Seorang pria dewasa yang tampak gagah dengan tinggi badan 190 sentimeter ditambah dengan bahu dan punggung yang tegap. Pria itu tampak menampilkan ekspresi kusut. Meskipun seperti itu, dirinya tetap saja terlihat tampan dengan netra sewarna laut dalam yang menyorot dingin dan tajam. Pria itu tidak berniat untuk merapikan pakaiannya. Ia kini berdiri di hadapan kediaman mewah dan menekan bel, tetapi tidak ada satu pun orang yang membukakan pintu. Ia lalu kembali menuju mobil mewahnya dan menatap pada staf keamanan yang kini sudah tidak terlihat lagi. Melihat semua itu, ia merasa semakin kesal. Ia bukan orang bodoh. Ia tentu saja bisa menyimpulkan jika semua orang tengah berusaha untuk menghindarinya. “Apa aku tengah ditelantarkan di rumahku sendiri?!” teriaknya dengan nada menyeramkan. Namun, tidak ada satu pun orang yang muncul dan memberikan respons.
Pria itu semakin geram saja dan berniat untuk mencari seseorang di rumahnya ini untuk ia pukuli sebagai pelampiasan kemarahannya. Namun sebelum dirinya melakukan hal tersebut, sebuah suara lembut tetapi membawa kesan tajam terdengar dari balkon bagian depan kediaman mewah tersebut. “Kenapa pulang?”
Pria itu segera mengubah ekpresinya menjadi memelas dan mendongak untuk menatap seorang perempuan berusia empat puluhan tengah bersandar di pembatas balkon dan menatapnya dengan tatapan datar. “Ah, Mama, sudah sewajarnya aku pulang ke rumahku, bukan?” tanya pria itu dengan ekspresi manisnya. Namun, ekspresi itu tampaknya tidak berpengaruh bagi sang mama yang hanya memasang ekspresi datar. Sepertinya ia sudah benar-benar kebal dengan tingkah putranya itu.
“Sayangnya, Mama tidak ingin membukakan pintu untukmu, Darka,” ucap Puti—mama Darka. Ya, Darka adalah putra dari Puti dan Nazhan. Pasangan pengusaha yang menjadi contoh pasangan lainnya.
Darka mengernyit, ia tentu mengenali sifat mamanya. Jika sudah bertindak seperti ini, maka bisa ditebak bahwa sang mama memang benar-benar marah padanya. Namun, Darka tidak bisa menyerah begitu saja. Karena jika sampai Puti tidak membukakan pintu, maka Darka akan benar-benar tidur di luar bahkan jalanan. Sebelum datang ke sini, Darka sudah pulang ke apartemen pribadinya, tetapi ternyata Puti sudah lebih dulu datang dan mengubah semua password pintu apartemen yang dimiliki oleh Darka. Hal yang lebih menjengkelkan adalah, Puti juga membuat semua hotel dan semua pihak yang menyediakan tempat menginap, tidak menerima Darka. Semua tempat menginap yang Darka datangi, menolaknya dengan tegas atas perintah Puti dan Nazhan.
Jika sudah ditolak oleh semua hotel bahkan apartemen, Darka tidak memiliki pilihan selain kembali ke kediaman Risaldi. Ayolah, Darka tidak mungkin menginap di club malam atau bahkan di sebuah kontrakan kecil yang berada di lingkungan kumuh. Membayangkannya saja sudah membuat kepalanya pening. Sebenarnya, Darka bisa kembali ke kantor untuk tidur semalam saja di ruang istirahat yang terhubung dengan ruang kerjanya. Sayangnya, ruangan tersebut juga tengah dalam renovasi karena Darka ingin ruang istirahatnya lebih luas dan nyaman. Sayangnya, ternyata keputusannya itu tidak tepat. Darka pun harus kembali ke rumah dan menghadapi kemarahan mamanya yang mengerikan.
