Tadi siang, ketika menyaksikan peristiwa besar dan mengerikan di Hotel Seven Stars, Gennifer sangat takut dan traumanya kembali kambuh. Parahnya, dia melihat Marvin memukuli Harmut dengan sangat sadis. Tidak pernah sebelumnya dia melihat Marvin semarah itu. Sangat menakutkan.
Sebenarnya dari sore tadi Gennifer sudah menunjukkan gejala tidak enak badan. Malam ini adalah puncaknya. Terpaksa dia kembali dilarikan ke Rumah Sakit Gloriston secepatnya demi mendapatkan pertolongan cepat.Dokter Joycelyn merekomendasikan seorang psikiater muda dan cukup berpengalaman untuk mengurus Gennifer. Psikiater muda dan jelita itu bernama Neva.“Salam kenal, Tuan,” sapa Neva sambil tersenyum hangat. “Kali ini, biar saya yang akan membantu proses pengobatan istri Tuan.”Setelah dua jam kemudian, Neva kembali menemui Marvin dan berkata, “Kecemasannya sangat berlebih sehingga mentalnya kembali terganggu.” Neva menundukkan kepalanya pertanda prihatin.Mendeng“Tuan Marvin bisa jadi sejak dulu memang sudah terinspirasi dengan sosok Pangeran Terbuang dan juga tokoh Naga Glory itu. Jika Tuan sering memikirkannya, itu akan menjadi sugesti dan tertanam di dalam alam bawah sadar Tuan. Sebuah believe system, otak dan hati Tuan Marvin akan selalu mencoba untuk merangsang hal tersebut. Jika sudah demikian, hal itu mungkin akan terjadi.”Marvin terpana.Dokter Neva melanjutkan, “Perkataan dari Jeffry, Leo Picasso, dan yang lainnya, itu semua hanyalah sugesti pendukung, karena sudah ada sugesti dari Tuan sendiri sebelumnya.”“Bagaimana dengan ramalan? Apa Dokter percaya ramalan?”“Aku benci dengan hal yang namanya ramalan, mitos, tebak kartu, zodiak, dan semacamnya.”Marvin mengangguk setuju. “Bagus, aku juga tidak suka itu karena jauh dari logika. Terus, ada yang berpendapat padaku bahwa roh dari Pangeran Terbuang masuk ke dalam ragaku sehingga aku bisa menjadi kuat dan berani seperti ini, bagaimana men
Sebagaimana sudah diketahui bahwa dari seratus nama orang terkaya dari Gloriston tidak ada yang dari Keluarga Rock, itu berarti tidak ada nama Werner maupun Marvin di dalamnya. Seratus orang terkaya di Gloriston itu semuanya diisi oleh keluarga kelas dua dan kelas satu. Jika khusus di Gloriston saja nama Marvin masih belum ada, bagaimana mereka mau menjadi konglomerat di Chemisland?Di antara sekian banyak keluarga kelas tiga dan dua yang menolak itu, ada satu nama besar yang paling semangat menolak semua upaya Marvin tersebut, mereka dari William. Kendati saat ini masih berstatus keluarga kelas dua di bawah Harvard dan Wilmer, mereka tidak bisa diremehkan karena punya cukup pengaruh di Gloriston.Banyak proyek properti mereka tersebar di Gloriston dan kota lainnya dengan nilai yang tidak main-main. Jika mereka ngotot ingin bersaing dengan Harvard dan Wilmer, tentu bisa, yakni dengan cara menyatukan semua anggota Keluarga William yang saa ini sudah terpisah-pisah d
Pada saat masuk gerbang komplek perumahan, Lambo hitam milik Harrison berpapasan dengan Audi A8 dan nyaris bertabrakan beradu kambing karena Harrison mengemudi secara asal-asalan geber sana geber sini. Namun untungnya, pria yang berada di dalam Audi itu tidak ambil pusing, lagi pula tidak ada gesekan apa pun.Sempat Audi itu berhenti di dekat gerbang, namun dengan angkuhnya Harrison kembali menggeber dan tancap gas meninggalkannya. “Dasar orang aneh! Hahaha!” Harrison terkekek dan tawanya membahana di udara.Di dalam Audi itu, Marvin melihat spion tengah dan menebak-nebak siapa pengemudi Lambo itu. “Harrisson?” gumamnya ragu karena suasana di luar tidak begitu terang malam ini. Kemudian Marvin melajukan mobilnya.Sementara Harrison memarkirkan mobil sportnya itu pas di sekitar halaman rumah Dokter Neva. Dalam kondisi setengah mabuk dia menjerit, “Sayang, ada banyak hal yang mau aku sampaikan padamu. Mentalnya cukup terganggu malam ini. Haha.”Pint
