Alexa sudah berbaring di atas ranjang dengan pakaian yang sudah berganti piyama tidur. Setelah wanita itu jujur pada Arley, Alvin mengeluarkan ular dari kamar dan Arley juga meminta asisten rumah tangga mengurus Alexa beserta kekacauan yang sudah dibuat wanita itu di dalam kamar."Apa dia sudah makan?" tanya Arley pada Mika — ART."Sudah, Tuan," jawab Mika."Kau bisa pergi istirahat."Setelah kepergian Mika. Arley langsung berdiri di sisi ranjang di mana Alexa terlelap."Bangun!"Alexa membuka matanya dengan sedikit terkejut."Arley. Emm, maksudku Tuan—""Aku tidak mengetahui siapa itu Ef, tetapi sekarang aku memintamu untuk menjadi mata-mataku!" pinta Arley.Alexa hanya menampilkan matanya yang membulat, dia sangat terkejut mendengar permintaan Arley. Mana mungkin, Alexa menjadi mata-mata dua orang sekaligus."Aku adalah mata-mata Tuan Ef dan aku tidak bisa mengundurkan diri begitu saja dari dia. Aku sudah pernah mencobanya, tetapi dia licik! Dia menjebakku dengan memintaku untuk tand
Malam ini Alexa benar-benar mengikuti Ef ke Club malam. Dia datang seorang diri, sejujurnya ada rasa takut dengan keadaan di sekitar sana.Banyak lelaki dan perempuan berpasangan dan berjoget tidak karuan. Sudah bisa dipastikan mereka mabuk."Ya Tuhan di mana Tuan Ef, tadi aku melihatnya di sana," gumam Alexa.Alexa semakin masuk ke dalam club tersebut demi mencari keberadaan Ef. Namun, kantung kemihnya terasa penuh. Dia memutuskan untuk ke toilet yang berada di dalam club tersebut.Setelah selesai menuntaskan hasrat buang air kecilnya, Alexa tak segera kembali ke tempat sebelumnya."Itu bukankah Tuan Ef? Sedang apa dia di sana?" batin Alexa."Wanita? Astaga! Apa dia ke sini hanya untuk bersenang-senang bersama wanita itu? Jika iya, sia-sia aku mengikutinya ke sini," kata Alexa.Alexa melihat pakaian para wanita di sana benar-benar seksi dan membuatnya tak percaya diri, sementara Alexa datang ke tempat tersebut mengenakan celana jeans dengan atasan crop.Langkah wanita itu semakin mend
Matahari menerobos masuk ke dalam kamar, membuat wanita itu perlahan membuka matanya. Kepalanya masih terasa sangat berat, pandangannya memerhatikan setiap sudut dalam ruangan itu."Aku di mana?""Kamarku? Siapa yang membawaku pulang? Seingatku,semalam aku berada di klub bersama tuan Ef," gumam Alexa.Wanita itu buru-buru mencari ponselnya. "Ini dia.""Semalam aku menghubungi tuan Arley, apa mungkin dia yang membawaku pulang atau jangan-jangan tuan Ef?" gumamnya.Alexa menghubungi atasannya tersebut, baru saja dia menempelkan benda pipih itu di telinganya. Daisy sudah masuk ke dalam kamar Alexa lebih dulu."Lexa, kamu sudah bangun," sapa Daisy."Eh, sudah Mom. Boleh aku tanya sesuatu, siapa yang semalam yang mengantarku pulang?" tanya Alexa."Kebetulan sekali orang yang semalam mengantarmu pulang ada di ruang tamu, lebih baik sekarang kamu mandi lalu temui dia," kata Daisy.Belum sempat Alexa bertanya lagi, Daisy sudah keluar dari kamarnya. Alexa semakin penasaran dengan siapa orang ya
"Apa yang akan kukatakan nanti di depan mereka semua?" tanya Alexa."Jangan pusingkan itu! Kau hanya cukup duduk manis di sampingku seperti biasa," jawab Arley.CEO Gorgeous Hotel menyambut kedatangan mereka dengan sangat baik, begitu pun dengan klien Gorgeous Hotel lainnya.Satu per satu mereka mulai berdatangan termasuk Ef, ini kali pertama Arley melihat Ef secara langsung.Pemilik perusahaan Ef Group yang namanya selalu ada di mana pun Arley mengajukan kerjasama dengan perusahaan yang ingin memakai jasa perusahaannya."Tuan Ef datang," gumam Alexa yang hanya bisa didengar oleh Arley.Saat ini Alexa mencoba profesional dan bermain cantik. Dia harus tetap membuat Ef berpikir bahwa dia ada di pihak lelaki itu.Begitu pun dengan Arley, dia tetap bersikap seolah tak mengetahui apa pun tentang rencana Ef."Hai, Tuan William, senang bertemu denganmu," kata Ef sembari tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Arley.Arley menyambutnya dengan baik. "Halo, aku pun demikian."Ef duduk di hadapa