“Ayolah, Ma. Memangnya kesalahan apalagi yang sudah aku lakukan sampai Mama marah seperti ini? Jika Mama tidak membukakan pintu untukku, aku harus tidur di mana, sementara Mama sudah mengubah semua password apartemen, dan membuat semua hotel menolakku?” tanya Darka. Namun, Puti tidak tergerak dengan nada dan ekspresi memelas yang ditunjukkan oleh putranya tersebut. Puti tahu seberapa bulus putranya ini. Jadilah, Puti menopang dagunya dengan tidak peduli.
Melihat hal itu, Darka tidak bisa menahan diri untuk merengek, “Ah, Mama.”
Saat itulah Nazhan muncul dan mencibir sikap yang ditunjukkan oleh putranya tidak mencerminkan namanya. Ya, Nazhan dan Puti menamai putra mereka sebagai Darka Parama Al Kharafi, dengan harapan jika putra mereka bisa tumbuh sebagai pria yang cinta damai yang bisa bertanggung jawab dan bijak sana. Hanya saja, Darka tumbuh jauh dari harapan Puti dan Nazhan. Bukan berarti Darka tidak tumbuh sebagai pribadi yang unggul seperti ibu dan ayahnya, Darka terlahir dengan kecerdasaan di atas rata-rata dan memiliki banyak kemampuan seperti kedua orang tuanya. Hanya saja, setiap hari Darka selalu membuat ulah yang membuat siapa pun menggeleng karena tingkahnya itu. Puti dan Nazhan bahkan sudah kehabisan cara untuk membuat Darka berhenti membuat ulah.
Jangan bayangkan Darka membuat ulah seperti tauran atau semacamnya. Darka sudah terlalu tua untuk melakukan hal tersebut. Darka membuat ulah dengan para wanita. Ya, Darka adalah seorang pemain handal dalam masalah wanita. Tidak terhitung lagi sudah berapa wanita yang sudah terkena jeratannya dan berakhir menghabiskan malam yang panas di atas ranjang bersamanya. Tentu saja, sebagai seorang ibu, Puti tidak ingin hal ini terus berlarut-larut. Puti harus bertindak tegas dan membuat Darka jera. Sudah cukup selama ini Puti membiarkan Darka melakukan semua hal sesuai dengan apa yang ia inginkan. Karena itulah, Puti melakukan ini.
“Bukankah kamu sendiri yang berjanji pada Papa dan Mama untuk tidak lagi bertindak seperti bajingan yang selalu bermain wanita? Kamu juga yang berjanji, jika kamu sampai mengingkari janjimu, kamu akan tidur di kursi taman,” ucap Nazhan.
“Ei, memangnya apa yang Darka lakukan sampai Papa dan Mama mengategorikan hal tersebut sebagai pengingkaran janji?” tanya balik Darka seakan-akan dirinya tidak mengerti dengan apa yang tengah dibicarakan oleh Nazhan dan Puti.
Namun, Nazhan dan Puti bukan orang yang bodoh. Karena itulah Puti pun berkata, “Tidak perlu berpura-pura bodoh. Memangnya kamu pikir Mama dan Papa tidak akan mengetahui jika kamu kembali bermain dengan wanita-wanita tidak jelas itu? Mama masih tidak habis pikir, sebenarnya apa yang kamu cari dan dapatkan dari para wanita itu, selain kepuasan sesaat? Terlepas dari hal itu, Mama tidak akan melupakan janji yang sudah kamu katakan. Karena kamu sudah melanggarnya, maka Mama dan Papa tidak akan sungkan untuk memberikan hukuman padamu. Malam ini, silakan nikmati malam di bangku taman.”
“Ah, Mama kenapa Mama sangat tega padaku?” tanya Darka.
“Jangan merengek pada Mama, merengeklah pada wanita yang seminggu ini selalu datang dan menghabiskan waktu istirahat makan siang di kantormu. Ah, atau temui saja wanita yang selalu menginap di apartemenmu selama tiga hari kebelakang,” jawab Puti melemparkan serangan tajam pada Darka. Saat itu juga, Darka bungkam. Darkan tidak menyangka Puti bisa mengetahui sedetail itu. Padahal selama ini Darka sudah berusaha berhati-hati.
