Mobil taksi itu berjalan mengikuti perintah Vanya, dia menangis tanpa peduli dengan sopir taksi memperhatikannya. Teriakan Anthony masih terdengar di telinga Vanya, Vanya berusaha kuat untuk melawan hatinya.
“Duh!!! Nekat sekali orang itu!! Hei!! Menyingkirlah!!!” geram sopir taksi.
Vanya mencari penyebab apa yang membuat sopir taksi itu marah, dia berusaha melihat kaca depan mobil yang terhalang kursi.
“Vanya!!! Cepat keluar!! Kalau tidak suruh sopir taksi itu menabrakku!!!” ancam Anthony sambil berteriak lantang.
“Ton!! Apa yang sedang kau lakukan!!! Aku mohon menyingkirlah!!” gumam Vanya resah di sela tangisannya.
Sopir taksi membunyikan klaks
B 2356 GC pelat nomor mobil Mercy yang membawa Jocelyn pergi, Vanya juga kaget ketika melihat ada seorang wanita meminta pertolongan.“Ton!! Kejar mobil itu!!!” seru Vanya.Anthony menambah gigi Trail untuk mengejar mobil Mercy tersebut, jalanan yang padat itu membuat pandangan Anthony berkali-kali terhalang oleh mobil pengendara lain.Tidak salah lagi!!! Pasti itu ulah anak buah Purnomo, batin Anthony sambil fokus melihat pelat mobil tersebut.Sementara itu di dalam mobil Mercy pengemudinya mengumpat ketika tahu Anthony membuntutinya.“Brengsek!!! Kenapa motor Trail hijau itu mengikuti kita!!”“Ini semua gara
“Kamu sudah resmi bercerai dengan Purnomo, dan aku sekarang bisa memilikimu seutuhnya,” ungkap Anthony serius.Vanya yang mendengar sangat terkejut bercampur haru, dia menutup mulut dengan kedua tangannya tidak percaya apa yang sedang diucapkan Anthony.“Apa aku tidak salah dengar?” tanya Vanya berharap itu tidak bohong.“Benar, aku tidak bohong. Mbak Anita yang membantumu mendapatkan tanda tangan dari Purnomo,” jawab Anthony tersenyum.“Ye!!!! Aku bercerai!!!” pekik Vanya sambil berdiri diatas batu dengan gembira berkata demikian.Banyak orang yang memperhatikan tingkahnya, ada yang miris melihat kelakuan Vanya dan berkata,
Waktu masih menunjukkan pukul 20.00, jalanan masih padat dengan berbagai macam kendaraan berlalu lalang. Tapi tidak dengan gudang tua bekas bengkel yang ditelantarkan tuannya.“Kamu dimana, Sep?” tanya Anthony melalui telepon yang sudah berada tidak jauh dari gedung, bahkan dia melihat mobil Mercy dengan pelat nomor sama yang dia ingat sebelumnya.“Bang, berputarlah dari posisimu. Kami tepat di belakangmu bersembunyi di balik pohon,” jawab Asep.Anthony memutar badannya dengan ponsel masih menempel di telinga, lalu dia berkata, “Cepat kesini!!! Sebelum mereka sadar ada penyusup!!”Pembicaraan lewat ponsel itu segera berakhir ketika Anthony menggeser gambar telepon berwarna
Di rumah Purnomo, dia sedang asyik berduaan dengan Mawar. Purnomo belum sempat pegang ponsel sejak keluar dari pengadilan karena ya itu tidak diperbolehkan oleh Mawar.Ketika Mawar sudah di alam mimpi, barulah Purnomo bangkit dengan perlahan untuk menghubungi anak buahnya.“Iya!!! Pelan-pelan!!” gumam Purnomo yang sedang keluar dari kamar sambil menutup pintu dengan wajah tegang agar tidak membangunkan Mawar.Purnomo berhasil keluar rumah dan sekarang sudah berada di teras yang sebelumnya sempat mengambil ponsel di laci meja riang dikamar Anita.“Waduh!!! Banyak sekali panggilan tidak terjawab!!” gumam Purnomo mengernyitkan dahi, lalu dia menelepon balik.“Hallo!! Ada kab
