Hari-hari berlalu, usia kehamilan Alexa saat ini sudah menginjak 8 Minggu. Semakin wanita itu menjalani hari-harinya dengan kehadiran calon bayi tersebut, semakin Alexa merasakan bahagia.
"Kenapa tidak sejak lama saja, aku menyetujui keinginan Arley agar aku hamil? Aku tidak menyangka akan membahagiakan seperti ini," gumam Alexa.Arley baru saja keluar dari walk in closet, tentu saja dia ikut tersenyum saat menyaksikan istrinya tampak bahagia sembari mengusap perutnya yang masih datar.Alexa menoleh pada Arley yang berdeham. Dia selalu mempraktekkan apa yang diminta sang mommy. Dia harus selalu mengekspresikan kebahagiaannya agar Arley dapat merasakan sisi positif dan ikut mengeluarkan aura positifnya juga.Alexa berharap agar Arley dapat kembali percaya diri seperti semula. Walaupun saat ini Arley tidak bisa berjalan, hal itu sama sekali tidak mengurangi nilai Arley di mata Alexa.Lelaki itu tetaplah orang yang dicintainya."BabSepagi ini, Arley tidak terlihat di dalam kamar, di dalam ruang kerjanya pun tidak terlihat keberadaan lelaki itu."Apa aku melakukan kesalahan lagi?" batin Alexa bertanya-tanya. Dia takut jika lelaki itu sedang marah padanya, sementara dia tidak mengetahui apa kesalahannya.Alexa berinisiatif untuk mencari suaminya di lantai dasar, dia juga tidak yakin jika Arley sudah berangkat ke kantor karena ini masih terlalu pagi.Wanita itu sampai melupakan mandinya, hanya membasuh wajah saja yang dia lakukan, demi mencari suaminya dan khawatir akan lelaki itu.Melihat pintu mansion terbuka membuat perhatiannya teralihkan, Alexa pun segera menuju pintu, berharap sang suami berada di sana."Ery, kenapa pintunya dibuka?" tanya Alexa pada penjaga."Maaf, Nona saya lupa menutupnya," jawab Ery yang berdiri tegap di depan mansion."Apa Arley di luar? Atau sudah berangkat ke kantor?" tanya Alexa.Ery menggeleng. "Tidak. Tuan Arley belum keluar pagi ini."Alexa menghembus napas pelan. "Ya sudah, jangan
Akhir-akhir ini Jeremy jarang mengunjungi Dayana karena urusan pekerjaan. Namun, kali ini dia terpaksa meninggalkan pekerjaannya karena salah satu petugas di penjara menghubunginya dan memberikan kabar bahwa kondisi Dayana sedang tidak baik.Terlihat kondisi Dayana sangat memprihatinkan, wanita itu banyak melamun dan menangis. Jeremy tidak sampai hati melihatnya."Day, bagaimana kabarmu? Maaf aku baru mengunjungimu sekarang," kata Jeremy.Dayana mengangguk dengan tatapannya yang kosong. Tubuh wanita itu semakin kurus dengan rambut yang sudah tidak lagi terurus."Aku membawakanmu makan siang, kamu mau makan?" tanya Jeremy.Kini Alana menggeleng dan menatap Jeremy yang berada di hadapannya. "Aku lelah, Je, aku tidak punya lagi masa depan. Aku benci Arley, harusnya saat itu aku juga membunuhnya."Jeremy menempelkan jari telunjuknya di depan bibir Dayana. "Jangan bicara seperti itu, masa depanmu masih panjang.""Je, tolong buat hidup Arley tidak bahagia. Sama sepertiku," ucap Dayana semba
"Saat itu aku memang menginginkan Alexa untuk menjadi milikku. Itu pun setelah aku mendengar kabar kematianmu, aku berusaha mendapatkan Alexa," kata Ef, "apa kau masih memasalahkan ini?""Menurutmu? Aku tidak ingin orang berpikir antara kau dan istriku ada hubungan, istriku sedang hamil dan aku tidak mau hal seperti ini mengganggu kehamilannya." Terlihat raut wajah khawatir dari Arley.Saat di mansion, lelaki itu memang tampak biasa saja dan terlihat tenang. Akan tetapi, dia selalu memikirkan cara-cara agar istrinya tidak mengetahui hal-hal yang sedang terjadi, demi membuat pikiran istrinya tetap bahagia."Aku yakin setelah ini tidak ada lagi berita-berita tentang aku dan Alexa."Andai saja Arley tahu bahwa perasaan Ef saat ini sungguh terluka karena tidak bisa memiliki wanita yang sangat dia cintai. Yang lebih menyakitkan, dia harus mengalah dan membiarkan adik tirinya bahagia bersama wanita yang dicintai."Aku juga akan menjaga jarak dengan Alexa."*****Beberapa bulan berlalu perut
Dalam sepinya jalan di malam hari, Arley merenung seorang diri di dalam mobilnya. Rasa bersalah berkumpul di dadanya, dia sudah terbawa emosi meluapkan kekecewaannya.Dia sadar, Alexa pun tidak akan menginginkan musibah itu terjadi."Argh!" Arley meremas rambutnya sendiri, menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.Lelaki itu melakukan panggilan melalui earpiece pada Daisy, sebelumnya Arley sempat menghubungi orang tua Alexa mengenai keadaan Alexa yang dirawat di rumah sakit."Malam, Mom. Apa Alexa sudah tidur?" tanya Arley."Lexa baru saja terpejam, kamu kalau bisa jangan lama-lama marahnya. Saya tahu kamu pasti kecewa, tetapi bersikap seperti ini bukan solusi yang baik. Kehamilan Alexa saat ini sangat rentan, tolong tetap berikan dia hal-hal positif. Lexa butuh penyemangat," jawab Daisy."Iya, Mom. Sebentar lagi saya akan sampai di sana."****Alexa mengerjapkan matanya, melihat langit-langit kamar, di mana dia masih masih berada di rumah sakit."Rasanya seperti mimpi, tapi sakit sekal
