“Tuan Marvin bisa jadi sejak dulu memang sudah terinspirasi dengan sosok Pangeran Terbuang dan juga tokoh Naga Glory itu. Jika Tuan sering memikirkannya, itu akan menjadi sugesti dan tertanam di dalam alam bawah sadar Tuan. Sebuah believe system, otak dan hati Tuan Marvin akan selalu mencoba untuk merangsang hal tersebut. Jika sudah demikian, hal itu mungkin akan terjadi.”
Marvin terpana.Dokter Neva melanjutkan, “Perkataan dari Jeffry, Leo Picasso, dan yang lainnya, itu semua hanyalah sugesti pendukung, karena sudah ada sugesti dari Tuan sendiri sebelumnya.”“Bagaimana dengan ramalan? Apa Dokter percaya ramalan?”“Aku benci dengan hal yang namanya ramalan, mitos, tebak kartu, zodiak, dan semacamnya.”Marvin mengangguk setuju. “Bagus, aku juga tidak suka itu karena jauh dari logika. Terus, ada yang berpendapat padaku bahwa roh dari Pangeran Terbuang masuk ke dalam ragaku sehingga aku bisa menjadi kuat dan berani seperti ini, bagaimana menSebagaimana sudah diketahui bahwa dari seratus nama orang terkaya dari Gloriston tidak ada yang dari Keluarga Rock, itu berarti tidak ada nama Werner maupun Marvin di dalamnya. Seratus orang terkaya di Gloriston itu semuanya diisi oleh keluarga kelas dua dan kelas satu. Jika khusus di Gloriston saja nama Marvin masih belum ada, bagaimana mereka mau menjadi konglomerat di Chemisland?Di antara sekian banyak keluarga kelas tiga dan dua yang menolak itu, ada satu nama besar yang paling semangat menolak semua upaya Marvin tersebut, mereka dari William. Kendati saat ini masih berstatus keluarga kelas dua di bawah Harvard dan Wilmer, mereka tidak bisa diremehkan karena punya cukup pengaruh di Gloriston.Banyak proyek properti mereka tersebar di Gloriston dan kota lainnya dengan nilai yang tidak main-main. Jika mereka ngotot ingin bersaing dengan Harvard dan Wilmer, tentu bisa, yakni dengan cara menyatukan semua anggota Keluarga William yang saa ini sudah terpisah-pisah d
Pada saat masuk gerbang komplek perumahan, Lambo hitam milik Harrison berpapasan dengan Audi A8 dan nyaris bertabrakan beradu kambing karena Harrison mengemudi secara asal-asalan geber sana geber sini. Namun untungnya, pria yang berada di dalam Audi itu tidak ambil pusing, lagi pula tidak ada gesekan apa pun.Sempat Audi itu berhenti di dekat gerbang, namun dengan angkuhnya Harrison kembali menggeber dan tancap gas meninggalkannya. “Dasar orang aneh! Hahaha!” Harrison terkekek dan tawanya membahana di udara.Di dalam Audi itu, Marvin melihat spion tengah dan menebak-nebak siapa pengemudi Lambo itu. “Harrisson?” gumamnya ragu karena suasana di luar tidak begitu terang malam ini. Kemudian Marvin melajukan mobilnya.Sementara Harrison memarkirkan mobil sportnya itu pas di sekitar halaman rumah Dokter Neva. Dalam kondisi setengah mabuk dia menjerit, “Sayang, ada banyak hal yang mau aku sampaikan padamu. Mentalnya cukup terganggu malam ini. Haha.”Pint
Dokter Neva tetap tenang walaupun harus sedikit berbohong. “Jam tangan pasien ketinggalan di rumah sakit, jadi aku bawa ke sini. Besok dia pasti akan kembali ke rumah sakit menemui istrinya.”Harrison membalik badannya lalu menghunuskan tatapan tajam ke arah Dokter Neva. Dia berkata dengan penuh rasa curiga. “Ada seorang pria yang main ke rumah?”“Kau mabuk, Harris! Berikan jam tangan itu, aku harus memasukkannya ke dalam tas, supaya besok tidak kelupaan.” Dokter Neva merampasnya dari tangan Harris.Kendati begitu, Harrison masih saja menaruh rasa curiga yang mendalam.***Keesokan paginya di Rumah Sakit Gloriston.Di sebuah ruangan yang terisolasi, khusus bagi pasien yang sedang menderita gangguan kejiwaan dan mental, terdengar teriakan.“Pergi kalian semua! Aku tidak mau mati! Jangan bunuh aku dan suamiku!” jerit seorang wanita sambil menjambak rambutnya sendiri, padahal di dalam ruangan itu hanya ada dia seo
