"Tidak! Aku tidak mau menuruti kontrak konyol ini!"
"Kalau begitu kau tidak bisa memutuskan kerjasama kita secara sepihak, di sini aku yang berhak. Tugasmu hanya menurut!" Ef menatap tajam pada Alexa.Baik Alexa maupun Ef, mereka saling berpegang pada keinginannya sendiri. Cukup lama tatapan elang mereka terkunci, sampai Alexa memutusnya lebih dulu dan hendak meninggalkan ruangan Ef.Dengan sigap, Ef menahan lengan Alexa dan tak membiarkan wanita itu dengan sangat mudah meninggalkan ruangannya."Apa? Lepaskan!" Setengah berteriak, Alexa tak suka Ef menyentuhnya."Aku minta tarik kembali ucapanmu yang menginginkan memutuskan kerjasama kita!" pinta Ef penuh penekanan.Mendengar itu, napas Alexa naik turun. Dengan penuh keterpaksaan, Alexa menarik kembali ucapannya, karena dia tidak akan bisa memenuhi syarat untuk memutuskan kerjasama tersebut."Aku minta maaf sudah membuatmu marah dan aku akan tetap bekerja sebagai mata-matamu, Tuan," ucap Alexa dengan wajah yang menunduk.Ef, sendiri. Dia tersenyum puas melihat pemandangan itu. Di mana seorang wanita bisa begitu mudahnya menuruti ucapannya."Kalau begitu aku permisi." Alexa memutar tubuhnya hendak meninggalkan ruangan tersebut."Tunggu!" Panggilan Ef membuat Alexa berhenti mendadak."Bersujudlah di kakiku. Kau harus tahu siapa aku, aku bukanlah orang yang bisa kau permainkan Alexa. Sekali aku bilang kamu adalah mata-mataku, itu artinya sampai kapan pun akan seperti itu!"Alexa kembali menatap Ef, air matanya ingin sekali mencari jalan keluar. Namun, sebisa mungkin Alexa harus menahannya. Agar tak terlihat lemah di hadapan Ef."Aku masih menjadi mata-matamu, jadi jangan ingatkan hal apa pun tentang itu, dan untuk bersujud di kakimu, jangan bermimpi!"Setelah mengatakan hal itu, Alexa segera pergi meninggalkan Ef yang berdiri menatap Alexa penuh kemarahan.****Di balkon kamarnya, Alexa menangis sembari memeluk lututnya sendiri. Dia benar-benar kecewa dengan dirinya sendiri, bodoh dan mudah percaya pada orang lain. Hal itu yang teramat dia sesalkan."Mereka benar-benar mempermainkanku! Apa kesalahanku? Tuan Ef memintaku untuk memata-matai Tuan Arley, oke aku mulai bisa menikmati pekerjaan itu. Aku juga penasaran dan ingin mengetahui tentang alasannya, mengapa dia bisa menipu perusahaan keluargaku!" Tangan Alexa mengepal dan memukul lantai.Namun, setelahnya dia kembali menangis lagi, pekerjaannya di kantor Arley bukanlah murni sebagai asisten yang membantu pekerjaan kantor Arley, tetapi sebagai teman kencan dan menemani Arley ke acara-acara tertentu."Argghh! Kalian kenapa sebrengsek ini!"Terdengar derap langkah kaki seseorang, semakin lama semakin mendekat ke arahnya. Buru-buru Alexa menyeka air matanya, dia tidak ingin ada satu orang pun yang tahu mengenai permasalahannya yang seharusnya dia simpan rapat-rapat."Lexa, kenapa kau di sini? Ini sudah malam."Alexa semakin tak bisa berkutik, saat tahu orang itu sudah berada di dekatnya, siapa lagi jika bukan sang mommy — Daisy."Emm, ak-aku sedang mencari udara segar, Mom. Sepertinya sangat sejuk jika aku menghirup udara malam ini," jawab Alexa tergagap."Kenapa pipimu basah? Kau Menangis, Lexa?"Demi apa pun, saat ini Alexa tak menemukan jawaban yang cocok untuk berbohong pada Daisy. Dia semakin gugup, saat Daisy semakin mendekat ke arahnya."Emm. A-aku, aku hanya kelelahan, Mom. Jangan khawatir," jawab Alexa berharap Daisy percaya."Apa pekerjaan di kantor begitu berat?" tanya Daisy.Alexa terdiam sejenak, sepertinya dia memang harus mengiyakan pertanyaan sang mommy. Karena, dia tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya."Emm, iya aku memang sedikit lelah, Mom. Pekerjaan kantor sangat banyak," jawab Alexa berdusta."Jika lelah, istirahatlah di kamar. Jangan di luar seperti ini, kau bisa masuk angin." Daisy mengkhawatirkan keadaan putrinya.Alexa