Sepekan sejak Jocelyn tinggal di rumah Anthony, dia sudah mulai terbiasa dengan sikap dingin Sean. Dia rela berhenti untuk sementara sebagai pengacara demi membahas rencana jitu bersama Anthony.Dari sepekan itu juga pihak Purnomo juga terlihat masih tenang, tidak terlihat ada penyerbuan di rumah Anthony. Dan Anthony pun memasang CCTV di setiap sudut untuk memantau keadaan rumahnya.“Aku semakin curiga, apa keadaan tenang ini akan ada badai menanti kita?” Asep sedang mengemukakan pendapatnya.“Iya memang kita harus waspada, apapun bisa terjadi entah kegagalan sekalipun. Rencana ini belum lengkap jika Purnomo masih mempunyai jabatan, dia pastikan menggunakan segala cara untuk membalikkan keadaan. Kita harus punya seseorang yang bisa menjatuhkan Purnomo dalam jabatanya,&rdquo
Perut Mawar sudah terlihat membesar, dia berjalan lambat menuju teras untuk mencari udara segar, karena jengah juga tidak pernah keluar kamar.“Aihhhh!!! Hamil begini capek juga!! Cepatlah lahir anakku!!” gumam Mawar yang sudah duduk sambil meraba perutnya.Purnomo sendiri tidak ada di rumah saat hari aktif seperti sekarang, akhir-akhir ini sering pulang malam sehingga Mawar menggerutu sepanjang malam dan berlanjut sampai pagi hari ini.“Coba kalau tidak hamil, aku pasti sudah tidak sudi berdiam diri seperti ini!!!” gerutu Mawar, dia merasa sangat haus dan ingin minum jus semangka, lalu dia berteriak, “Bik!!! Cepat kesini!!”“Baik, Buk!!” jawab pembantu berlari menghampiri Mawar, dia segera menundukkan
“Husftt!!! Tadi itu hampir saja ya, Vanya. Kok kamu tahu jika aku menaruh dokumen ke dalam tas tenteng itu?” tanya Anita sambil menghela napas lega setelah berhasil menyelundupkan dokumen penting seperti surat tanah, aset kekayaan, surat kepemilikan perusahaan dan lain sebagainya.“Hah!!! Aku juga lega Mbak. Bagaimana tidak tahu ketika mata mbak Anita tadi seperti meminta pertolongan. Hehe,” sahut Vanya.Anita meringis ketika mendengar jawaban dari Vanya. Vanya yang membawa mobil tersebut menoleh ke Anita dan berkata,“Mbak, aku turunkan di taman kota depan ya!! Maaf, aku tidak bisa mengantar sampai rumah,” ungkap Vanya sedikit menyesal.“Santai saja Vanya, kamu mau memperte
“Ohh!!! Jadi kalian bersekongkol menjatuhkan aku ya!!” seru Purnomo sambil menunjuk muka Anthony dan Avan secara bergantian.Anthony masih tidak menanggapi, dia hanya menatap tajam lurus ke Purnomo. Avan pun tampak sama, dia juga tidak habis pikir dari sekian banyak restoran kenapa harus bertemu dengan Purnomo di waktu yang tidak tepat.“Bawalah semua pasukanmu, aku tidak akan mundur dan pasti menang!!! Hahaa!!!” ucap Purnomo dengan sangat yakin.Purnomo melihat Vanya yang masih berdiri di dekat Fully, dia menarik tangan Vanya untuk diajaknya pergi.“Ayo pergi, Vanya!!!” teriak Purnomo.“Aku tidak mau!! Lepaskan aku!!” teriak Vanya mengibaskan tangannya.