Dokter Neva tetap tenang walaupun harus sedikit berbohong. “Jam tangan pasien ketinggalan di rumah sakit, jadi aku bawa ke sini. Besok dia pasti akan kembali ke rumah sakit menemui istrinya.”Harrison membalik badannya lalu menghunuskan tatapan tajam ke arah Dokter Neva. Dia berkata dengan penuh rasa curiga. “Ada seorang pria yang main ke rumah?”“Kau mabuk, Harris! Berikan jam tangan itu, aku harus memasukkannya ke dalam tas, supaya besok tidak kelupaan.” Dokter Neva merampasnya dari tangan Harris.Kendati begitu, Harrison masih saja menaruh rasa curiga yang mendalam.***Keesokan paginya di Rumah Sakit Gloriston.Di sebuah ruangan yang terisolasi, khusus bagi pasien yang sedang menderita gangguan kejiwaan dan mental, terdengar teriakan.“Pergi kalian semua! Aku tidak mau mati! Jangan bunuh aku dan suamiku!” jerit seorang wanita sambil menjambak rambutnya sendiri, padahal di dalam ruangan itu hanya ada dia seo
Russel makin tidak bisa mengontrol diri. “Apa yang sudah terjadi pada Gennifer? Katakan pada kami!” cecar Russel dengan raut wajah yang sangat cemas. “Kemarin kami melihat dia hanya tidur, dan sekarang tidur lagi, ada apa dengannya?”Elena pun sama, tidak bisa menenangkan diri. “Kami adalah pihak keluarganya dan berhak untuk tahu.”Derick mengawasi kondisi Gennifer yang sangat memprihatinkan. Hari ini dia dan keluarganya harus fokus mengurus Gennifer dan meninggalkan semua pekerjaan rumah dan kantor.Namun, Marvin masih mencoba menenangkan mereka. “Yakinlah, Gennifer akan baik-baik saja.” Meski, dia adalah orang yang paling khawatir di antara mereka.Jika Gennifer demam sedikit saja, Marvin sudah sangat susah dibuatnya. Marvin tidak mau melihat istrinya sakit walaupun cuma batuk dan pilek. Dia memperhatikan Gennifer dengan sangat detail. Saat ini, dia sudah sempat berpikir yang macam-macam tetapi sebisa mungkin dia juga selalu menebarkan pikiran p
Melihat jam tangan itu, Harrison lantas mengernyitkan kening, lalu berkata dengan penuh rasa curiga, “Siapa yang sakit?” Harrison menajamkan tatapannya.“Istriku yang sakit. Permisi aku mau pulang.” Marvin mau masuk ke mobilnya.Tapi, Harrison menghalangi. “Sebentar. Apa kau berurusan dengan seorang dokter wanita ahli psikiatri bernama Neva?”Marvin mengangguk. “Ya, dia dokter yang sedang mengurus istriku.”Harrison terus memperhatikan mimik wajah Marvin yang tidak seperti biasanya. Meski mereka tidak akrab, mereka saling mengenal satu sama lain. Baru kali ini Harrison melihat wajah Marvin tampak murung.“Silakan kalau kau mau pulang!” tutup Harrison lalu melangkah meninggalkan Marvin.Ketika dalam perjalanan pulang di dalam mobilnya, Harrison tidak bisa untuk tidak bertanya kepada kekasihnya soal Marvin dan istrinya. Dia sangat penasaran. “Sayang, rupanya jam tangan itu milik Marvin Rock.”Dokter Neva tersentak kaget. D