“Kenapa Mama mengawasiku seperti itu? Ah, Mama, aku bukan lagi anak kecil. Mama tidak perlu melakukan hal seperti itu,” protes Darka.
“Dengan tingkahmu ini, kamu masih berani menyebut dirimu bukan anak kecil?” Nazhan mencibir tingkah Darka yang masih saja merengek tidak jelas. Darka seketika sadar jika dirinya bertingkah seperti bayi. Saat itulah, Darka berdiri dengan tegap dan berdeham untuk menutupi rasa malunya. Nazhan yang melihat hal tersebut kembali mengejek Darka.
“Aku mengaku salah, aku memita maaf. Tapi, jangan larang aku masuk ke dalam rumah. Masa Mama dan Papa tega membuatku tidur di bangku taman?”
“Sayangnya, Mama dan Papa memang akan bertindak tega padamu. Sekarang, pergi dan tidur di bangku taman!” seru Puti dengan senyuman manis yang membuat Darka ingin mengerang kesal saat itu juga. Tentu saja Nazhan yang melihat Darka menahan diri untuk tidak menunjukkan kekesalannya, tidak bisa menahan diri untuk terkekeh dengan senangnya.
“Ah, Mama jangan seperti ini!” seru Darka keras membuat semua pekerja yang memang diperintahkan untuk bersembunyi dari Darka merinding bukan main.***
“Bagaimana kabar Tuan dan Nyonya?” tanya Sekar, wanita paruh baya yang dipercaya untuk memimpin panti asuhan yang disponsori oleh Nazhan dan Puti. Kini, pasangan itu tengah berada di ruangan kepala panti, dan dijamu dengan baik oleh Sekar.
Puti dan Nazhan dengan kompak menyunggingkan senyuman tipis. Nazhan menjawab, “Kabar baik. Lalu bagaimana dengan kabarmu, Sekar?”
Perempuan paruh baya bernama Sekar tersebut mengangguk. “Kabar baik juga bagi saya, Tuan,” ucap Sekar sembari meletakkan cangkir teh bagi Nazhan dan Puti.
“Silakan dinikmati,” ucap Sekar.
“Apa kamu sudah menyiapkan apa yang kami minta?” tanya Puti tanpa basa-basi.
Sekar tidak terkejut atau merasa tersinggung dengan apa yang dilakukan oleh Puti. Ia sudah lebih dari kata mengenal sikap Puti. Tentu saja, ia tahu jika Puti tidak senang basa-basi atau bahkan senang membuat lawan bicaranya senang dengan kata-kata manis yang penuh dengan kepura-puraan. Puti memiliki sudut pandang dan pemikiran unik yang tidak pernah bisa dimengerti oleh siapa pun, termasuk oleh suaminya sendiri. Namun, hal itulah yang membuat Nazhan makin hari, makin mencintai istrinya. Sebab setiap harinya, ada saja sisi lain Puti yang membuatnya terkejut dan terpukau dengan mudahnya.
Sekar mengangguk dan menyerahkan sebuah berkas pada Puti. Sekar sudah menyiapkan apa yang diminta oleh Puti, tepat setelah Puti menghubunginya dan menyampaikan apa yang ia inginkan. Itu adalah sikap Sekar yang sangat disukai oleh Puti, dan membuat Sekar bertahan begitu ama di panti sebagai kepala pengurus yang sangat dipercaya oleh Puti. Tentu saja Puti menerimanya dan membukanya tanpa banyak kata. “Ada sepuluh orang yang memenuhi syarat usia dan syarat yang Nyonya dan Tuan ajukan. Nyonya bisa memeriksanya sendiri dari semua data yang sudah saya siapkan. Apa sekarang Nyonya dan Tuan ingin bertemu serta berkenalan secara langsung dengan mereka?” tanya Sekar saat melihat Puti memeriksa informasi yang sudah ia siapkan dengan seksama.