Setelah beberapa hari yang lalu bertemu dengan Ef di hotel, kini Alexa mendapat pesan dari Ef untuk datang ke apartemen lelaki itu.Sejujurnya dia takut untuk datang ke sana, mengingat kembali seperti apa perlakuan Ef kepadanya. Namun, dia juga menceritakan hal itu pada Arley dan Arley justru mengambil kesempatan tersebut untuk memberikan Alexa tugas."Kau mengerti dengan apa yang kukatakan, Alexandra Johnson?""Ya aku mengerti, Tuan," jawab Alexa.Alexa turun dari mobil Arley. Ya, saat ini dia datang ke apartemen Ef diantar oleh Arley.Tanpa menunggu lama Alexa segera berjalan ke lobi apartemen dan segera menuju lift. Dia menekan angka di mana lantai apartemen Ef berada."Kenapa aku jadi gugup seperti ini?" gumam Alexa."Semoga saja nanti Ef tidak berniat buruk padaku," batin Alexa.Alexa segera melangkahkan kakinya saat lift berbunyi menandakan dia sudah sampai di lantai yang dia tuju.Langkahnya kian meragu kala semakin dekat dengan kamar apartemen Ef, sebuah alat perekam suara untu
Lagi, Alexa menginjakkan kakinya kembali di mansion Williams. Sejak masuk ke dalam gerbang hingga ke dalam mansion, dia sama sekali tidak melihat kehadiran Jeremy."Ke mana perginya Jeremy?" batin Alexa."Siapa yang kau cari?" Buru-buru Alexa menoleh ke belakang."Arley, kau membuatku terkejut saja! Jelas aku mencarimu," kata Alexa berdusta."Ikut aku!"Alexa mengekor pada Arley yang kini berjalan di depannya. Langkah lebar lelaki itu membuat Alexa berlari kecil."Ini di mansion-mu, tolong lebih santai sedikit!" seru Alexa."Jangan lemah! Kau ini seorang mata-mata, pantang mengeluh seperti itu," ujar Arley.Alexa berhasil menyamai langkahnya dengan Arley, dia berjalan di samping lelaki yang memiliki tinggi jauh di atasnya."Aku bukan mengeluh! Enak saja!""Naik lift? Mau ke mana kita sebenarnya?" tanya Alexa.Arley menghentikan langkahnya dan menatap sejenak wanita di sampingnya."Apa? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Alexa.Tanpa basa-basi Arley menggendong Alexa bak karung beras
Susah payah Alexa menjelaskan kepada Arley bahwa dia berada di pihak lelaki itu. Hingga pada akhirnya Alexa bisa pergi ke apartemen Ef tanpa pertanyaan lagi dari Arley."Hai, Honey kamu sudah datang?" sapa Ef.Ef membuka pintu apartemennya dengan lebar agar Alexa bisa masuk ke dalamnya. Tentu saja Alexa masuk dengan senang hati, karena dia memiliki tujuan lain di sana."Ef, kenapa daddy-mu tampan sekali? Pasti di usia yang sekarang dia masih terlihat tampan dan gagah," kata Alexa."Kenapa tiba-tiba memuji daddy-ku?" tanya Ef penasaran.Alexa sudah berdiri tepat di depan figura yang menempel di dinding. "Maaf, mataku suka seperti ini jika melihat yang tampan.""Sungguh?" Langkahnya mendekat dan mendorong tubuh Alexa hingga membentur dinding."Iy-iya. Apa kalian tidak tinggal bersama dan kalau boleh tahu siapa namanya?" tanya Alexa, dia benar-benar merasa gugup dan takut dengan apa yang baru saja Ef lakukan.Tubuh
Alexa merasa Ef begitu posesif padanya, dia terpaksa mengirim pesan pada Arley untuk meminta izin tidak bekerja hari ini."Kau mau membawaku ke mana?""Kau maunya ke mana? Hotel atau apartemenku?" tanya Ef.Ef tak pernah berhenti membuat Alexa merinding berada di dekat lelaki itu. Entah bagaimana cara dia menyikapi Ef, yang selalu saja berpikiran mesum saat bersamanya."Bagaimana jika ke kantormu, aku ingin main di sana," kata Alexa. Selain di kantornya akan aman, dia juga ingin mencari tahu apa yang bisa dicari di sana."Ingin main atau bermain?" tanya Ef kembali.Alexa memutar bola mata malasnya. "Hentikan! Jangan berbicara apa pun yang mengarah pada kemesuman, jangan kotori otakku yang bersih ini. Jika kau terus saja bicara seperti itu, aku akan lompat dari sini!""Jangan seperti itu, kau benar-benar membuatku sangat gemas. Tidak bisakah kau menjadi kekasihku, Alexa. Putuskan saja kekasihmu itu, dan jangan pernah beme
"Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas