Waktu masih menunjukkan pukul 20.00, jalanan masih padat dengan berbagai macam kendaraan berlalu lalang. Tapi tidak dengan gudang tua bekas bengkel yang ditelantarkan tuannya.
“Kamu dimana, Sep?” tanya Anthony melalui telepon yang sudah berada tidak jauh dari gedung, bahkan dia melihat mobil Mercy dengan pelat nomor sama yang dia ingat sebelumnya.
“Bang, berputarlah dari posisimu. Kami tepat di belakangmu bersembunyi di balik pohon,” jawab Asep.
Anthony memutar badannya dengan ponsel masih menempel di telinga, lalu dia berkata, “Cepat kesini!!! Sebelum mereka sadar ada penyusup!!”
Pembicaraan lewat ponsel itu segera berakhir ketika Anthony menggeser gambar telepon berwarna
Di rumah Purnomo, dia sedang asyik berduaan dengan Mawar. Purnomo belum sempat pegang ponsel sejak keluar dari pengadilan karena ya itu tidak diperbolehkan oleh Mawar.Ketika Mawar sudah di alam mimpi, barulah Purnomo bangkit dengan perlahan untuk menghubungi anak buahnya.“Iya!!! Pelan-pelan!!” gumam Purnomo yang sedang keluar dari kamar sambil menutup pintu dengan wajah tegang agar tidak membangunkan Mawar.Purnomo berhasil keluar rumah dan sekarang sudah berada di teras yang sebelumnya sempat mengambil ponsel di laci meja riang dikamar Anita.“Waduh!!! Banyak sekali panggilan tidak terjawab!!” gumam Purnomo mengernyitkan dahi, lalu dia menelepon balik.“Hallo!! Ada kab
Sepekan sejak Jocelyn tinggal di rumah Anthony, dia sudah mulai terbiasa dengan sikap dingin Sean. Dia rela berhenti untuk sementara sebagai pengacara demi membahas rencana jitu bersama Anthony.Dari sepekan itu juga pihak Purnomo juga terlihat masih tenang, tidak terlihat ada penyerbuan di rumah Anthony. Dan Anthony pun memasang CCTV di setiap sudut untuk memantau keadaan rumahnya.“Aku semakin curiga, apa keadaan tenang ini akan ada badai menanti kita?” Asep sedang mengemukakan pendapatnya.“Iya memang kita harus waspada, apapun bisa terjadi entah kegagalan sekalipun. Rencana ini belum lengkap jika Purnomo masih mempunyai jabatan, dia pastikan menggunakan segala cara untuk membalikkan keadaan. Kita harus punya seseorang yang bisa menjatuhkan Purnomo dalam jabatanya,&rdquo
Perut Mawar sudah terlihat membesar, dia berjalan lambat menuju teras untuk mencari udara segar, karena jengah juga tidak pernah keluar kamar.“Aihhhh!!! Hamil begini capek juga!! Cepatlah lahir anakku!!” gumam Mawar yang sudah duduk sambil meraba perutnya.Purnomo sendiri tidak ada di rumah saat hari aktif seperti sekarang, akhir-akhir ini sering pulang malam sehingga Mawar menggerutu sepanjang malam dan berlanjut sampai pagi hari ini.“Coba kalau tidak hamil, aku pasti sudah tidak sudi berdiam diri seperti ini!!!” gerutu Mawar, dia merasa sangat haus dan ingin minum jus semangka, lalu dia berteriak, “Bik!!! Cepat kesini!!”“Baik, Buk!!” jawab pembantu berlari menghampiri Mawar, dia segera menundukkan
“Husftt!!! Tadi itu hampir saja ya, Vanya. Kok kamu tahu jika aku menaruh dokumen ke dalam tas tenteng itu?” tanya Anita sambil menghela napas lega setelah berhasil menyelundupkan dokumen penting seperti surat tanah, aset kekayaan, surat kepemilikan perusahaan dan lain sebagainya.“Hah!!! Aku juga lega Mbak. Bagaimana tidak tahu ketika mata mbak Anita tadi seperti meminta pertolongan. Hehe,” sahut Vanya.Anita meringis ketika mendengar jawaban dari Vanya. Vanya yang membawa mobil tersebut menoleh ke Anita dan berkata,“Mbak, aku turunkan di taman kota depan ya!! Maaf, aku tidak bisa mengantar sampai rumah,” ungkap Vanya sedikit menyesal.“Santai saja Vanya, kamu mau memperte