Puti mengangkat pandangannya dan mengangguk. “Panggilkan mereka, aku ingin melihat mereka secara langsung,” ucap Puti pada Sekar. Meskipun terdengar tenang dan tidak ada kesan memerintah selayaknya seorang atasan, tetapi Sekar bisa merasakan betapa kharisma Puti bisa dengan mudah mengendalikan seseorang.
Mendengar instruksi tersebut, Sekar pun memanggil sepuluh orang yang ingin ditemui oleh Puti dan Nazhan. Tak butuh waktu lama, kini Sekar kembali datang diikuti oleh sepuluh gadis dengan rentang usia 20-25 tahun. Kesepuluh gadis tersebut segera menyapa Puti dan Nazhan dengan sopan. Tentu saja, Sekar sudah lebih dulu memberitahukan pada kesepuluh orang gadis tersebut jika mereka dipanggil oleh pemilik yayasan. Namun, Sekar tidak menyebutkan atas alasan apa Puti dan Nazhan ingin menemui mereka. Puti membaca sekilas data dari seorang gadis yang sejak tadi mencuri perhatiannya. “Nyonya dan Tuan Al Kharafi, ini adalah kesepuluh gadis yang saya sebutkan tadi. Mereka berusia sekitar dua puluh hingga dua puluh lima tahun. Mereka cukup cerdas dan cekatan dalam mengurus pekerjaan rumah tangga, karena mereka memang adalah pekerja tetap di panti asuhan ini. Ah, hanya Tiara yang memang adalah anak panti di sini, dan memilih tinggal untuk membantu mengurus adik-adiknya,” ucap Sekar.
Puti yang mendengarnya mengangguk dan mendekati gadis yang sejak tadi mencuri perhatiannya. Gadis tersebut berperawakan mungil, bahkan lebih mungil daripada tubuh Puti yang sudah tergolong mungil untuk ukuran seorang perempuan. Puti berdiri di hadapan gadis gugup itu. Melihat reaksinya itu, Puti pun tersenyum tipis. Gadis ini sangat manis, pikir Puti. “Namamu, Tiara Alvira?” tanya Puti dengan nada lembut yang sama sekali tidak dibuat-buat.
Mendengar pertanyaan tersebut, gadis mungil yang memang bernama Tiara Alvira menatap balik Puti. Netra indahnya yang berkilau saat tersorot cahaya matahari tampak bertemu tatap dengan netra indah Puti. “I-iya, itu nama saya, Nyonya,” jawab Tiara gugup.
Bagaimana mungkin Tiara tidak gugup saat dirinya kini berhadapan dengan sang Nyonya Al Kharafi yang terkenal sangat dermawan dan cerdas. Tiara mengidolakan Puti. Tiara ingin dirinya tumbuh menjadi perempuan yang hebat seperti Puti. Selain menjadi perempuan cerdas yang memiliki pemikiran tajam, Puti juga sangat dermawan. Ditambah dengan suami yang sangat menyayanginya, tentunya hal itu semakin menambah kesempurnaan hidup Puti. Tentu saja hidup Puti terasa sangat seimbang, dan menjadi dambaan semua perempuan di dunia. Puti tersenyum manis dan menggeleng. Ia mengulurkan kedua tangannya dan menggenggam telapak tangan Tiara yang dihiasi beberapa kapalan, tanda jika kehidupannya selama ini tidak mudah. Tiara jelas terkejut dan malu, karena Puti pasti bisa merasakan kapalan tersebut dengan jelas.
Namun, Puti sama sekali tidak terganggu dengan kapalan Tiara. Puti malah menggenggam tangan Tiara dengan lebih erat dan berkata, “Jangan panggil aku Nyonya, panggil aku … Mama.”
Tiara semakin dibuat terkejut dengan apa yang ia dengar. “Ma-Mama?” beo Tiara. Apa mungkin, Puti ingin mengangkatnya sebagai anak? Namun kenapa? Bukankah saat ini Tiara sudah terlalu dewasa untuk diangkat menjadi seorang anak?