“Ya ampun!! Kasihan sekali orang tua mempelai wanita,” kata ibu Bondan seperti mewakili sebagian besar pertanyaan tamu yang lain.“Kita tidak tahu duduk perkaranya, Buk. Jangan berkomentar dulu, kita lihat saja,” timpal Bondan.Suasana tegang itu masih berlangsung, penghulu yang ada disana juga masih menyaksikan sampai lupa tujuannya datang di acara Anthony hari ini.Airmata Vanya mengalir deras, memalingkan muka tidak kuat untuk melihat kedua orang tuanya. Hatinya masih keras sampai tangannya disentuh oleh Dylano dengan tinggi hampir menyamainya.“Kak Vanya apa kabar? Dylano merindukan kakak,” ungkap Dylano yang menggenggam tangan Vanya.Anthony melepas rangkulannya, dia membantu Sonya
Hari bahagia Vanya dan Anthony tiba, mereka menggelar acara resepsi di outdoor sebuah danau yang suasananya mirip puncak. Semua sudah sibuk dengan tugas masing-masing, memanglah tidak banyak tamu yang mereka undang. Hanya kalangan teman Anthony seperti Danang bersama keluarganya, Bondan, Asep, Jon juga begitu.Tidak terkecuali dengan Junet dan kepala koki, semua nampak bahagia menunggu acara pernikahan itu dimulai.Bukit ditumbuhi berbagai pohon yang diantaranya pinus terlihat segar, lantai beralaskan rumput didekor sedemikian cantik khas ala pengantin. Tidak luput kursi pengantin lengkap dengan meja untuk melakukan akad nikah.“Wahhh!!! Lihat Anthony sudah datang!!” seru Junet berdecak kagum, dia melihat ketampanan Anthony keluar dengan balutan setelan jas hitam dengan dasi kupu
“Kak, kemana kak Sean?? Kenapa selama 3 hari aku tidak melihatnya?” tanya Bondan, dia sedang menyerahkan laporan keuangan kepada Anthony.Anthony masih belum menjawab, dia mengamati hasil laporan tersebut yang profitnya 3 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.“Ini benar laporan bulan ini, Ndan?” tanya Anthony mengalihkan pembicaraan tentang Sean.Malam itu Anthony tidak berhasil menemukan Sean, ketika dia berhenti di pangkalan ojek sudah tidak melihat siapa-siapa lagi. Anthony juga berusaha menghubungi nomor ponsel Sean, bahkan pergi ke tempat kerjanya, akan tetapi dia juga tidak menemukannya.“Benar Kak, aku sudah menelitinya sampai 3 kali, ternyata ada peningkatan saat kita setor kardus dan dupleks, sedangkan di gud
Seminggu setalah pesta kecil malam itu, Anita mendapatkan sebagian harta milik Purnomo yang terbukti aman dari penggelapan pajak, berupa rumah dan tanah, kecuali semua bisnis dan rekening bank untuk transaksi korupsi.“Ibu Anita, anda yang masih berstatus menjadi istri sah pak Purnomo, semua harta yang bersih ini jatuh ke tangan anda, silahkan tandatangani diatas surat kuasa ini,” kata pengacara keluarga Purnomo.Anita tersenyum sambil menerima surat yang disodorkan pengacara, dia tenang karena masih beruntung mendapatkan sedikit harta untuk mengurus kedua orang
“Pengacara senior Jocelyn menunjukan eksistensinya, dia kembali melaporkan tersangka dengan kasus berlapis yang dilakukan oleh seorang pejabat pemerintahan terjerat banyak kasus berat diantaranya penggelapan pajak, kasus korupsi, kekerasan dengan istri-istrinya yaitu Purnomo harus rela dicopot dari jabatannya dan menjalankan sidang untuk menunggu vonis hukumannya.”“Kami berhasil mewawancarai singkat saksi kasus korupsi yang sedang menjerat Purnomo. Simak wawancara eksklusif kami,” kata pembawa berita.“Selamat malam bapak Avan, terimakasih sudah bersedia diliput di acara televisi kami. Menurut keterangan dari penyidik anda adalah orang yang dengan kesukarelaan mengajukan diri sebagai saksi, apakah anda mengetahui perbuatan Purnomo secara langsung?” tanya pembawa berita.&nbs
