Perut Mawar sudah terlihat membesar, dia berjalan lambat menuju teras untuk mencari udara segar, karena jengah juga tidak pernah keluar kamar.
“Aihhhh!!! Hamil begini capek juga!! Cepatlah lahir anakku!!” gumam Mawar yang sudah duduk sambil meraba perutnya.
Purnomo sendiri tidak ada di rumah saat hari aktif seperti sekarang, akhir-akhir ini sering pulang malam sehingga Mawar menggerutu sepanjang malam dan berlanjut sampai pagi hari ini.
“Coba kalau tidak hamil, aku pasti sudah tidak sudi berdiam diri seperti ini!!!” gerutu Mawar, dia merasa sangat haus dan ingin minum jus semangka, lalu dia berteriak, “Bik!!! Cepat kesini!!”
“Baik, Buk!!” jawab pembantu berlari menghampiri Mawar, dia segera menundukkan
“Husftt!!! Tadi itu hampir saja ya, Vanya. Kok kamu tahu jika aku menaruh dokumen ke dalam tas tenteng itu?” tanya Anita sambil menghela napas lega setelah berhasil menyelundupkan dokumen penting seperti surat tanah, aset kekayaan, surat kepemilikan perusahaan dan lain sebagainya.“Hah!!! Aku juga lega Mbak. Bagaimana tidak tahu ketika mata mbak Anita tadi seperti meminta pertolongan. Hehe,” sahut Vanya.Anita meringis ketika mendengar jawaban dari Vanya. Vanya yang membawa mobil tersebut menoleh ke Anita dan berkata,“Mbak, aku turunkan di taman kota depan ya!! Maaf, aku tidak bisa mengantar sampai rumah,” ungkap Vanya sedikit menyesal.“Santai saja Vanya, kamu mau memperte
“Ohh!!! Jadi kalian bersekongkol menjatuhkan aku ya!!” seru Purnomo sambil menunjuk muka Anthony dan Avan secara bergantian.Anthony masih tidak menanggapi, dia hanya menatap tajam lurus ke Purnomo. Avan pun tampak sama, dia juga tidak habis pikir dari sekian banyak restoran kenapa harus bertemu dengan Purnomo di waktu yang tidak tepat.“Bawalah semua pasukanmu, aku tidak akan mundur dan pasti menang!!! Hahaa!!!” ucap Purnomo dengan sangat yakin.Purnomo melihat Vanya yang masih berdiri di dekat Fully, dia menarik tangan Vanya untuk diajaknya pergi.“Ayo pergi, Vanya!!!” teriak Purnomo.“Aku tidak mau!! Lepaskan aku!!” teriak Vanya mengibaskan tangannya.
Purnomo kembali dari mencari makan siang, suasana yang dia tangkap sanggatlah ganjil. Semua staff memandanginya sambil berbisik bahkan terdengar kata-kata pedas yang terucap.“Itu ya pejabat yang suka pencitraan itu!!! Ahh!!! Pantas saja kariernya cemerlang, lah semua pakai duit!!”“Ssstt!!! Kecilkan suaramu!!” timpal staff pembantu wanita.Purnomo menoleh ke arah 2 staff wanita dengan tersenyum, akan tetapi dia tidak mendapatkan balasan yang diharapkan, bahkan 2 staff itu segera kabur menjauhi Purnomo.Ketika Purnomo berjalan semakin dalam masuk kantor, dia bertemu pejabat yang lain dan sering ngobrol ringan bersama seperti layaknya teman.“Hai!! Pak Herman!! Bagaimana makan siangnya?? Apakah tadi makan soto babat langganan?” tanya Purnomo dibuat seriang mungkin kepada pejabat divisi la
“Siapa kalian?” teriak Arka yang berjalan mundur masuk rumah sewa.Arka panik luar biasa dimana tidak ada yang bisa dilakukan, dia sudah melawan 2 orang berwajah seram itu, akan tetapi dia kalah. Mau minta tolong juga tidak ada orang, karena rumah sewanya berada di pinggir sungai besar pengairan kota yang kebetulan tetangga kanan kirinya adalah karyawan dengan jam lembur tinggi.“Berlutut!!! Dan jangan melawan jika kamu tidak pengen lecet!!” perintah seorang pria.Arka yang ketakutan ini segera berlutut berharap dia tidak kena pukul, tindakan yang naif itu membuatnya pingsan ketika salah seorang memukul tengkuknya. Dia jatuh tergeletak di lantai dingin begitu saja.&ldqu