bangkit, menatap Daisy dan berkata, "Baiklah, Mom. Aku juga sudah mengantuk."Satu buah kecupan dari Alexa sudah mendarat di pipi Daisy. Akan lebih baik jika Alexa segera beristirahat, demi menghindari pertanyaan-pertanyaan lainnya.Daisy menutup jendela transparan yang menjadi batas antara kamar Alexa dan balkon. Tak lupa menutup tirai gorden di kamar tersebut."Lexa, biar Mommy yang tutup pintunya. Tidak perlu kau kunci, selamat beristirahat." Daisy mencium kening putrinya, kemudian segera membawa langkahnya keluar dari kamar Alexa."Alexa, jangan tunjukkan kelemahanmu pada siapa pun. Kamu kuat, kamu hebat dan kamu ... cantik." Alexa menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dan mulai memejamkan matanya.****Setelah menangis semalam, rasanya Alexa sedikit lebih lega. Dia sudah siap memulai hari untuk berhadapan lagi dengan Arley dan juga Ef.Dia juga harus menikmati peran yang sudah terlanjur dia mainkan. Dengan mengikuti arahan Ef, untuk memata-matai Arley, dia juga memiliki kesempatan untuk mengetahui alasan Arley tega menipu perusahaan keluarganya.Jika bukan karena Arley yang menipu perusahaan keluarganya, dia juga tidak akan ada di sana dan mata-matai Arley."Semua masalah ini berawal darimu, Arley Williams." Alexa mengepalkan tangannya."Aku akan bekerja sebagai teman kencan seperti keinginanmu, tetapi aku juga akan memata-matai dan memberikan informasi apa yang aku ketahui untuk tuan Ef, aku yakin tuan Ef menginginkan kehancuranmu!"Alexa segera membawa langkahnya menuju ruangan di mana CEO muda itu bekerja, di satu tangannya sudah memegang nampan berisi sarapan untuk Arley."Tuan, aku masuk ya!" Setelah sedikit berteriak Alexa segera menekan kenop pintu dan masuk ke dalam ruangan Arley."Selamat pagi. Aku membawakan sarapan untukmu, Tuan," ucap Alexa dengan wajah sumringah dan segera berjalan ke meja sofa.Tentu saja Arley memperhatikan bagaimana Alexa terlihat lebih senang dari biasanya. Membuatnya sedikit penasaran pada asistennya itu."Sangat mencurigakan!" Arley berkata cukup keras."Eh, siapa yang mencurigakan? Aku membawakan makanan ini sesuai jadwal dan memang ini pekerjaanku," ujar Alexa.Arley melihat ke arah Alexa yang sudah siap menyiapkan makanan di meja. Dia bangkit dari duduknya dan menghampiri Alexa."Sepertinya kau menikmati pekerjaanmu?" tebak Arley."Aku hanya berdamai dengan kenyataan.""Lain kali kau tidak perlu mengatakan ingin keluar dari pekerjaan ini. Ini sangat menguntungkan untukmu, kau tidak akan merasakan lelah seperti pegawai lainnya," kata Arley.Apa yang dikatakan Arley sangat benar, tetapi tetap saja Alexa merasa sangat sedih dengan apa yang sudah terlanjur terjadi, dia tidak boleh lemah dan membuat Arley besar kepala.Dia harus tetap berpura-pura menyukai pekerjaannya dan mencari tahu semua informasi dari Arley."Ya sudah kalau begitu aku permisi. Aku mau tidur," ucap Alexa."Tunggu!""Ada apa lagi? Pekerjaanku pagi ini sudah selesai kan?" tanya Alexa memastikan."Siang ini kalau tidak perlu menyiapkan makan siang untukku. Aku makan siang di luar bersama klien."Ini seperti rezeki nomplok untuk Alexa, dia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mencuri data-data di laptop Arley, saat lelaki itu tidak ada di ruangannya."Baiklah, aku sangat menyukai pekerjaan ini," ucap Alexa tersenyum senang."Nanti malam aku akan menjemputmu, kau harus menemaniku ke undangan klien pentingku."Siang ini Alexa langsung menerobos masuk ke dalam ruangan Arley, setelah mengetahui penghuni ruangan tersebut sudah pergi untuk makan siang dengan para klien. "Akhirnya aku bebas di sini," gumam Alexa sembari tersenyum puas. Alexa segera mendekati meja kerja Arley dan memeriksa laptop sang atasan. "Kali ini aku harus mendapatkan semua yang penting dari laptop tuan Arley." Alexa segera menghubungkan flash disk