Melihat kebingungan dan keterkejutan yang dirasakan oleh semua orang dalam ruangan tersebut, Puti pun tidak bisa menahan diri untuk tersenyum semakin lebar saja. Puti menatap Tiara dengan penuh keseriusan dan mengangguk tegas. “Ya. Mulai saat ini kamu harus berlatih untuk memanggilku, Mama. Mengerti? Aku, ingin menantuku memanggilku Mama,” ucap Puti.
Tiara yang mendengarnya mengangguk. “Tunggu, apa?! Menantu?!”
Melihat keterkejutan Tiara, Puti sama sekali tidak bisa menahan diri untuk terkekeh. “Ah, rasanya pasti akan sangat menyenangkan saat memiliki menantu semenggemaskan dirimu. Tidak perlu terkejut. Hari ini, aku resmi memilihmu menjadi menantuku. Bersiaplah, kamu akan menikahi putraku, Darka.”
Darka menatap tajam Bayu—bahawan setianya yang iris berekspresi. Pria itu baru saja meletakkan setumpuk pekerjaan di atas meja Darka, tanpa memperhatikan ekspresi yang terpasang pada wajah Darlka. Pria berkacamata itu malah balas menatap Darka. “Apa Anda tidak melihat semua berkas itu? Kenapa Tuan malah menatap saya? Hari ini, kita benar-benar sibuk, Tuan,” ucap Bayu dengan nada datar dan ekspresi datar yang membuat Darka ingin menyemburnya dengan vodka kesukaannya. Bayu sepertinya sudah terlalu lama hidup di jalan yang lurus.Darka benar-benar heran dengan Bayu, pria itu sangat minim berekspresi. Sepertinya, Bayu berpikir jika berkespresi sedikit saja, bisa membuatnya bangkrut dan tidak lagi bisa mengemudikan mobil
Darka benar-benar dongkol. Darka tidak pernah berpikir jika kedua orangtuanya bisa bertindak hingga sejauh ini. Darka tidak bisa mengakses satu pun fasilitas keuangan yang ia miliki. Mau itu kartu debit, hingga akun rekening yang bahkan atas namanya sendiri tidak bisa diakses. Tentu saja, hal itu sangat menyulitkan Darka. Hanya untuk membeli secangkir kopi saja dirinya kesulitan, lalu bagaimana Darka bisa bersenang-sengan dengan para wanita jika dirinya bahkan tidak memiliki uang sepeser pun. Apakah begini rasanya jatuh miskin?Darka mendengkus dan membuat Bayu yang tengah membereskan semua berkas yang sudah selesai dibaca dan disetujui oleh Darka, hanya bisa melirik singkat. Bayu sendiri, sudah memiliki banyak masalah, dan ia tidak
“Jangan bermain air, nanti kalian sakit. Kalian tidak mau sampai Ibu Sekar kerepotan atau merasa sedih, bukan?” tanya Tiara pada lima anak kecil yang tengah ia mandikan. Tiara memang mendapatkan tugas untuk mengurus keperluan mereka.Saat mendengar apa yang ditanyakan oleh Tiara, kelima anak itu dengan kompak menghentikan permainan mereka dan menatap Tiara sebelum menggeleng dengan kompaknya. “Nala tidak mau Ibu Sekar sampai sedih,” ucap salah satu anak yang tengah dimandikan oleh Tiara.“Kalau begitu, kalian harus menurut pada Kak Tiara. Sekarang, gosok gigi yang benar, d
