“Purnomo sudah tidak mencintaiku, Lyn. Terima saja berkas dari Anthony hanya dia orang yang bisa membantu untuk menjatuhkan Purnomo,” jawab Anita.
Jocelyn tampak mendengarkannya dengan serius, lalu menatap Anthony yang melambaikan tangan sambil tersenyum kepadanya.
“Baiklah, beri tahu aku keberadaanmu sekarang. Aku akan segera kesana setelah urusan bersama Anthony selesai,” timpal Jocelyn.
Sambungan telepon tersebut berakhir, Jocelyn berjalan menghampiri Anthony dan duduk di hadapannya sambil meletakkan ponsel diatas meja.
“Maafkan aku tidak mempercayaimu sebelumnya, bekas ini aku terima dan akan mengurus sisanya,” kata Jocelyn menyesal, dia lebih lembut dari sebelumnya.
“O
“Mawar!! Aku minta maaf telah meninggalkanmu. Aku berjanji akan bertanggung jawab atas perbuatanku,” ungkap Arka berjalan mendekati Mawar.“Tidak!!! Pergi dari sini!! Aku tidak butuh dengan semua itu!!” teriak Mawar histeris, semua yang bisa dia gapai dilemparkan ke arah Arka untuk menghalaunya.Purnomo yang sudah dekat dengan kamar Mawar ikut panik ketika mendengar sebuah teriakan, dia berlari masuk kamar dan melihat ada seorang lelaki menghampiri Mawar.“Hei!!! Siapa kamu?” teriak Purnomo di belakang Arka.Sontak Mawar langsung memanggil Purnomo untuk mencari perlindungan, “Mas, usir orang itu. Aku takut!!!”Selain itu Mawar juga mencari alasan agar tidak ketahuan jika bayi
Madiun adalah kota kecil yang terkenal dengan berbagai julukannya, ada yang bilang kota gadis, kota pecel, kota pendekar dan mungkin beberapa sebutan lain yang disematkan.Hampir 2 minggu Vanya sudah menyesuaikan diri di kota Madiun, ketika dia bangun pagi di kamar kos selalu melihat antrean cukup panjang di depan gerbang untuk membeli nasi pecel.Kebetulan ibu kosnya menjual sarapan di pagi hari, Vanya bangun dan segera mencuci muka untuk ikut mengantre membeli sarapan.“Bu, saya nasi pecel satu pincuk ya,” ucap Vanya sambil tersenyum.Satu pincuk itu sebutan untuk alas pembungkus nasi pecel yang berasal dari daun pisang, kalau makan di tempat daun pisang bagian ujung atas dilipat kecil menyerupai trompet.“Bere
Di ruang tanpa jendela Purnomo sedang diinterogasi, dinding beton itu mengelilingi ruangan yang hanya terdapat satu pintu dan tembok kaca anti peluru jika dilihat dari dalam tidak kelihatan. Para petinggi detektif akan menyaksikan dari luar kaca yang tembus pandang.“Pak Purnomo, tolong bekerjasamalah dalam penyidikan kali ini? Bukti ini sudah jelas bahwa perusahaan anda terjerat kasus penggelapan pajak, anda tidak bisa mengelak,” beber petugas investigasi.Empat pengacara Purnomo yang salah satunya adalah pengacara kondang itu menjawab petugas. Purnomo sendiri sedang menyesap kopi dengan wajah tenang seolah dia memang tidak bersalah.“Lepaskan pak Purnomo, bukti itu palsu. Ada seseorang pengusaha juga yang tidak suka dengan kesuksesan beliau, sehingga dia menggunakan trik ini.”&
Vanya yang berada di dalam kereta api tidak mengetahui jika Purnomo sudah bebas. Karena ponsel saja belum beli, dia sebentar lagi mencapai stasiun pemberhentian yang dituju.“Sudah sampai ya?” gumam Vanya yang melihat nama stasiun di balik jendela, kereta api pun melambat untuk menurunkan para penumpang.Vanya keluar dari kereta api sambil membawa tas jinjing ukuran sedang yang berisi pakaian, lalu dia memesan taksi untuk menuju ke rumah orang tua Anita. Vanya pernah sekali ikut mengunjunginya, dia memilih menuju kesana karena persentase bertemunya Anita lebih banyak dan lagi tidak terlalu bahaya jika dibandingkan dengan rumah Purnomo.Selama Anita diusir Purnomo dari rumah, ti
Mobil taksi itu berjalan mengikuti perintah Vanya, dia menangis tanpa peduli dengan sopir taksi memperhatikannya. Teriakan Anthony masih terdengar di telinga Vanya, Vanya berusaha kuat untuk melawan hatinya.“Duh!!! Nekat sekali orang itu!! Hei!! Menyingkirlah!!!” geram sopir taksi.Vanya mencari penyebab apa yang membuat sopir taksi itu marah, dia berusaha melihat kaca depan mobil yang terhalang kursi.“Vanya!!! Cepat keluar!! Kalau tidak suruh sopir taksi itu menabrakku!!!” ancam Anthony sambil berteriak lantang.“Ton!! Apa yang sedang kau lakukan!!! Aku mohon menyingkirlah!!” gumam Vanya resah di sela tangisannya.Sopir taksi membunyikan klaks
B 2356 GC pelat nomor mobil Mercy yang membawa Jocelyn pergi, Vanya juga kaget ketika melihat ada seorang wanita meminta pertolongan.“Ton!! Kejar mobil itu!!!” seru Vanya.Anthony menambah gigi Trail untuk mengejar mobil Mercy tersebut, jalanan yang padat itu membuat pandangan Anthony berkali-kali terhalang oleh mobil pengendara lain.Tidak salah lagi!!! Pasti itu ulah anak buah Purnomo, batin Anthony sambil fokus melihat pelat mobil tersebut.Sementara itu di dalam mobil Mercy pengemudinya mengumpat ketika tahu Anthony membuntutinya.“Brengsek!!! Kenapa motor Trail hijau itu mengikuti kita!!”“Ini semua gara
“Kamu sudah resmi bercerai dengan Purnomo, dan aku sekarang bisa memilikimu seutuhnya,” ungkap Anthony serius.Vanya yang mendengar sangat terkejut bercampur haru, dia menutup mulut dengan kedua tangannya tidak percaya apa yang sedang diucapkan Anthony.“Apa aku tidak salah dengar?” tanya Vanya berharap itu tidak bohong.“Benar, aku tidak bohong. Mbak Anita yang membantumu mendapatkan tanda tangan dari Purnomo,” jawab Anthony tersenyum.“Ye!!!! Aku bercerai!!!” pekik Vanya sambil berdiri diatas batu dengan gembira berkata demikian.Banyak orang yang memperhatikan tingkahnya, ada yang miris melihat kelakuan Vanya dan berkata,
Waktu masih menunjukkan pukul 20.00, jalanan masih padat dengan berbagai macam kendaraan berlalu lalang. Tapi tidak dengan gudang tua bekas bengkel yang ditelantarkan tuannya.“Kamu dimana, Sep?” tanya Anthony melalui telepon yang sudah berada tidak jauh dari gedung, bahkan dia melihat mobil Mercy dengan pelat nomor sama yang dia ingat sebelumnya.“Bang, berputarlah dari posisimu. Kami tepat di belakangmu bersembunyi di balik pohon,” jawab Asep.Anthony memutar badannya dengan ponsel masih menempel di telinga, lalu dia berkata, “Cepat kesini!!! Sebelum mereka sadar ada penyusup!!”Pembicaraan lewat ponsel itu segera berakhir ketika Anthony menggeser gambar telepon berwarna