yang dia bawa, saat laptop Arley berhasil dihidupkan sempurna. Tidak membutuhkan waktu lama, Alexa mendapatkan beberapa file penting yang ada di sana. Buru-buru wanita itu meng-copy-nya. "Oh, aku pintar sekali." Alexa bergumam saat berhasil mendapatkan file penting itu. Merasa masih memiliki waktu yang banyak, dia memeriksa beberapa tumpukan berkas. Berharap bisa menemukan apa yang menjadi alasan menipu perusahaan keluarganya. "Seharusnya di sini masih ada kontrak kerjasama atau semacamnya dengan perusahaan daddy," imbuh Alexa. Sayangnya Alexa tak menemukan apapun di sana,
Suara teriakan Arley terdengar hingga ke ruangan Alexa. Teriakan itu terdengar menyeramkan di telinga Alexa, dia tahu bahwa atasannya pasti sedang ada masalah mengenai pekerjaannya.Didorong rasa penasaran, Alexa segera keluar dari ruangannya dan sedikit menguping dari luar ruangan Arley. Tidak! Tidak hanya itu. Alexa juga mengintip dari celah pintu.Ada beberapa staf dan juga Alvin di sana, Arley tampak begitu marah pada mereka. Alexa menajamkan pendengarannya, agar bisa mengetahui apa yang sedang terjadi pada Arley."Jangan berpura-pura lagi di hadapanku! Kalian pasti tahu kenapa desain yang seharusnya aku berikan untuk Moon Grup, bisa sama persis dengan perusahaan lain! Siapa di antara kalian yang membocorkannya?"Arley menatap bawahannya sangat tajam rahangnya mengeras, tangannya mengepal. Dia tidak menyangka desain yang seharusnya dibeli oleh perusahaan Moon Group, nyatanya malah dituduh mencuri ide dari perusahaan desain lain. Dan membuatnya menjadi batal mendapatkan keuntungan d
Arley memeriksa ke bawah meja kerjanya saat mendengar teriakkan seorang wanita. Betapa terkejutnya dia, mendapati Alexa berada di sana."Kau? Sedang apa kau di sini?" Arley menggapai lengan Alexa dan menariknya keluar dari bawah meja tersebut."Apa yang kau lakukan di sini Alexa!" bentak Arley sekali lagi."Emm, aku ... aku—"Belum sempat Alexa menjawab, Arley merampas benda kecil di tangan Alexa, yang tak lain adalah alat penyadap."Apa ini?" tanya Arley sudah penuh kabut kemarahan di matanya.Alexa hanya diam membisu. Melihat kemarahan Arley, nyalinya menjadi ciut."Katakan! Apa kau tidak punya mulut?" hardik Arley.Dia hanya menunduk. Lagi-lagi Alexa tak bisa menjawab pertanyaan Arley, tetapi dia tidak ingin Arley menganggapnya lemah dan takut."Apa kau bisu, Alexa?" Terdengar kembali kemarahan Arley, membuat Alexa mengangkat wajahnya dan menatap Arley dengan beraninya."Siapa kau sebenarnya?" tanya Arley.Alexa tersenyum sinis menanggapi pertanyaan yang baru saja Arley lontarkan. "
Alexa sudah berbaring di atas ranjang dengan pakaian yang sudah berganti piyama tidur. Setelah wanita itu jujur pada Arley, Alvin mengeluarkan ular dari kamar dan Arley juga meminta asisten rumah tangga mengurus Alexa beserta kekacauan yang sudah dibuat wanita itu di dalam kamar."Apa dia sudah makan?" tanya Arley pada Mika — ART."Sudah, Tuan," jawab Mika."Kau bisa pergi istirahat."Setelah kepergian Mika. Arley langsung berdiri di sisi ranjang di mana Alexa terlelap."Bangun!"Alexa membuka matanya dengan sedikit terkejut."Arley. Emm, maksudku Tuan—""Aku tidak mengetahui siapa itu Ef, tetapi sekarang aku memintamu untuk menjadi mata-mataku!" pinta Arley.Alexa hanya menampilkan matanya yang membulat, dia sangat terkejut mendengar permintaan Arley. Mana mungkin, Alexa menjadi mata-mata dua orang sekaligus."Aku adalah mata-mata Tuan Ef dan aku tidak bisa mengundurkan diri begitu saja dari dia. Aku sudah pernah mencobanya, tetapi dia licik! Dia menjebakku dengan memintaku untuk tand