Aura gelap terlihat menyelubungi Darka yang kin tengah memimpin rapat dewan direksi. Meskipun Darka masih tergolong muda sebagai seorang pemimpin sebuah perusahaan sebesar persuhaan AR ini, tetapi kemampuan Darka tidak bisa dianggap remeh. Darka mewarisi kecerdasan kedua orangtuanya. Jika mengenyampingkan sifatnya yang senang berfoya-foya dan bermain wanita, Darka bisa dinobatkan sebagai seorang calon menantu yang akan sangat diminati oleh para ibu seantero negeri ini. Meskipun Darka dicap sebagai berengsek atau bajingan, Darka tetap saja digandrungi oleh para wanita dari berbagai kalangan. Selain tampan, dan kaya raya, kabarnya Darka juga sangat memuaskan saat berada di atas ranjang. Karena itulah, para wanita yang sudah mengetahui jika Darka senang bermain wanita, merasa tertantang untuk menaklukan Darka. Sayangnya hingga saat ini tidak ada satu pun wanita yang b
“Kamu benar-benar mau menerima perjodohan ini?” tanya Puti dengan antusias. Puti dan Nazhan pun seketika mendapatkan harapan. Meskipun keduanya tahu jika Darka menerima pernikahan ini hanya untuk mendapatkan kembali semua fasilitasnya, tetapi keduanya tahu jika ini adalah awal yang baik. Setidaknya, jika Darka sudah menikah nanti, Darka pasti akan sedikit demi sedikit berubah. Ikatan suci pernikahan pasti bisa membuat Darka lebih baik dan mengerti jika apa yang sudah ia lakukan selama ini adalah kesalahan dan harus segera tinggalkan.Darka menghela napas dan mau tidak mau mengangguk menjawab pertanyaan Puti. Ya, Darka memang sudah mengatakan pada kedua orang tuanya jika dirinya mau menikahi Tiara. Darka bahkan meminta unt
Vanesa menghindar saat Darka akan menciumnya dengan penuh nafsu. Tentu saja, Darka yang mendapatkan penolakan seperti itu menggeram penuh dengan kemarahan. Ia datang menemui Vanesa, bukan untuk mendapatkan penolakan seperti ini, melainkan untuk mendapatkan service memuaskan. Kini, Darka memaksa Vanesa untuk tidak menghindari dirinya. Namun, Vanesa tetap mencoba untuk menahan Darka agar tidak mendekati dirinya. Gerakannya jelas membuat Darka merasa semakin frustasi saja. Setelah melihat Tiara saat pertunangan, Darka selalu merasa jika tubuhnya aneh. Darka terangsang hebat. Hal itu semakin menjadi, saat Darka tidur. Ia selalu memimpikan Tiara, dan membuatnya tak berdaya di bawah tindihannya. Darka merasa geram pada dirinya sendiri karena mengalami mimpi yang tidak masuk akal seperti itu. Bagaimana mungkin dirinya bisa bergairah karena gadis yang tumbuh besar di panti
Darka tampak berkonsentrasi dengan semua pekerjaannya. Kini ia harus benar-benar fokus mengerjakan semua tugasnya, karena perusahaan memang akan membuat sebuah proyek baru yang tentu saja berskala besar. Ia sebagai seorang pemimpin perusahaan harus ekstra mencurahkan perhatian dan konsentrasinya. Namun, tiba-tiba seseorang membuka pintu dan masuk begitu saja ke dalam ruangan presdir yang tak lain adalah ruang kerja pribadi Darka. Jika saja hubungannya dengan orang itu tidak dekat, sudah dipastikan jika asbak yang berada di sudut meja kerjanya sudah melayang saat itu juga. Darka menghela napas dan mengendorkan simpul dasi yang ia kenakan. Pria itu bersandar dengan nyaman pada sandaran kursi kerjanya sembari menatap sosok pria yang kini duduk di sofa yang tepat berhadapan dengannya.