Russel makin tidak bisa mengontrol diri. “Apa yang sudah terjadi pada Gennifer? Katakan pada kami!” cecar Russel dengan raut wajah yang sangat cemas. “Kemarin kami melihat dia hanya tidur, dan sekarang tidur lagi, ada apa dengannya?”Elena pun sama, tidak bisa menenangkan diri. “Kami adalah pihak keluarganya dan berhak untuk tahu.”Derick mengawasi kondisi Gennifer yang sangat memprihatinkan. Hari ini dia dan keluarganya harus fokus mengurus Gennifer dan meninggalkan semua pekerjaan rumah dan kantor.Namun, Marvin masih mencoba menenangkan mereka. “Yakinlah, Gennifer akan baik-baik saja.” Meski, dia adalah orang yang paling khawatir di antara mereka.Jika Gennifer demam sedikit saja, Marvin sudah sangat susah dibuatnya. Marvin tidak mau melihat istrinya sakit walaupun cuma batuk dan pilek. Dia memperhatikan Gennifer dengan sangat detail. Saat ini, dia sudah sempat berpikir yang macam-macam tetapi sebisa mungkin dia juga selalu menebarkan pikiran p
Melihat jam tangan itu, Harrison lantas mengernyitkan kening, lalu berkata dengan penuh rasa curiga, “Siapa yang sakit?” Harrison menajamkan tatapannya.“Istriku yang sakit. Permisi aku mau pulang.” Marvin mau masuk ke mobilnya.Tapi, Harrison menghalangi. “Sebentar. Apa kau berurusan dengan seorang dokter wanita ahli psikiatri bernama Neva?”Marvin mengangguk. “Ya, dia dokter yang sedang mengurus istriku.”Harrison terus memperhatikan mimik wajah Marvin yang tidak seperti biasanya. Meski mereka tidak akrab, mereka saling mengenal satu sama lain. Baru kali ini Harrison melihat wajah Marvin tampak murung.“Silakan kalau kau mau pulang!” tutup Harrison lalu melangkah meninggalkan Marvin.Ketika dalam perjalanan pulang di dalam mobilnya, Harrison tidak bisa untuk tidak bertanya kepada kekasihnya soal Marvin dan istrinya. Dia sangat penasaran. “Sayang, rupanya jam tangan itu milik Marvin Rock.”Dokter Neva tersentak kaget. D
Liciknya, Harrison sengaja mengajak Raymond dan Demian menunggu di rumah sakit. Dia tahu bahwa di atas Marvin sedang membesuk istrinya. Mereka bertiga sengaja menunggu kehadiran Marvin di bawah.Raymond memainkan benda pipih mahal miliknya sambil tersenyum sendiri. “Astaga! Lihatlah! Wanita ini pernah hampir menjadi istriku. Harris, seharusnya kau merekamnya lebih lama. Bila perlu satu jam. Haha.”Demian juga ikut tersenyum geli. “Aku juga sempat hampir tidur dengan Gennifer, tapi hampir. Tidak disangka sekarang dia jadi wanita gila. Haha.”Harrison tak terlalu peduli karena dia tidak punya masa lalu apa pun dengan Gennifer. “Yang penting Marvin akan sangat malu. Bukankah itulah harapan kita?”Ketika malam hari, pada saat sebagian rombongan Keluarga Winston dan Rock mau pulang, tiga pria itu pun sigap. Tapi, mereka bertiga tidak melihat Marvin di sana. Satu-satunya akses keluar rumah sakit adalah melalui pintu besar ini. Harrison berdiri
Marvin bergeming. Sekarang yang ada di kepalanya adalah istri yang sedang berada di dalam ruangan itu, lalu segala cibiran pahit dari tiga pria ini. Dada Marvin mulai bergemuruh, hanya saja sakit karena memikirkan istrinya jauh lebih besar dari pada hinaan yang diterimanya.Marvin kena gempur habis-habisan. Raymond menatap mata Marvin. “Katanya di acara waktu itu, kau menjadi CEO di The Rock Holding Company. Mana?! Kantornya mana?!” Harrison tertawa. “Pabriknya juga belum jadi. Lucu sekali kau ini Marvin. Kau terlalu ambisius.”“Jika kau mengurus Rock Electra dan tidak pernah bermimpi tinggi, kau tidak akan segagal ini,” timpal Demian.“Kau adalah orang hebat, Marvin,” sambung Harrison. “Kau bisa dihargai oleh banyak orang, termasuk walikota, tapi kau tidak bisa membohongi kami. Mereka tertipu dengan pesonamu.”Tidak lama setelah itu, terdengar teriakan dari dalam ruang isolasi. “Lepaskan aku! Lepaskan! Jangan bunuh kami!”
Ketika sedang menuju di mana mobilnya berada, Marvin kembali dipojokkan oleh Raymond, Harrison, dan Demian. Namun, Marvin acuh tak acuh, segera meninggalkan mereka yang sedang asyik menertawakan. Sesampainya di kediaman Keluarga Rock, Marvin bergegas menemui ayahnya guna melakukan pembicaraan serius terkait beberapa problem belakangan. Marvin terkenang tentang sikap kurang etisnya terhadap ayahnya, bagaimana dia tidak bisa mengendalikan ego dan ambisi besarnya, bagaimana dia tidak bisa benar-benar patuh terhadap orang tuanya. Ada sebuah penyeselan besar terhadap sikap buruknya belakangan ini terhadap orang tuanya, sebab jika dia benar-benar berbakti dan menuruti apa kata orang tuanya, belum tentu nasibnya bakal sejelek ini. Di penghujung hari, di balkon rumah. “Anakkku, apa yang telah kau dapatkan selepas dari hukuman penjara?” “Pelajaran hidup, Ayah.” Werner berbicara dengan pelan dan bijak. “Pelajaran akan sanga