Malam ini Alexa benar-benar mengikuti Ef ke Club malam. Dia datang seorang diri, sejujurnya ada rasa takut dengan keadaan di sekitar sana.Banyak lelaki dan perempuan berpasangan dan berjoget tidak karuan. Sudah bisa dipastikan mereka mabuk."Ya Tuhan di mana Tuan Ef, tadi aku melihatnya di sana," gumam Alexa.Alexa semakin masuk ke dalam club tersebut demi mencari keberadaan Ef. Namun, kantung kemihnya terasa penuh. Dia memutuskan untuk ke toilet yang berada di dalam club tersebut.Setelah selesai menuntaskan hasrat buang air kecilnya, Alexa tak segera kembali ke tempat sebelumnya."Itu bukankah Tuan Ef? Sedang apa dia di sana?" batin Alexa."Wanita? Astaga! Apa dia ke sini hanya untuk bersenang-senang bersama wanita itu? Jika iya, sia-sia aku mengikutinya ke sini," kata Alexa.Alexa melihat pakaian para wanita di sana benar-benar seksi dan membuatnya tak percaya diri, sementara Alexa datang ke tempat tersebut mengenakan celana jeans dengan atasan crop.Langkah wanita itu semakin mend
Matahari menerobos masuk ke dalam kamar, membuat wanita itu perlahan membuka matanya. Kepalanya masih terasa sangat berat, pandangannya memerhatikan setiap sudut dalam ruangan itu."Aku di mana?""Kamarku? Siapa yang membawaku pulang? Seingatku,semalam aku berada di klub bersama tuan Ef," gumam Alexa.Wanita itu buru-buru mencari ponselnya. "Ini dia.""Semalam aku menghubungi tuan Arley, apa mungkin dia yang membawaku pulang atau jangan-jangan tuan Ef?" gumamnya.Alexa menghubungi atasannya tersebut, baru saja dia menempelkan benda pipih itu di telinganya. Daisy sudah masuk ke dalam kamar Alexa lebih dulu."Lexa, kamu sudah bangun," sapa Daisy."Eh, sudah Mom. Boleh aku tanya sesuatu, siapa yang semalam yang mengantarku pulang?" tanya Alexa."Kebetulan sekali orang yang semalam mengantarmu pulang ada di ruang tamu, lebih baik sekarang kamu mandi lalu temui dia," kata Daisy.Belum sempat Alexa bertanya lagi, Daisy sudah keluar dari kamarnya. Alexa semakin penasaran dengan siapa orang ya
"Apa yang akan kukatakan nanti di depan mereka semua?" tanya Alexa."Jangan pusingkan itu! Kau hanya cukup duduk manis di sampingku seperti biasa," jawab Arley.CEO Gorgeous Hotel menyambut kedatangan mereka dengan sangat baik, begitu pun dengan klien Gorgeous Hotel lainnya.Satu per satu mereka mulai berdatangan termasuk Ef, ini kali pertama Arley melihat Ef secara langsung.Pemilik perusahaan Ef Group yang namanya selalu ada di mana pun Arley mengajukan kerjasama dengan perusahaan yang ingin memakai jasa perusahaannya."Tuan Ef datang," gumam Alexa yang hanya bisa didengar oleh Arley.Saat ini Alexa mencoba profesional dan bermain cantik. Dia harus tetap membuat Ef berpikir bahwa dia ada di pihak lelaki itu.Begitu pun dengan Arley, dia tetap bersikap seolah tak mengetahui apa pun tentang rencana Ef."Hai, Tuan William, senang bertemu denganmu," kata Ef sembari tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Arley.Arley menyambutnya dengan baik. "Halo, aku pun demikian."Ef duduk di hadapa
Setelah beberapa hari yang lalu bertemu dengan Ef di hotel, kini Alexa mendapat pesan dari Ef untuk datang ke apartemen lelaki itu.Sejujurnya dia takut untuk datang ke sana, mengingat kembali seperti apa perlakuan Ef kepadanya. Namun, dia juga menceritakan hal itu pada Arley dan Arley justru mengambil kesempatan tersebut untuk memberikan Alexa tugas."Kau mengerti dengan apa yang kukatakan, Alexandra Johnson?""Ya aku mengerti, Tuan," jawab Alexa.Alexa turun dari mobil Arley. Ya, saat ini dia datang ke apartemen Ef diantar oleh Arley.Tanpa menunggu lama Alexa segera berjalan ke lobi apartemen dan segera menuju lift. Dia menekan angka di mana lantai apartemen Ef berada."Kenapa aku jadi gugup seperti ini?" gumam Alexa."Semoga saja nanti Ef tidak berniat buruk padaku," batin Alexa.Alexa segera melangkahkan kakinya saat lift berbunyi menandakan dia sudah sampai di lantai yang dia tuju.Langkahnya kian meragu kala semakin dekat dengan kamar apartemen Ef, sebuah alat perekam suara untu
"Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas