“Apa kau menyuruh Anita untuk membuatku menandatangani surat cerai ini!!!” teriak Purnomo dari seberang telepon.
“Haha!! Akhirnya kau bercerai juga dengan Vanya, tunggu saja sampai surat undangan pernikahanku datang kepadamu!!!” Anthony menepuk jidat, dia belum sempat menghubungi Anita untuk mengambil surat cerai itu. Dia berusaha menyembunyikan suaranya agar tidak terdengar menyesal.
“Jangan berlagak sok hebat!!! Apa kau tahu dimana keberadaan Vanya? Siapa yang cepat menemukannya, dia adalah pemenang dan aku akan merenggut kehormatannya terlebih dahulu, setelah itu ambillah sisaku!!!” beber Purnomo sambil tertawa penuh kemenangan.
“Brengsek kau, Bandot Tua!!! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!!! Kita lihat saja siapa yang menang!!” umpat A
Kamar pasien VIP menjadi pilihan Purnomo untuk merawat Mawar. Purnomo sedang mendengarkan penjelasan Dokter kandungan Mawar.“Istri anda tidak boleh stres, ini demi janin yang ada di dalam rahimnya. Sejauh ini istri dan janinnya dalam keadaan baik-baik saja.”“Baik, Dok. Terimakasih,” jawab Purnomo.Setelah Dokter selesai dengan penjelasannya pergi meninggalkan kamar pasien VIP. Purnomo merasa lega ketika mengetahui Mawar dalam keadaan baik-baik saja.“Sayang, kamu dengar apa kata dokter kan?? Kamu tidak boleh stres, semua sumber stres di rumah sudah hilang, jadi kamu harus sehat ya,” kata Purnomo dengan lembut.Mawar mengangg
Berkas lembaran itu berisi data keuangan penggelapan pajak beberapa perusahaan yang dikelola Purnomo dan rekening koran menunjukkan dana gelap bernilai milyaran yang berkali-kali ditransfer ke rekening Purnomo dengan pengirim yang sama.“Dokumen itu sangat rahasia, aku mendapatkannya di brankas Purnomo sebelumnya. Aku ingin melihat Purnomo bangkrut dan hidup sengsara bersama istri pilihannya itu!!” ucap Anita sambil menahan amarah.“Apa mbak Anita yakin melakukan ini?? Purnomo belum resmi menceraikan mbak kan, apa nanti mbak tidak terbawa-bawa dalam kasus ini?” tanya Anthony meyakinkan Anita.Anita menatap Anthony, “Jangan kuatir, aku mempunyai teman pengacara yang sangat dekat denganku. Jadi bantulah aku untuk menjatuhkan Purnomo dengan berkas itu.”&nbs
“Purnomo sudah tidak mencintaiku, Lyn. Terima saja berkas dari Anthony hanya dia orang yang bisa membantu untuk menjatuhkan Purnomo,” jawab Anita.Jocelyn tampak mendengarkannya dengan serius, lalu menatap Anthony yang melambaikan tangan sambil tersenyum kepadanya.“Baiklah, beri tahu aku keberadaanmu sekarang. Aku akan segera kesana setelah urusan bersama Anthony selesai,” timpal Jocelyn.Sambungan telepon tersebut berakhir, Jocelyn berjalan menghampiri Anthony dan duduk di hadapannya sambil meletakkan ponsel diatas meja.“Maafkan aku tidak mempercayaimu sebelumnya, bekas ini aku terima dan akan mengurus sisanya,” kata Jocelyn menyesal, dia lebih lembut dari sebelumnya.“O
“Mawar!! Aku minta maaf telah meninggalkanmu. Aku berjanji akan bertanggung jawab atas perbuatanku,” ungkap Arka berjalan mendekati Mawar.“Tidak!!! Pergi dari sini!! Aku tidak butuh dengan semua itu!!” teriak Mawar histeris, semua yang bisa dia gapai dilemparkan ke arah Arka untuk menghalaunya.Purnomo yang sudah dekat dengan kamar Mawar ikut panik ketika mendengar sebuah teriakan, dia berlari masuk kamar dan melihat ada seorang lelaki menghampiri Mawar.“Hei!!! Siapa kamu?” teriak Purnomo di belakang Arka.Sontak Mawar langsung memanggil Purnomo untuk mencari perlindungan, “Mas, usir orang itu. Aku takut!!!”Selain itu Mawar juga mencari alasan agar tidak ketahuan jika bayi