“Ohh!!! Jadi kalian bersekongkol menjatuhkan aku ya!!” seru Purnomo sambil menunjuk muka Anthony dan Avan secara bergantian.Anthony masih tidak menanggapi, dia hanya menatap tajam lurus ke Purnomo. Avan pun tampak sama, dia juga tidak habis pikir dari sekian banyak restoran kenapa harus bertemu dengan Purnomo di waktu yang tidak tepat.“Bawalah semua pasukanmu, aku tidak akan mundur dan pasti menang!!! Hahaa!!!” ucap Purnomo dengan sangat yakin.Purnomo melihat Vanya yang masih berdiri di dekat Fully, dia menarik tangan Vanya untuk diajaknya pergi.“Ayo pergi, Vanya!!!” teriak Purnomo.“Aku tidak mau!! Lepaskan aku!!” teriak Vanya mengibaskan tangannya.
Purnomo kembali dari mencari makan siang, suasana yang dia tangkap sanggatlah ganjil. Semua staff memandanginya sambil berbisik bahkan terdengar kata-kata pedas yang terucap.“Itu ya pejabat yang suka pencitraan itu!!! Ahh!!! Pantas saja kariernya cemerlang, lah semua pakai duit!!”“Ssstt!!! Kecilkan suaramu!!” timpal staff pembantu wanita.Purnomo menoleh ke arah 2 staff wanita dengan tersenyum, akan tetapi dia tidak mendapatkan balasan yang diharapkan, bahkan 2 staff itu segera kabur menjauhi Purnomo.Ketika Purnomo berjalan semakin dalam masuk kantor, dia bertemu pejabat yang lain dan sering ngobrol ringan bersama seperti layaknya teman.“Hai!! Pak Herman!! Bagaimana makan siangnya?? Apakah tadi makan soto babat langganan?” tanya Purnomo dibuat seriang mungkin kepada pejabat divisi la
“Siapa kalian?” teriak Arka yang berjalan mundur masuk rumah sewa.Arka panik luar biasa dimana tidak ada yang bisa dilakukan, dia sudah melawan 2 orang berwajah seram itu, akan tetapi dia kalah. Mau minta tolong juga tidak ada orang, karena rumah sewanya berada di pinggir sungai besar pengairan kota yang kebetulan tetangga kanan kirinya adalah karyawan dengan jam lembur tinggi.“Berlutut!!! Dan jangan melawan jika kamu tidak pengen lecet!!” perintah seorang pria.Arka yang ketakutan ini segera berlutut berharap dia tidak kena pukul, tindakan yang naif itu membuatnya pingsan ketika salah seorang memukul tengkuknya. Dia jatuh tergeletak di lantai dingin begitu saja.&ldqu
Rencana berikutnya adalah menculik Mawar, di dalam perjalanan menuju rumah Purnomo Anthony tidak menjawab serius pertanyaan Vanya, alhasil Vanya cemberut saja sambil menyilangkan kedua tangannya.“Bagaimana semalam?? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Anthony sambil melirik Vanya, lalu dia kembali memandang jalan.Anthony kembali menoleh untuk melihat Vanya, karena dia tidak kunjung berbicara. Anthony gemas setiap melihat tingkah laku Vanya, pengennya dia peluk dan ciumi.“Sayang, jangan cemberut gitu!! Nanti kamu tambah cantik loh!!” bual Anthony sambil membelai pipi Vanya.Vanya tampak menahan senyum, lalu dia kembali cemberut lagi untuk meneruskan sandiwaranya. Anthony semakin kuatir ketika rayuan tidak mempan membuat suasana