Di luar hotel, pertempuran sengit masih terus terjadi, namun karena pasukan Morgan kalah senjata, pasukan Hartmut pun berhasil merangsek masuk parkiran hotel, dan sedikit lagi akan masuk ke dalam pintu hotel.
Di sana, sejumlah pasukan Morgan, tiga orang polisi, dan sepuluh security sedang berjaga-jaga. Mereka semua tidak akan membiarkan para pemberontak masuk ke dalam hotel.Seorang dari pemberontak memekik, “Bos kami mau bertemu dengan Big Boss Morgan!”Tidak lama berselang, Big Boss Morgan yang cukup tua pun keluar dari gedung hotel. Anak bungsunya, Wesley Morgan, mendorong kursi rodanya.Di pinggir jalan, tiga mobil pun berhenti tiba-tiba, lalu keluarlah Hartmut dengan gagah berani. Pada saat bersamaan, dua puluh orang Morgan pun berlarian ke arahnya dan bermaksud membantu teman-teman mereka yang sedang sekarat.“Tidak akan aku biarkan!” gumam Roger Guzman dengan seringai beringas di wajahnya. Dengan tangan kosong, dia pun melompat jauSetelah mendapatkan izin dari Marvin, akhirnya Aldous pun keluar dari Ballroom dan keluar dari gedung hotel. Sementara Marvin mengecek kondisi keluarganya yang saat ini masih dijaga oleh tiga adik Morgan dan yang lainnya.Di area parkir hotel yang terbuka dan cukup luas, Aldous membelah kerumunan dan mendekat ke ayahnya dan Wesley. Saat itu, dia mendapat bisikan dari ayahnya, sebuah perintah untuk segera mengalahkan Roger, karena kalau tidak, akan ada pertempuran lagi setelah ini.Atas perintah Big Boss Morgan, semua orang tidak boleh ikut campur, termasuk security hotel dan tiga orang polisi. “Biarkan anakku dan pria bernama Roger itu bertarung! Jangan ada yang mengacau!”Seperti model pertempuran orang zaman dulu, di mana sebelum terjadi pertempuran besar, maka akan ada duel satu lawan satu terlebih dahulu, dan kali ini duel tersebut harus tangan kosong.Aldous menyingsingkan lengan bajunya sembari melihat bola mata Roger.Area kosong s
Marvin cuma sebentar berada di atas. Dia sedari tadi sedang berada di dekat pintu Ballroom. Ketika ada yang menjerit dan memanggilnya, dia langsung bergegas ke sana. “Aku adalah pemilik hotel ini!”Roger Guzman menendang kursi. Bedebuk!“Mana?!” tanyanya dengan suara yang besar, membuat para penghuni di sini menjadi sangat takut.Seorang anak buah Roger mengawasi Marvin dari kejauhan dengan pandangan fokus. “Bos Roger, lihat pria itu yang mengaku sebagai pemilik hotel ini!”Roger Guzman mengawasi pria itu, dan seketika kakinya terasa lunglai, dan tumitnya tidak kuat menahan bobot tubuhnya. Roger pun menjatuhkan diri di lantai hotel dengan menumpuhkan lututnya. Tak sadar, dia kembali menjatuhkan tubuhnya lalu menapakkan kedua telapak tangannya di lantai. Terakhir, karena saking tak kuatnya, dia tersungkur sendiri dan memasang posisi seperti sujud, lalu ambruk total.“Tuan Naga Glory, ampuni kami,” lirih Roger dengan suara serak dan kecil sekali.Semua anak buah Roger yang pada hari ini
Flashback sewaktu Marvin Rock di penjara....Dan cerita tentang kenapa dia bisa mendapat julukan Naga Glory....***Setelah hakim memutuskan bahwa Marvin dinyatakan bersalah atas dakwaan kasus terorisme dalam pengembangan senjata pemusnah massal, akhirnya dia terpidana dengan hukuman tiga tahun penjara, dikarenakan belum adanya aksi teror yang menyebabkan adanya korban jiwa.Tepat pada hari itu, Marvin Rock dengan tangan diborgol pada akhirnya harus mengalah pada hukum yang licik dan tidak adil. Dia masuk ke dalam salah satu sel menyeramkan di Penjara Gloriston, bersama para tahanan lain dengan kasus beragam, sesuai dengan permintaan dari jaksa penuntut umum. Memang cukup aneh.GAR!Gemerincing besi itu berbunyi besar setelah seorang sipir sengaja menghantamkan pintunya dengan cukup keras. Kemudian pintu itu pun terkunci rapat. Detik-detik kemudian, aura neraka dunia pun terendus di hidung Marvin. Selama tiga tahun ke d
Meskipun mendapatkan tawaran menjadi Provos, Marvin dengan lapang dada menolaknya. Di sini, dia tidak mengincar posisi apa pun, termasuk kepala kamar, demi dihargai oleh banyak orang. Terpenting, dia bisa tenang dalam menjadi menjalani hari-harinya yang berat dan suram.Sang kepala kamar memberikan sepotong roti kering yang rasanya kurang enak kepada Marvin. “Ini sebenarnya jatah makan siangku hari ini. Tapi, sebagai penghormatan buat Provos baruku yang luar biasa, aku rela tidak makan siang.”Setelah melihat kemampuan bertarung Marvin, sang kepala kamar kepincut untuk menjadikannya sebagai tangan kanan, maka dengan itu kepala kamar akan berkurang tugasnya dalam mengurusi semua tahanan lain. Dengan kata lain, kepala kamar hanya memberikan perintah ini dan itu kepada Provos.Dan bagi Marvin, Provos adalah sama seperti babu walaupun posisi itu sering diincar oleh banyak tahanan supaya bisa leluasa sok berkuasa menginjak tahanan lain. Kepala kamar dan Provos menjadi dua orang terkuat di d