Liciknya, Harrison sengaja mengajak Raymond dan Demian menunggu di rumah sakit. Dia tahu bahwa di atas Marvin sedang membesuk istrinya. Mereka bertiga sengaja menunggu kehadiran Marvin di bawah.Raymond memainkan benda pipih mahal miliknya sambil tersenyum sendiri. “Astaga! Lihatlah! Wanita ini pernah hampir menjadi istriku. Harris, seharusnya kau merekamnya lebih lama. Bila perlu satu jam. Haha.”Demian juga ikut tersenyum geli. “Aku juga sempat hampir tidur dengan Gennifer, tapi hampir. Tidak disangka sekarang dia jadi wanita gila. Haha.”Harrison tak terlalu peduli karena dia tidak punya masa lalu apa pun dengan Gennifer. “Yang penting Marvin akan sangat malu. Bukankah itulah harapan kita?”Ketika malam hari, pada saat sebagian rombongan Keluarga Winston dan Rock mau pulang, tiga pria itu pun sigap. Tapi, mereka bertiga tidak melihat Marvin di sana. Satu-satunya akses keluar rumah sakit adalah melalui pintu besar ini. Harrison berdiri
Marvin bergeming. Sekarang yang ada di kepalanya adalah istri yang sedang berada di dalam ruangan itu, lalu segala cibiran pahit dari tiga pria ini. Dada Marvin mulai bergemuruh, hanya saja sakit karena memikirkan istrinya jauh lebih besar dari pada hinaan yang diterimanya.Marvin kena gempur habis-habisan. Raymond menatap mata Marvin. “Katanya di acara waktu itu, kau menjadi CEO di The Rock Holding Company. Mana?! Kantornya mana?!” Harrison tertawa. “Pabriknya juga belum jadi. Lucu sekali kau ini Marvin. Kau terlalu ambisius.”“Jika kau mengurus Rock Electra dan tidak pernah bermimpi tinggi, kau tidak akan segagal ini,” timpal Demian.“Kau adalah orang hebat, Marvin,” sambung Harrison. “Kau bisa dihargai oleh banyak orang, termasuk walikota, tapi kau tidak bisa membohongi kami. Mereka tertipu dengan pesonamu.”Tidak lama setelah itu, terdengar teriakan dari dalam ruang isolasi. “Lepaskan aku! Lepaskan! Jangan bunuh kami!”
Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan bagi Marvin Rock. Pagi tadi, putra pertamanya telah lahir ke dunia. Marvin memberi nama : Brockley Leofric, persis Pangeran Terbuang. Marvin belum bisa move on dari sosok yang menjadi idolanya semenjak kecil. Pada akhirinya Marvin pun peka. Dalam cerita karangan Pangeran Terbuang, terkait Naga Glory menjadi sangat kaya lantaran menemukan harta karun terpendam, Marvin merasa apa betul itu dirinya? Tapi, Marvin tidak percaya ramalan, dan dia juga tidak percaya bahwa roh seseorang yang telah mati bisa merasuk ke tubuh orang lain. Marvin bukanlah karakter fiksi Naga Glory seolah-olah dia merupakan pria yang telah diramalkan, dan bukan pula karakter asli titisan Pangeran Terbuang. Namun, jika dikatakan sebuah kebetulan, bagaimana bisa semuanya bisa berjalan dengan sangat rapi? Sebuah teka-teki yang masih menyimpan misteri. Marvin memastikan diri bahwa dia merupakan keturunan Pangeran Terbuang sesuai hasil riset Fabrizio beserta pakar seja
“Ayah, maafkan aku karena aku pernah durhaka padamu. Aku merasakan dampak buruk setelah aku tidak berbakti dan berbuat baik padamu.” Werner Rockstone berdiri dari kursi sambil mengangkat tubuh Marvin. Dia menatap heran, “Ayah maafkan kesalahan kau, anakku. Dan ayah juga minta maaf, karena ayah tidak menaruh rasa empati yang lebih kepada mu.” Marvin mengerutkan kening. “Ayah, apa Tuan Arash menghubungi mu?” “Dia berbicara banyak hal denganku selama kau berada dalam perjalanan pulang. Dia sangat berterima kasih karena kau telah membuat anaknya menjadi sembuh dan sehat jiwanya.” “Hurmuz hanya butuh perhatian dan kebijakan dari ayahnya.” Marvin dan Werner berjalan di halaman samping, menjauh dari keramaian. Melihat sikap Marvin terhadap orang lain saja sudah luar biasa, bagaimana sikapnya dengan orang terdekat? “Ayah bangga punya anak seperti mu, Marvin.” Marvin malah membalikkan omongan. “Aku juga bangga pu