Madiun adalah kota kecil yang terkenal dengan berbagai julukannya, ada yang bilang kota gadis, kota pecel, kota pendekar dan mungkin beberapa sebutan lain yang disematkan.Hampir 2 minggu Vanya sudah menyesuaikan diri di kota Madiun, ketika dia bangun pagi di kamar kos selalu melihat antrean cukup panjang di depan gerbang untuk membeli nasi pecel.Kebetulan ibu kosnya menjual sarapan di pagi hari, Vanya bangun dan segera mencuci muka untuk ikut mengantre membeli sarapan.“Bu, saya nasi pecel satu pincuk ya,” ucap Vanya sambil tersenyum.Satu pincuk itu sebutan untuk alas pembungkus nasi pecel yang berasal dari daun pisang, kalau makan di tempat daun pisang bagian ujung atas dilipat kecil menyerupai trompet.“Bere
Di ruang tanpa jendela Purnomo sedang diinterogasi, dinding beton itu mengelilingi ruangan yang hanya terdapat satu pintu dan tembok kaca anti peluru jika dilihat dari dalam tidak kelihatan. Para petinggi detektif akan menyaksikan dari luar kaca yang tembus pandang.“Pak Purnomo, tolong bekerjasamalah dalam penyidikan kali ini? Bukti ini sudah jelas bahwa perusahaan anda terjerat kasus penggelapan pajak, anda tidak bisa mengelak,” beber petugas investigasi.Empat pengacara Purnomo yang salah satunya adalah pengacara kondang itu menjawab petugas. Purnomo sendiri sedang menyesap kopi dengan wajah tenang seolah dia memang tidak bersalah.“Lepaskan pak Purnomo, bukti itu palsu. Ada seseorang pengusaha juga yang tidak suka dengan kesuksesan beliau, sehingga dia menggunakan trik ini.”&
Vanya yang berada di dalam kereta api tidak mengetahui jika Purnomo sudah bebas. Karena ponsel saja belum beli, dia sebentar lagi mencapai stasiun pemberhentian yang dituju.“Sudah sampai ya?” gumam Vanya yang melihat nama stasiun di balik jendela, kereta api pun melambat untuk menurunkan para penumpang.Vanya keluar dari kereta api sambil membawa tas jinjing ukuran sedang yang berisi pakaian, lalu dia memesan taksi untuk menuju ke rumah orang tua Anita. Vanya pernah sekali ikut mengunjunginya, dia memilih menuju kesana karena persentase bertemunya Anita lebih banyak dan lagi tidak terlalu bahaya jika dibandingkan dengan rumah Purnomo.Selama Anita diusir Purnomo dari rumah, ti
Mobil taksi itu berjalan mengikuti perintah Vanya, dia menangis tanpa peduli dengan sopir taksi memperhatikannya. Teriakan Anthony masih terdengar di telinga Vanya, Vanya berusaha kuat untuk melawan hatinya.“Duh!!! Nekat sekali orang itu!! Hei!! Menyingkirlah!!!” geram sopir taksi.Vanya mencari penyebab apa yang membuat sopir taksi itu marah, dia berusaha melihat kaca depan mobil yang terhalang kursi.“Vanya!!! Cepat keluar!! Kalau tidak suruh sopir taksi itu menabrakku!!!” ancam Anthony sambil berteriak lantang.“Ton!! Apa yang sedang kau lakukan!!! Aku mohon menyingkirlah!!” gumam Vanya resah di sela tangisannya.Sopir taksi membunyikan klaks