Tiara membuka matanya dan terpesona saat melihat pantulan dirinya pada cermin. Bagaimana bisa Tiara tidak terkejut, saat melihat wajahnya yang ia nilai biasa-biasa saja, kini berubah begitu cantik dengan riasan yang memang terlihat anggun. Tiara lalu dibantu oleh para perias untuk bangikit dan memakai set kebaya putih yang didesain khusus oleh Puti untuk Tiara. Setelah mengenakan kebaya dengan benar, riasan Tiara pun kembali dilanjutkan dan diperbaiki. Tiara tidak bisa bergerak dengan bebas, dan hanya bisa menerima perlakuan para perias padanya. Tiara berharap jika akhirnya penampilannya tidak terlihat memalukan.Setelah mengenakan kebaya dan siger dengan benar, saat itulah Tiara kembali tidak bisa menahan diri untuk terkagum. Bukan
“Bunda!” seru Alana sembari berlari membuat rok yang ia kenakan bergoyang seiring langkah yang ia ambil. Alan tentu saja mengikuti, tetapi dengan langkahnya yang tenang. Darka yang bertugas menjemput kedua buah hatinya sepulang sekolah, melangkah di belakang dengan kedua tangan yang membawa tas serta botol minum milik Alan dan Alana.Tiara yang semula sibuk di dapur dengan para pelayan, segera ke luar dari dapur dan menghampir putra dan putrinya. Tiara tidak memperbolehkan Alana dan Alan masuk ke dalam dapur, karena sangat berbahaya. Apalagi untuk Alana, yang dulu sempat membuat ulah dan hampir saja celaka serta membuat rumah ini hampir kebakaran. Tiara tersenyum dan menerima pelukan dari putra dan putrinya dengan senang hati. “Apa hari kalian
Beberapa bulan kemudian“Cantiknya putri Ayah!” seru Darka saat melihat Alana mengenakan gaun cantik yang seragam dengan gaun Tiara. Darka pun menciumi Alana yang tertawa renyah saat mendapatkan kecupan tersebut. Sementara itu, Alan berada dalam gendongan Tiara. Ia juga mengenakan pakaian yang sama dengan pakaian yang dikenakan oleh Darka. Mereka tampil dengan menakjubkan. Alan dan Alana, memiliki tampilan menggemaskan yang rasanya diwariskan dari kedua orang tuanya. Siapa pun yang melihat si kembar, akan yakin jika keduanya akan tumbuh menjadi sosok yang sangat menawan dewasa nanti.
Tiara sibuk menyusui kedua anaknya yang ternyata menolak untuk menyusu menggunakan dot berisi ASI yang sebelumnya sudah Tiara pompa. Keduanya lebih senang menyusu secara langsung pada Tiara. Tentu saja tingkah putra dan putrinya ini membuat Tiara sulit untuk bergerak. Keduanya benar-benar menempel pada Tiara dan tidak mau disentuh oleh siapa pun termasuk oleh opa serta omanya. Tiara memejamkan matanya dan bersandar pada sandaran sofa malas yang selalu ia gunakan saat menyusui kedua buah hatinya yang selalu ingin disusui bersama-sama. Ini masih siang, tetapi Tiara sudah sangat lelah.Kini, Tiara dan Darka tinggal di kediaman utama. Sementara Puti dan Nazhan resmi kembali ke Kuwait serta fokus untuk mengurus semua perusahaan mereka di sana. Darka sendiri dipercaya
Vanesa terlihat bersebunyi di balik sebuah pohon di seberang kediaman Risaldi yang tengah cukup ramai karena persiapan acara akikahan kembar calon penerus keluarga Al Kharafi dan Risaldi ini. Vanesa melihat rumah itu dengan penuh kebencian karena semua usahanya untuk menghancurkan kebahagiaan keluarga itu gagal total. Semua informasi yang Vanesa bocorkan pada pihak yang memang mencari jalan untuk menjatuhkan perusahaan milik keluarga AR tersebut, pada akhirnya menjadi senjata yang berbalik menyerangnya. Kini, karir Vanesa benar-benar hancur karena tidak ada satu pun perusahaan yang mau mempekerjakan dirinya. Bahkan, agensinya memutuskan kontrak secara sepihak dengannya.Hal itu terjadi karena Puti dan Nazhan turun tangan langsung. Keduanya melakukan sesuatu yang