Elea terburu-buru meninggalkan apartemen miliknya, entah kenapa sejak keluar dari apartemen, seperti ada yang mengikutinya. Namun, saat dia menoleh dan mencari keberadaan orang tersebut, malah tidak terlihat batang hidungnya."Apa ini hanya perasaanku saja? Atau itu orang-orang yang ingin membunuhku?" Elea mempercepat langkahnya menuju basement.Seketika Elea mengingat kata-kata Alvin semalam, lelaki itu mengatakan padanya bahwa tidak seharusnya dia merasakan ketakutan seperti saat itu karena semakin dia merasa takut, semakin lemah juga dirinya.Sementara itu, Alvin pun masih mengusahakan agar dirinya bisa selalu dalam pengawasan Alvin."Tarik napas … aku harus tenang."Elea sudah berada di basement, saat hendak masuk ke dalam mobil tiba-tiba seseorang memukul punggungnya, membuat wanita itu tersungkur."Ah!" Elea segera menoleh ke belakang.Seorang lelaki berdiri menatap Elea yang sudah terjatuh di lantai. Tatapan lelaki tersebut seolah penuh kemarahan, Elea bisa melihat jelas dari s
Sejak kondisi istri dari atasannya tidak baik-baik saja, Alvin sangat disibukan dengan pekerjaan Arley yang diserahkan padanya, hingga dia sendiri tidak sempat memperhatikan kehidupan pribadinya."Bagaimana saat ini, apakah masih ada orang yang terus mengganggu atau meneror?" tanya Alvin pada Elea saat mengantarkan wanita itu masuk ke dalam apartemen."Terakhir kali ada yang sampai nekat memukulku, tetapi beruntung ada seseorang yang menolongku. Aku sempat ingin memberitahu, tetapi kamu tidak merespon panggilanku," kata Elea.Alvin membukakan pintu untuk Elea, kemudian mereka masuk dan duduk di sofa."Aku benar-benar minta maaf, akhir-akhir ini aku sangat sibuk. Tuan Arley memintaku untuk meng-handle pekerjaan di kantor," ujar Alvin merasa bersalah."Sudahlah tidak masalah, aku mencoba apa yang kamu katakan untuk tidak takut. Aku rasa orang-orang itu tidak akan lagi menggangguku," kata Elea sangat yakin.Terbukti sejak beberapa hari kejadian seseorang memukulnya, sejak saat itu pula t
"Kalau kedatanganmu ke sini hanya membahas masalah kontrak kerjasama yang sudah berakhir, lebih baik keluar saja dari ruanganku. Aku sedang tidak ingin membahas apa pun saat ini."Arley baru saja masuk ke dalam ruangan Jeremy, tetapi dia sudah mendapatkan pengusiran dari sahabatnya. Sungguh, itu bukan hal yang biasa aja yang Jeremy lakukan."Aku tidak menyangka sikapmu seperti ini, aku tidak akan mempermasalahkan mengenai kontrak tersebut. It's ok, anggap saja berakhir seperti seharusnya, tetapi apa sampai berlarut-larut seperti ini keadaan kita?" Arley berdiri menatap Jeremy yang duduk di kursi kebesarannya."Kau tahu aku sangat mencintai Dayana, aku pernah merelakannya untukmu. Namun, setelah aku merasa bisa kembali mencintai Dayana dengan tenang, nyatanya dia depresi dan memilih mengakhiri hidupnya dan itu karenamu!""Jadi, kau menghukumku dengan cara seperti ini?" tanya Arley. tidak ada tanggapan apa pun dari Jeremy.Suasana saat ini hanyalah hening, kedua orang itu sibuk bergelut
Saat ini Arley sudah berada di mobil hendak menyusul kakak tirinya, sebelumnya dia sudah berpamitan pada sang istri. Arley merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Ef, itu sebabnya kini dia ingin menemui Ef.Seiring berjalannya waktu, dia bisa menerima bahwa mereka berdua adalah kakak beradik, meskipun bukan terlahir dari rahim wanita yang sama. Namun, Arley sadar dalam diri mereka mengalir darah sang daddy—Austin Williams.Tidak sia-sia Arley melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, akhirnya dia melihat keberadaan mobil Ef dan segera menghadang mobil tersebut.Setelah berhasil menghentikan laju mobil Ef, terlihat kedua orang itu sama-sama menuruni mobilnya."Arley?" Ef terlihat bingung dengan apa yang baru saja dilakukan Arley."Kau mau ke mana?" tanya Arley berjalan menghampiri kakak tirinya.Ef menaikkan satu alisnya. "Aku? Aku mau ke luar negeri pagi ini juga, ada pekerjaan mendesak di sana.""Pekerjaan apa? Memangnya kau memiliki bisnis lain di luar negeri?" tanya Arley, "ja