“Ya ampun!! Kasihan sekali orang tua mempelai wanita,” kata ibu Bondan seperti mewakili sebagian besar pertanyaan tamu yang lain.“Kita tidak tahu duduk perkaranya, Buk. Jangan berkomentar dulu, kita lihat saja,” timpal Bondan.Suasana tegang itu masih berlangsung, penghulu yang ada disana juga masih menyaksikan sampai lupa tujuannya datang di acara Anthony hari ini.Airmata Vanya mengalir deras, memalingkan muka tidak kuat untuk melihat kedua orang tuanya. Hatinya masih keras sampai tangannya disentuh oleh Dylano dengan tinggi hampir menyamainya.“Kak Vanya apa kabar? Dylano merindukan kakak,” ungkap Dylano yang menggenggam tangan Vanya.Anthony melepas rangkulannya, dia membantu Sonya
Hari bahagia Vanya dan Anthony tiba, mereka menggelar acara resepsi di outdoor sebuah danau yang suasananya mirip puncak. Semua sudah sibuk dengan tugas masing-masing, memanglah tidak banyak tamu yang mereka undang. Hanya kalangan teman Anthony seperti Danang bersama keluarganya, Bondan, Asep, Jon juga begitu.Tidak terkecuali dengan Junet dan kepala koki, semua nampak bahagia menunggu acara pernikahan itu dimulai.Bukit ditumbuhi berbagai pohon yang diantaranya pinus terlihat segar, lantai beralaskan rumput didekor sedemikian cantik khas ala pengantin. Tidak luput kursi pengantin lengkap dengan meja untuk melakukan akad nikah.“Wahhh!!! Lihat Anthony sudah datang!!” seru Junet berdecak kagum, dia melihat ketampanan Anthony keluar dengan balutan setelan jas hitam dengan dasi kupu
“Kak, kemana kak Sean?? Kenapa selama 3 hari aku tidak melihatnya?” tanya Bondan, dia sedang menyerahkan laporan keuangan kepada Anthony.Anthony masih belum menjawab, dia mengamati hasil laporan tersebut yang profitnya 3 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.“Ini benar laporan bulan ini, Ndan?” tanya Anthony mengalihkan pembicaraan tentang Sean.Malam itu Anthony tidak berhasil menemukan Sean, ketika dia berhenti di pangkalan ojek sudah tidak melihat siapa-siapa lagi. Anthony juga berusaha menghubungi nomor ponsel Sean, bahkan pergi ke tempat kerjanya, akan tetapi dia juga tidak menemukannya.“Benar Kak, aku sudah menelitinya sampai 3 kali, ternyata ada peningkatan saat kita setor kardus dan dupleks, sedangkan di gud
Seminggu setalah pesta kecil malam itu, Anita mendapatkan sebagian harta milik Purnomo yang terbukti aman dari penggelapan pajak, berupa rumah dan tanah, kecuali semua bisnis dan rekening bank untuk transaksi korupsi.“Ibu Anita, anda yang masih berstatus menjadi istri sah pak Purnomo, semua harta yang bersih ini jatuh ke tangan anda, silahkan tandatangani diatas surat kuasa ini,” kata pengacara keluarga Purnomo.Anita tersenyum sambil menerima surat yang disodorkan pengacara, dia tenang karena masih beruntung mendapatkan sedikit harta untuk mengurus kedua orang
“Pengacara senior Jocelyn menunjukan eksistensinya, dia kembali melaporkan tersangka dengan kasus berlapis yang dilakukan oleh seorang pejabat pemerintahan terjerat banyak kasus berat diantaranya penggelapan pajak, kasus korupsi, kekerasan dengan istri-istrinya yaitu Purnomo harus rela dicopot dari jabatannya dan menjalankan sidang untuk menunggu vonis hukumannya.”“Kami berhasil mewawancarai singkat saksi kasus korupsi yang sedang menjerat Purnomo. Simak wawancara eksklusif kami,” kata pembawa berita.“Selamat malam bapak Avan, terimakasih sudah bersedia diliput di acara televisi kami. Menurut keterangan dari penyidik anda adalah orang yang dengan kesukarelaan mengajukan diri sebagai saksi, apakah anda mengetahui perbuatan Purnomo secara langsung?” tanya pembawa berita.&nbs