Pagi ini, Darka mengumumkan kelahiran sepasang anak kembarnya melalui media sosial. Lalu esok hari, aka nada acara akikahan lalu berlanjut dengan acara pesta yang dilangsungkan di kediaman Risaldi. Tentu saja, kabar tersebut disambut gembira oleh orang-orang, kecuali Vanesa yang merasa begitu marah karena Darka sudah benar-benar membuangnya. Vanesa tidak lagi bisa menghubungi atau bahkan menemui Darka. Vanesa dibuang karena dirinya sudah tidak lagi dibutuhkan oleh pria itu. Kemarahan Vanesa semakin menjadi karena dirinya merasa dikalahkan oleh Tiara yang menurutnya tidak bisa dibandingkan dengannya. “Aku tidak akan menerima penghinaan ini,” ucap Vanesa.Ya, Vanesa tidak akan hancur sendirian. Jika dirinya harus hancur dan kehilangan segalanya, maka D
“Tiara,” ucap Puti tidak percaya saat melihat Tiara sudah sadarkan diri.Tiara yang sebelumnya masih berusaha untuk beradaptasi mengerjapkan matanya dan menyentuh perutnya yang terasa agak ngilu. Puti yang melihat hal itu segera menahan tangan menantunya dan berkata, “Kau sudah dioprasi, terima kasih karena sudah memberikan sepasang cucu yang menggemaskan bagiku dan Nazhan.”Tiara yang mendengar hal itu pun terharu. Meskipun dirinya tidak melahirkan dengan normal, tetapi kebahagiaannya sama besarnya. Puti pun membantu Tiara untuk minum karena ia tahu jika Puti memang perlu membasahi tenggorokannya. Setelah itu, Tiara pun berkata, “Ma, aku ingin melihat mereka
“Ada keributan apa?” tanya Nazhan saat dirinya ke luar dari lift sembari menggandeng istri tercintanya yang hari ini pun menemaninya bekerja. Tidak sekadar menemani, Puti juga membantu Nazhan menyelesaikan pekerjaannya.Semenjak Tiara dan Darka benar-benar ke luar dari rumah, keduanya memang lebih sering untuk menghabiskan waktu bersama. Selain untuk saling menghibur karena merasa bersalah serta kesepian karena telah membuat Tiara harus hidup susah dengan Darka, keduanya juga melakukan hal ini untuk memastikan tidak mencari apa pun terkait nasib Darka dan Tiara. Ini adalah komitmen yang sudah keduanya buat bersama. Karena jika sampai mereka melihat dengan mata mereka sendiri betapa kesulitannya hidup keduanya, mereka pasti tidak akan menahan diri unt
Darka yang baru saja selesai menjemur pakaian, segera duduk di samping Tiara yang tengah menatap tayangan mengenai tempat wisata air yang ditayangkan di televisi. “Kenapa melihatnya hingga seperti itu?” tanya Darka.“Tampaknya bermain air seperti itu terasa sangat menyenangkan.”Darka bisa mendengar nada tertarik dalam ucapan Tiara. Ia tahu, jika Tiara ingin mengunjungi wahana air itu. Namun, rasanya mustahil bagi Darka mengajak Tiara untuk bermain di wahana air seperti itu dengan kondisi kehamilannya yang sudah sebesar ini. Darka pun bertanya, “Kalau sudah melahirkan, apa kau mau pergi ke sana denganku?”
“Astaga!” seru bapak-bapak yang tengah menjalankan ronda keliling. Para bapak terkejut saat melihat sosok yang meringkuk di hadapan salah satu rumah kontrakan yang berada di perkampungan mereka. Setelah beberapa saat saling mendorong untuk memeriksa siapa yang berada di hadapan rumah orang lain di waktu seperti ini. Hanya saja, setelah mengarahkan senter para wajah orang itu, semua orang menghela napas lega karena mengenalnya.“Darka kenapa di luar seperti ini?” tanya salah satu dari para bapak yang menggeleng melihat Darka yang kini mengusap wajahnya dengan kasar. Tentu saja para bapak sudah mengenal Darka dan Tiara, pasangan muda menawan yang mereka kira tengah belajar untuk hidup mandiri. Dalam diam, para tetangga mengamati dan sedikit