Setibanya di Gloriston, Marvin dan Gennifer langsung menuju rumah rumah baru mereka yang sangat megah dan baru beberapa waktu lalu rampung, di distrik Rockley. Rumah yang layak dikatakan sebuah istana kecil, setiap orang pasti ingin bisa memilikinya. Untuk merayakan kesembuhan Gennifer, maka diadakan acara makan besar antara dua keluarga besar, Keluarga Rock dan Keluarga Winston. Semua kerabat terdekat hadir dalam acara di malam hari ini. Tak kurang dari lima puluh orang pun hadir. Russel Winston memeluk Marvin dengan sangat erat dan hangat. “Saudara iparku, apa kau tahu sekarang Winsoil sudah sejajar dengan Harvard Oil? Kita tidak hanya butuh dengan mereka, bahkan kita bisa menyamai mereka.” Marvin senyum. “Bahkan kita akan melampaui mereka, Kakak ipar!” Impian besar Marvin sejak dulu adalah melepaskan ketergantungan dari pengaruh Harvard. Dan sekarang, Marvin telah melampaui impiannya tersebut, sebab Rock Electra dan Winsoil tidak hanya lepa
Selama Gennifer mendapatkan perawatan dan pengobatan di tempat pengobatan tabib Arash, Marvin cukup sering bercengkerama dengan Hurmuz. Ternyata, orang gila atau ODGJ, tidak boleh diacuhkan atau tidak patut untuk tidak dipedulikan, dengan kata lain mereka juga butuh perhatian. Ketika Marvin mengajaknya bicara, rupanya Hurmuz dapat merespons dengan cukup baik jika orang yang berbicara dengannya mau memberikan empati besar, jadi bukan sekadar perhatian semata, namun empati. Marvin berusaha melakukannya terhadap Hurmuz. Di Desa Abayaneh, tidak banyak orang yang paham tentang sejarah kerajaan dan militer zaman dulu. Alasannya karena mereka tidak berminat untuk tahu akan hal tersebut, semantara Hurmuz butuh teman mengobrol dan teman yang satu frekuesnsi dengan dia. Setiap hari Marvin pasti menceritakan sejarah kerajaan tempo dulu bersama Hurmuz, tentang raja-raja, peperangan besar, dan banyak hal. Hurmuz sangat senang ketika Marvin mau mendengarkan ceritanya
Harven menyelesaikan rapat karena Aleya tak kunjung mau berbicara. Dia segera menyuruh tiga rekannya untuk bekerja seperti biasa, sementara dia dan Aleya melanjutkan pembicaraan di ruangan CEO, tertutup. Setelah dipaksa secara terus-menerus, barulah Aleya mau bicara. “Aku tidak bisa mengatakan tidak karena semua yang dikatakan oleh mereka bertiga terbukti benar.” “Aleya, sabtu malam minggu itu aku melihat kau dengan mata kepalaku sendiri. Kau berduaan dengan Raymond. Minggu pagi, aku bersama Scott membuntutimu di hotel. Setelah itu, aku pergi ke rumah Fany, di sana aku menyaksikan apa saja yang telah dia bongkar. Aku mengumpulkan mereka hanya untuk menjadi saksi penguat. Aku sendiri adalah saksi utamanya.” “Maafkan aku, Tuan.” “Berapa Raymond membayar kau, Aleya?” Alasan kenapa Aleya mau menerima tugas berat dan berbahaya ini adalah karena ayahnya merupakan seorang buruh di One Tesla, pembangkit listrik milik Harvard. Sebenarnya, aya
Harven stop di depan salah satu tempat makan yang cukup jauh dari pusat kota Gloriston. Tapi mereka tetap berada di dalam mobil. Sengaja tidak turun karena hanya untuk memastikan siapa wanita di sana. “Aleya bersama Raymond?” gumam Harven lalu tersenyum getir. Tiga orang lainnya tak berkomentar. Sejurus kemudian, Harven menelepon Aleya. “Sedang di mana?” tanya Harven. “Di rumah. Sengaja tidak keluar karena jalanan pasti macet, kan ada pertandingan.” Mata Harven tak henti mengawasi Aleya dari kejauhan. “Ya, aku dan teman-teman baru saja selesai menonton pertandingan. Baguslah kalau kau berada di rumah. Jalanan kota memang macet. Tapi ada jalur lain yang tidak macet. Di sini tidak macet.” “Ya hati-hati di jalan.” KLIK! Harven bukan cemburu, tapi curiga. Apa hubungan antara Aleya dan Raymond Harvard? Malam ini dan minggu besok, empat pria itu sibuk dengan berbagai macam tugas.