Arka tahu ketika Mawar digotong masuk kamar yang sama dengannya, dia tidak bisa mengumpat lantaran mulutnya tersumpal serta tertutup lapban.Asep tertawa melihat penderitaan Arka, dia sudah sangat menantikan penderitaan di wajah lain, yaitu wajah Purnomo.Sebuah pisau tajam di lemparkan Anthony tepat di belakang tangan Arka yang terikat, lalu dia berbicara, “Akhiri sandiwaramu dan akui bahwa anak dalam kandungan Mawar itu adalah anakmu!!”“Aku beri kau kesempatan untuk melepaskan ikatan dengan pisau itu!! Jika kau bisa keluar dari sini, aku biarkan kau bisa hidup bahagia bersama Mawar,” ungkap Anthony.“Ugh!!! Ugh!!” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Arka, dia tidak berdaya dan membiarkan Anthony beserta anak buahnya pergi
Rencana berikutnya adalah menculik Mawar, di dalam perjalanan menuju rumah Purnomo Anthony tidak menjawab serius pertanyaan Vanya, alhasil Vanya cemberut saja sambil menyilangkan kedua tangannya.“Bagaimana semalam?? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Anthony sambil melirik Vanya, lalu dia kembali memandang jalan.Anthony kembali menoleh untuk melihat Vanya, karena dia tidak kunjung berbicara. Anthony gemas setiap melihat tingkah laku Vanya, pengennya dia peluk dan ciumi.“Sayang, jangan cemberut gitu!! Nanti kamu tambah cantik loh!!” bual Anthony sambil membelai pipi Vanya.Vanya tampak menahan senyum, lalu dia kembali cemberut lagi untuk meneruskan sandiwaranya. Anthony semakin kuatir ketika rayuan tidak mempan membuat suasana
“Siapa kalian?” teriak Arka yang berjalan mundur masuk rumah sewa.Arka panik luar biasa dimana tidak ada yang bisa dilakukan, dia sudah melawan 2 orang berwajah seram itu, akan tetapi dia kalah. Mau minta tolong juga tidak ada orang, karena rumah sewanya berada di pinggir sungai besar pengairan kota yang kebetulan tetangga kanan kirinya adalah karyawan dengan jam lembur tinggi.“Berlutut!!! Dan jangan melawan jika kamu tidak pengen lecet!!” perintah seorang pria.Arka yang ketakutan ini segera berlutut berharap dia tidak kena pukul, tindakan yang naif itu membuatnya pingsan ketika salah seorang memukul tengkuknya. Dia jatuh tergeletak di lantai dingin begitu saja.&ldqu
Purnomo kembali dari mencari makan siang, suasana yang dia tangkap sanggatlah ganjil. Semua staff memandanginya sambil berbisik bahkan terdengar kata-kata pedas yang terucap.“Itu ya pejabat yang suka pencitraan itu!!! Ahh!!! Pantas saja kariernya cemerlang, lah semua pakai duit!!”“Ssstt!!! Kecilkan suaramu!!” timpal staff pembantu wanita.Purnomo menoleh ke arah 2 staff wanita dengan tersenyum, akan tetapi dia tidak mendapatkan balasan yang diharapkan, bahkan 2 staff itu segera kabur menjauhi Purnomo.Ketika Purnomo berjalan semakin dalam masuk kantor, dia bertemu pejabat yang lain dan sering ngobrol ringan bersama seperti layaknya teman.“Hai!! Pak Herman!! Bagaimana makan siangnya?? Apakah tadi makan soto babat langganan?” tanya Purnomo dibuat seriang mungkin kepada pejabat divisi la