“Aku akan membesukmu setiap akhir pekan. Kalau kau butuh sesuatu, katakan saja, suamiku,” ucap Gennifer dengan raut wajah yang amat sedih. Dia akan melewati hari-hari yang berat dalam waktu yang cukup lama. Satu-satunya berita yang saat ini bisa membuat Marvin bahagia adalah Gennifer sedang hamil.“Rawat selalu calon anak kita, Gennifer istriku,” kata Marvin seraya mengulas senyum bahagia, memaksakan agar Gennifer mengikis semua kepedihan itu.Wanita mana yang tidak bersedih saat suaminya terpidana penjara padahal sebenarnya tidak bersalah?“Aku akan berusaha merawatnya, sayang. Nanti ketika kau sudah keluar, mudah-mudahan bayi ini sudah tumbuh sehat dan sempurna.” Gennifer memaksakan senyum meskipun matanya berkaca-kaca, menahan tangis.Baru berapa bulan menikah, mereka mesti mendapat ujian berat. Tidak pernah disangka bahwa Marvin bakal melewati hari-hari yang gelap di penjara selama tiga tahun ke depan. Sebab, selama ini mereka berdua selalu me
Marvin menaruh cangkir plastik kopinya lalu mengalihkan perhatiannya kepada pria itu. Jika dilihat dari wajah dan matanya, pria itu sepertinya bukanlah orang sembarangan.“Siapa namamu? Dan apa kasusmu?” sentak kepala kamar, suaranya yang besar telah membangunkan tahanan lain.“Jeffry. Aku ketahuan membawa satu ekstasi,” balas pria itu.“Satu biji saja? Bodoh sekali kau! Sudah tahu kalau bakal ditangkap, coba kau buang saja! Jangan malah disimpan!” cecar kepala kamar dengan sangat emosi.Baru saja kepala kamar mau melayangkan satu tamparan, tiba-tiba Marvin beranjak dan menghalanginya. “Jangan pukul dia!”Kepala kamar terperanjat. “Marvin, kenapa kau menghalangiku? Apa yang salah?”“Kau salah orang! Jika kau memukulinya, kau akan terancam.”Terpaksa kepala kamar menurunkan kembali tangan yang sedang berayun itu. Mendapat larangan dari Marvin, dia hanya bisa menurut. Pada akhirnya sikap lemah dari kepala kamar telah mengh
Naga Glory adalah sebuah tokoh fiksi yang dibuat oleh Pangeran Terbuang dalam sebuah cerpennya. Cerita Naga Glory merupakan salah satu dari sekian banyak karangan karya beliau. Karena hanya populer bagi kalangan tertentu saja, istilah Naga Glory tidak diketahui oleh banyak orang.Sewaktu masih SMP, Marvin sudah pernah membaca cerpen Naga Glory. Dia sangat terinspirasi oleh tokoh tersebut lantaran karakternya memang luar biasa hebat. Di dalam cerpen tersebut, dikisahkan bahwa Naga Glory pada suatu ketika menemuan sebuah harta karun berlimpah banyak.Karena penemuannya itu, Naga Glory menjadi sangat kaya. Meski demikian, kekayaan tidak membuatnya jadi lupa daratan. Sebaliknya, dengan kekayaan tersebut dia memanfaatkannya demi kebaikan, baik bagi keluarga maupun bagi bangsanya. Itulah yang menjadikan Naga Glory sangat dermawan.Sebenarnya Pangeran Terbuang tidak pernah memberikan ramalan atau semacamnya, jikalau di kemudian hari beliau atau mungkin anaknya ya
Sementara di salah satu sisi penjara, tempat pertemuan antar kepala kamar. Jeffry sangat terpojok lantaran dia tidak begitu mengerti apa yang mesti dikatakan pada forum bulanan ini.Salah satu petinggi persatuan kepala kamar membentak, “Kepala kamar A45, seharusnya kau memberikan setoran bulanan sebagaimana aturan yang telah ditetapkan,” tegas Borix dengan suara yang lantang.Jeffry yang belum genap satu hari menjadi kepala kamar pun bingung mau jawab apa. Dia diawasi oleh ratusan kepala kamar lainnya dengan pandangan tajam dan menakutkan.“Uang dan makanan. Lihatlah semua kepala kamar membawa sesuatu untuk kami, para petinggi kepala kamar Penjara Gloriston. Jika Tuan Roger Guzman tahu akan hal ini, kau akan mati dihajarnya.”Sekarang, Roger berada di kamar kecil, yakni kamar sendirian. Karena sering bikin ulah, kepalanya kepala kamar tersebut tidak diizinkan keluar sebab dikhawatirkan dia bakal bikin ulah lagi. Sudah ratusan kali Roger berkelahi di penjara dan selalu menang. Selain it