangkit dari duduknya dan segera keluar dari kamar Alexa.

"Hm, Mommy terlalu banyak mengancam."

****

Saat ini Alexa sudah berada di dalam mobil Arley, sesuai yang dikatakan Arley pagi tadi. Alexa harus menemaninya datang ke undangan klien.

"Tuan—"

"Panggil saja namaku!"

"Tapi—"

"Namaku Arley, jika berdua seperti ini tidak perlu terlalu formal," jelas Arley.

Alexa mengangguki ucapan Arley.

"Kenapa kau menginginkanku untuk selalu ikut ke acara-acara seperti ini?" tanya Alexa.

Arley menoleh ke arah Alexa, meski setelahnya dia kembali memfokuskan menyetir.

"Apa ada alasan mendasar kau bertanya seperti itu?"

"Kok malah balik bertanya, apa harus seperti ini berbicara dengan seorang CEO?" gerutu Alexa.

Arley tersenyum tipis saat melihat wajah Alexa yang tampak kesal. Namun, dia sama sekali tidak ingin membujuk Alexa. Tidak ada kewajiban menurutnya.

"Arley," panggil Alexa.

"Ya," jawab Arley dengan cepat.

Namun, setelah Arley menjawabnya, Alexa justru tertawa kesenangan. Hal itu tentu saja membuat Arley kebingungan.

"Apa kau pasien rumah sakit jiwa?"

"Sembarangan! Aku ini masih waras!" Alexa mencebik.

Setelahnya dia kembali tertawa. "Ini sangat menyenangkan, aku bisa menyebut namamu. Kau bisa menurut saat aku panggil." Tawa Alexa kembali terdengar di dalam mobil itu.

Rahang Arley mulai mengeras, saat satu tak ada harga dirinya di depan Alexa.

"Jika aku boleh tahu, kau akan menjawab apa jika para klienmu menanyakan tentangku. Asisten? Sebagai asisten aku sama sekali tidak mengetahui apa yang sedang kau kerjakan," kata Alexa.

"Menurutmu?"

Alexa menarik napas kasar. "Kau hobi sekali bertanya balik, padahal pertanyaanku saja kau tidak menjawabnya," kata Alexa.

"Jika mereka bertanya siapa dirimu, mudah saja untukku menjawabnya," ujar Arley santai.

"Siapa? Kau akan menjawab aku siapa?" tanya Alexa sembari menatap Arley.

"Kekasih."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status