Rencana berikutnya adalah menculik Mawar, di dalam perjalanan menuju rumah Purnomo Anthony tidak menjawab serius pertanyaan Vanya, alhasil Vanya cemberut saja sambil menyilangkan kedua tangannya.“Bagaimana semalam?? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Anthony sambil melirik Vanya, lalu dia kembali memandang jalan.Anthony kembali menoleh untuk melihat Vanya, karena dia tidak kunjung berbicara. Anthony gemas setiap melihat tingkah laku Vanya, pengennya dia peluk dan ciumi.“Sayang, jangan cemberut gitu!! Nanti kamu tambah cantik loh!!” bual Anthony sambil membelai pipi Vanya.Vanya tampak menahan senyum, lalu dia kembali cemberut lagi untuk meneruskan sandiwaranya. Anthony semakin kuatir ketika rayuan tidak mempan membuat suasana
Arka tahu ketika Mawar digotong masuk kamar yang sama dengannya, dia tidak bisa mengumpat lantaran mulutnya tersumpal serta tertutup lapban.Asep tertawa melihat penderitaan Arka, dia sudah sangat menantikan penderitaan di wajah lain, yaitu wajah Purnomo.Sebuah pisau tajam di lemparkan Anthony tepat di belakang tangan Arka yang terikat, lalu dia berbicara, “Akhiri sandiwaramu dan akui bahwa anak dalam kandungan Mawar itu adalah anakmu!!”“Aku beri kau kesempatan untuk melepaskan ikatan dengan pisau itu!! Jika kau bisa keluar dari sini, aku biarkan kau bisa hidup bahagia bersama Mawar,” ungkap Anthony.“Ugh!!! Ugh!!” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Arka, dia tidak berdaya dan membiarkan Anthony beserta anak buahnya pergi
“Pengacara senior Jocelyn menunjukan eksistensinya, dia kembali melaporkan tersangka dengan kasus berlapis yang dilakukan oleh seorang pejabat pemerintahan terjerat banyak kasus berat diantaranya penggelapan pajak, kasus korupsi, kekerasan dengan istri-istrinya yaitu Purnomo harus rela dicopot dari jabatannya dan menjalankan sidang untuk menunggu vonis hukumannya.”“Kami berhasil mewawancarai singkat saksi kasus korupsi yang sedang menjerat Purnomo. Simak wawancara eksklusif kami,” kata pembawa berita.“Selamat malam bapak Avan, terimakasih sudah bersedia diliput di acara televisi kami. Menurut keterangan dari penyidik anda adalah orang yang dengan kesukarelaan mengajukan diri sebagai saksi, apakah anda mengetahui perbuatan Purnomo secara langsung?” tanya pembawa berita.&nbs
Seminggu setalah pesta kecil malam itu, Anita mendapatkan sebagian harta milik Purnomo yang terbukti aman dari penggelapan pajak, berupa rumah dan tanah, kecuali semua bisnis dan rekening bank untuk transaksi korupsi.“Ibu Anita, anda yang masih berstatus menjadi istri sah pak Purnomo, semua harta yang bersih ini jatuh ke tangan anda, silahkan tandatangani diatas surat kuasa ini,” kata pengacara keluarga Purnomo.Anita tersenyum sambil menerima surat yang disodorkan pengacara, dia tenang karena masih beruntung mendapatkan sedikit harta untuk mengurus kedua orang