“Jam berapa ini?” gumam Anthony sambil mengambil ponsel di dalam sakunya yang menunjukkan pukul 02.00 pagi.
“Ahh!!! Waktu berjalan cepat sekali!!!” keluh Anthony, dia naik sepeda motor berniat untuk pulang.
Lampu jalan kota menjadi teman Anthony disaat kendaraan sudah tidak ada di jalannya. Keadaan sangat sepi sekali hanya beberapa pengguna jalan yang lewat.
Dua jam sudah Anthony berada di jalan yang akhirnya sudah sampai rumah juga, dia meletakkan helm dan kaget ketika melihat Sean dan yang lain sedang menunggunya pulang.
“Loh!!! Kalian belum tidur?” tanya Anthony.
Sean merangkul Anthony dan menuntunnya masuk dibawa duduk ke ruang tamu. Semua sa
“Apa kau menyuruh Anita untuk membuatku menandatangani surat cerai ini!!!” teriak Purnomo dari seberang telepon.“Haha!! Akhirnya kau bercerai juga dengan Vanya, tunggu saja sampai surat undangan pernikahanku datang kepadamu!!!” Anthony menepuk jidat, dia belum sempat menghubungi Anita untuk mengambil surat cerai itu. Dia berusaha menyembunyikan suaranya agar tidak terdengar menyesal.“Jangan berlagak sok hebat!!! Apa kau tahu dimana keberadaan Vanya? Siapa yang cepat menemukannya, dia adalah pemenang dan aku akan merenggut kehormatannya terlebih dahulu, setelah itu ambillah sisaku!!!” beber Purnomo sambil tertawa penuh kemenangan.“Brengsek kau, Bandot Tua!!! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!!! Kita lihat saja siapa yang menang!!” umpat A
Kamar pasien VIP menjadi pilihan Purnomo untuk merawat Mawar. Purnomo sedang mendengarkan penjelasan Dokter kandungan Mawar.“Istri anda tidak boleh stres, ini demi janin yang ada di dalam rahimnya. Sejauh ini istri dan janinnya dalam keadaan baik-baik saja.”“Baik, Dok. Terimakasih,” jawab Purnomo.Setelah Dokter selesai dengan penjelasannya pergi meninggalkan kamar pasien VIP. Purnomo merasa lega ketika mengetahui Mawar dalam keadaan baik-baik saja.“Sayang, kamu dengar apa kata dokter kan?? Kamu tidak boleh stres, semua sumber stres di rumah sudah hilang, jadi kamu harus sehat ya,” kata Purnomo dengan lembut.Mawar mengangg
Berkas lembaran itu berisi data keuangan penggelapan pajak beberapa perusahaan yang dikelola Purnomo dan rekening koran menunjukkan dana gelap bernilai milyaran yang berkali-kali ditransfer ke rekening Purnomo dengan pengirim yang sama.“Dokumen itu sangat rahasia, aku mendapatkannya di brankas Purnomo sebelumnya. Aku ingin melihat Purnomo bangkrut dan hidup sengsara bersama istri pilihannya itu!!” ucap Anita sambil menahan amarah.“Apa mbak Anita yakin melakukan ini?? Purnomo belum resmi menceraikan mbak kan, apa nanti mbak tidak terbawa-bawa dalam kasus ini?” tanya Anthony meyakinkan Anita.Anita menatap Anthony, “Jangan kuatir, aku mempunyai teman pengacara yang sangat dekat denganku. Jadi bantulah aku untuk menjatuhkan Purnomo dengan berkas itu.”&nbs
“Purnomo sudah tidak mencintaiku, Lyn. Terima saja berkas dari Anthony hanya dia orang yang bisa membantu untuk menjatuhkan Purnomo,” jawab Anita.Jocelyn tampak mendengarkannya dengan serius, lalu menatap Anthony yang melambaikan tangan sambil tersenyum kepadanya.“Baiklah, beri tahu aku keberadaanmu sekarang. Aku akan segera kesana setelah urusan bersama Anthony selesai,” timpal Jocelyn.Sambungan telepon tersebut berakhir, Jocelyn berjalan menghampiri Anthony dan duduk di hadapannya sambil meletakkan ponsel diatas meja.“Maafkan aku tidak mempercayaimu sebelumnya, bekas ini aku terima dan akan mengurus sisanya,” kata Jocelyn menyesal, dia lebih lembut dari sebelumnya.“O