GOAL! 1 – 3. Di menit ke delapan puluh, sang pelatih terus memutar otak agar timnya keluar dari lubang jarum kekalahan, namun upaya keras dari sang pelatih tak menuai hasil baik. Kata-kata kotor dan botol plastik pun mengarah ke dua bench pemain. Kesal sama tim sendiri dan muak melihat kemenangan tim lawan. Satu per satu penonton mulai meninggalkan stadion karena mereka yakin bahwa tim kesayangan mereka tidak bakal menang. Sungguh, hasil buruk dan mengecewakan. GOAL! 1 – 4. Ketika peluit panjang ditiupkan, saat itu pula kericuhan besar terjadi di dalam stadion maupun di luar stadion. Para penonton tidak terima atas hasil buruk pada pertandingan hari ini. Mereka mengamuk kepada tim sendiri dan juga kepada tim musuh. Jika pihak keamanan tidak sigap, pasti bakal ada korban jiwa dan banyak fasilitas stadion yang rusak. Harven mengawas ke atas, ‘Tiga bajingan itu sudah melarikan diri rupanya’. Ketik
Ini adalah pertandingan pembuka di musim yang baru dan kebetulan bermain di kandang, dan sangat kebetulan pula bertemu Iron United, musuh terberat yang selalu membayangi. Iron United menjadi tim tersukses selama lima tahun belakangan. Mereka memborong lima gelar juara liga secara beruntun dan total mereka tela mengoleksi sebanyak lima belas kali juara di Chemisland League One. Membaca data yang ada sekarang, di mana Gloriston FC sedang terpuruk dan juga Iron United sedang naik daun, dan meskipun bermain di kandang, Gloriston FC tidak dijagokan menang pada pertadingan kali ini. Banyak pengamat yang memberikan prediksi bahwa Iron United bakal menguasai permainan dan memenangkan laga walaupun dengan hasil yang tidak mencolok, menang tipis. Scott murka. “Sial!” umpatnya menyeringai. “Tiga pemain top kita dijual musim ini. Ketika ada mereka saja, klub tidak bisa juara, apalagi mereka tidak ada. Mereka merupakan pemain kunci, dua gelandang dan satu striker.”
Akhir pekan pun tiba. Sabtu sore, Harven menjemput satu per satu temannya dengan menggunakan Audi mewah berwarna hitam. Unik memang, seorang bos besar perusahaan mendatangi tempat tinggal anak buahnya dan melakukan penjemputan. Sebab biasanya, mana ada bos seperti Harven? Di dalam perjalanan, masih saja Harven, Jack, dan Fany memuntahkan sejumlah olokan dan tertawaan. Jack merangkul Scott lekat dan akrab sembari berkata, “Scott, aku kepinginnya pertandingan diundur sampai pekan depan karena aku masih belum puas mengolok kau. Hahaha.” Fany yang berada di samping Harven tak bisa untuk tidak tertawa. “Scott, selama empat hari belakangan aku tidak pernah melihat kau senyum dan ketawa. Apa kau sedang dalam masa haid?” Harven melihat spion dalam dan memfokuskan pandangannya ke wajah Scott. “Astaga! Scott, aku harap kau tidak punya dendam pribadi. Jangan gara-gara kalah taruhan kau lantas membenci aku. Hahaha.” Meledaklah tawa di