Arka tahu ketika Mawar digotong masuk kamar yang sama dengannya, dia tidak bisa mengumpat lantaran mulutnya tersumpal serta tertutup lapban.Asep tertawa melihat penderitaan Arka, dia sudah sangat menantikan penderitaan di wajah lain, yaitu wajah Purnomo.Sebuah pisau tajam di lemparkan Anthony tepat di belakang tangan Arka yang terikat, lalu dia berbicara, “Akhiri sandiwaramu dan akui bahwa anak dalam kandungan Mawar itu adalah anakmu!!”“Aku beri kau kesempatan untuk melepaskan ikatan dengan pisau itu!! Jika kau bisa keluar dari sini, aku biarkan kau bisa hidup bahagia bersama Mawar,” ungkap Anthony.“Ugh!!! Ugh!!” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Arka, dia tidak berdaya dan membiarkan Anthony beserta anak buahnya pergi
Rencana berikutnya adalah menculik Mawar, di dalam perjalanan menuju rumah Purnomo Anthony tidak menjawab serius pertanyaan Vanya, alhasil Vanya cemberut saja sambil menyilangkan kedua tangannya.“Bagaimana semalam?? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Anthony sambil melirik Vanya, lalu dia kembali memandang jalan.Anthony kembali menoleh untuk melihat Vanya, karena dia tidak kunjung berbicara. Anthony gemas setiap melihat tingkah laku Vanya, pengennya dia peluk dan ciumi.“Sayang, jangan cemberut gitu!! Nanti kamu tambah cantik loh!!” bual Anthony sambil membelai pipi Vanya.Vanya tampak menahan senyum, lalu dia kembali cemberut lagi untuk meneruskan sandiwaranya. Anthony semakin kuatir ketika rayuan tidak mempan membuat suasana
“Siapa kalian?” teriak Arka yang berjalan mundur masuk rumah sewa.Arka panik luar biasa dimana tidak ada yang bisa dilakukan, dia sudah melawan 2 orang berwajah seram itu, akan tetapi dia kalah. Mau minta tolong juga tidak ada orang, karena rumah sewanya berada di pinggir sungai besar pengairan kota yang kebetulan tetangga kanan kirinya adalah karyawan dengan jam lembur tinggi.“Berlutut!!! Dan jangan melawan jika kamu tidak pengen lecet!!” perintah seorang pria.Arka yang ketakutan ini segera berlutut berharap dia tidak kena pukul, tindakan yang naif itu membuatnya pingsan ketika salah seorang memukul tengkuknya. Dia jatuh tergeletak di lantai dingin begitu saja.&ldqu
Purnomo kembali dari mencari makan siang, suasana yang dia tangkap sanggatlah ganjil. Semua staff memandanginya sambil berbisik bahkan terdengar kata-kata pedas yang terucap.“Itu ya pejabat yang suka pencitraan itu!!! Ahh!!! Pantas saja kariernya cemerlang, lah semua pakai duit!!”“Ssstt!!! Kecilkan suaramu!!” timpal staff pembantu wanita.Purnomo menoleh ke arah 2 staff wanita dengan tersenyum, akan tetapi dia tidak mendapatkan balasan yang diharapkan, bahkan 2 staff itu segera kabur menjauhi Purnomo.Ketika Purnomo berjalan semakin dalam masuk kantor, dia bertemu pejabat yang lain dan sering ngobrol ringan bersama seperti layaknya teman.“Hai!! Pak Herman!! Bagaimana makan siangnya?? Apakah tadi makan soto babat langganan?” tanya Purnomo dibuat seriang mungkin kepada pejabat divisi la