“Mawar!! Aku minta maaf telah meninggalkanmu. Aku berjanji akan bertanggung jawab atas perbuatanku,” ungkap Arka berjalan mendekati Mawar.“Tidak!!! Pergi dari sini!! Aku tidak butuh dengan semua itu!!” teriak Mawar histeris, semua yang bisa dia gapai dilemparkan ke arah Arka untuk menghalaunya.Purnomo yang sudah dekat dengan kamar Mawar ikut panik ketika mendengar sebuah teriakan, dia berlari masuk kamar dan melihat ada seorang lelaki menghampiri Mawar.“Hei!!! Siapa kamu?” teriak Purnomo di belakang Arka.Sontak Mawar langsung memanggil Purnomo untuk mencari perlindungan, “Mas, usir orang itu. Aku takut!!!”Selain itu Mawar juga mencari alasan agar tidak ketahuan jika bayi
Madiun adalah kota kecil yang terkenal dengan berbagai julukannya, ada yang bilang kota gadis, kota pecel, kota pendekar dan mungkin beberapa sebutan lain yang disematkan.Hampir 2 minggu Vanya sudah menyesuaikan diri di kota Madiun, ketika dia bangun pagi di kamar kos selalu melihat antrean cukup panjang di depan gerbang untuk membeli nasi pecel.Kebetulan ibu kosnya menjual sarapan di pagi hari, Vanya bangun dan segera mencuci muka untuk ikut mengantre membeli sarapan.“Bu, saya nasi pecel satu pincuk ya,” ucap Vanya sambil tersenyum.Satu pincuk itu sebutan untuk alas pembungkus nasi pecel yang berasal dari daun pisang, kalau makan di tempat daun pisang bagian ujung atas dilipat kecil menyerupai trompet.“Bere
Di ruang tanpa jendela Purnomo sedang diinterogasi, dinding beton itu mengelilingi ruangan yang hanya terdapat satu pintu dan tembok kaca anti peluru jika dilihat dari dalam tidak kelihatan. Para petinggi detektif akan menyaksikan dari luar kaca yang tembus pandang.“Pak Purnomo, tolong bekerjasamalah dalam penyidikan kali ini? Bukti ini sudah jelas bahwa perusahaan anda terjerat kasus penggelapan pajak, anda tidak bisa mengelak,” beber petugas investigasi.Empat pengacara Purnomo yang salah satunya adalah pengacara kondang itu menjawab petugas. Purnomo sendiri sedang menyesap kopi dengan wajah tenang seolah dia memang tidak bersalah.“Lepaskan pak Purnomo, bukti itu palsu. Ada seseorang pengusaha juga yang tidak suka dengan kesuksesan beliau, sehingga dia menggunakan trik ini.”&
Vanya yang berada di dalam kereta api tidak mengetahui jika Purnomo sudah bebas. Karena ponsel saja belum beli, dia sebentar lagi mencapai stasiun pemberhentian yang dituju.“Sudah sampai ya?” gumam Vanya yang melihat nama stasiun di balik jendela, kereta api pun melambat untuk menurunkan para penumpang.Vanya keluar dari kereta api sambil membawa tas jinjing ukuran sedang yang berisi pakaian, lalu dia memesan taksi untuk menuju ke rumah orang tua Anita. Vanya pernah sekali ikut mengunjunginya, dia memilih menuju kesana karena persentase bertemunya Anita lebih banyak dan lagi tidak terlalu bahaya jika dibandingkan dengan rumah Purnomo.Selama Anita diusir Purnomo dari rumah, ti