Dentingan sendok yang beradu dengan piring mengawali pagi Rosa yang cerah. Wanita itu begitu menikmati nasi goreng seafood karyanya.
“Kamu nggak kuliah dek?” Rosa mengalihkan pandangannya dari piring ke sosok tampan kakaknya yang sudah rapi dengan setelan jasnya.
“Nggak, aku mau ikut ke kantor bareng abang."
Zany mengerutkan keningnya, sejak kemarin tingkah adiknya aneh, bahkan betah menempel kepadanya padahal ia sudah membentak Rosa, karena adiknya selalu berbuat hal hal yang tidak di sukainya.
“Abang mau ke lokasi proyek. Sekalian ketemu klien."
Rosa mendengkus sebal mendengar jawaban sang kakak. Pokoknya ia tidak mau tahu. Karena hari ini jadwalnya mewawancarai sang kakak tentang Mr. Alim. Besok tidak bisa karena jadwal kuliahnya yang padat.
"Pokoknya aku ikut. Nggak pake koma." Jawab Rosa keras kepala.
Zany menghela nafasnya , susah sekali menang dari si keras kepala Rosa.
"Bi Jum, yang membersihkan kamar mandi saya siapa?"
Rosa nyaris tersedak mendengar pertanyaan sang kakak, begitu pula pasangan paruh baya di depannya.
Tidak lagi.
Rosa meneguk air putihnya dengan pelan. Rasanya ia ingin mengamuk saja pada sang kakak. Bagaimana tidak, selama kurang lebih 7 bulan di Indonesia atau sebutlah rumah kakek, garis miring selama ia mendekati Mr. Alim. Selama itu mungkin sudah 32 asisten rumah tangga yang di pecat oleh kakaknya itu, belum dihitung di kantor. Ia bahkan tidak sanggup lagi berkata kata karena kelakuan kakaknya yang super duper bersih. Secuil bahkan setitik saja debu atau kotoran yang di temukan kakaknya itu, tanpa basa basi mengatakan 'Kamu saya pecat' atau kalau tidak 'Bi Jum urus bayarannya ,mulai sekarang angkat kaki dari rumah ini' lah kan jadi wow kalau menurutnya. Kakaknya itu memang sedikit kejam, bahkan tidak pernah kasihan saat para Asisten rumah tangga itu memohon maaf agar tetap di pekerjakan.
Zany memang memiliki hak istemewa, ia memiliki 1 Art khusus yang mengurusi semua kebutuhan serta kebersihan kamarnya. Mulai dari kamar mandi yang selalu di cuci setelah di pakai, peralatan makan, dan segala tetek bengek yang berhubungan dengannya.
Kakeknya sudah lelah menceramahi Zany kalau mencari Art itu susah. Tapi begitulah Zany. Pria itu tampak acuh dengan respon Rosa serta kedua orang yang begitu di hormatinya. Baginya kebersihan itu nomor satu.
“Mbak I'in, mas Zany. "
Wanita paruh baya yang sudah bekerja selama 20 tahun itu menjawab ragu. Duh, apalagi ia yang sering kebagian pecat memecat. Kan tidak tega.
“Panggil kemari." Ucap Zany tanpa menghilangkan kesan hormat nya pada bi Jumilah.
Tak lama kemudian sosok perempuan berhijab lebar dengan pakaian khas Artnya serta kaus kakinya yang berwarna hitam muncul. Zany membidik wanita berkaca mata itu, menilainya.
“Nama?"
"Huurun Ii'nn."
"Hah??"
Semua yang hadir Tampak terkejut dengan nama wanita itu. Bagaimana tidak, nama itu cukup familiar terdengar di telinga. Setahu Rosa itu nama berada di surah Al-Waqi'ah, bedanya mungkin ada huruf Wau di dalam surah itu. Artinya kalau tidak salah bidadari bermata indah.
“Pantesan namanya cantik, orangnya juga cantik." Celetuk Rosa. Ia tidak mempedulikan dengkusan kesal sang kakak.
"Umur kamu berapa?" Tanya Zany masih dalam mode intimidasi khasnya.
“Dua puluh dua tahun, tuan." Wanita bernama Ii'in itu meremas ujung bajunya gugup. Ia sedikit tahu tentang sosok tuannya dari teman-temannya. Kejam dan perfectionist.
"Janda? Dari mana? "
Rosa memutar bola matanya jengah. Kenapa pula abangnya mendadak kepo sih? Biasanya juga kalau mau pecat tinggal ngomong, langsung selesai urusan.
“Gadis, dari Sukabumi." Ii'in semakin gugup, karena sang tuan melihatnya sendari tadi.
"Masih perawan kan?"
Ya tuhan! Rasanya Rosa benar-benar ingin menampar bolak-balik abangnya itu. Apa hubungannya coba perawan dengan pekerjaan?
"Ii_iya tuan."
"Oke, cuma saran saja, jangan dekat dekat dengan pria lain. Kalau kamu hamil saya tidak mau di sangkut pautkan. Seperti tetangga sebelah."
Rosa menganga. Ia tidak bisa mempercayai dari mana abangnya yang terkenal pendiam itu tahu tentang pembantu tetangga sebelah yang memang ramai di bicarakan warga perumahan. Ohoo, sesuatu yang luar biasa menurutnya. Secara gitu abangnya jarang sekali di rumah. pergi pagi, pulang makan siang terus balik lagi ke kantor, pulangnya jam 5 atau jam 6 sore.
“Sudah nak, kamu membuatnya takut." Sang kakek menegur, namun Zany hanya mengendikkan bahunya acuh.
“Mulai besok kamu ikut saya ke kantor. Petugas kebersihan di sana tidak ada yang becus."
"Iya tuan."
"Dan satu lagi, saya tidak suka panggilan itu. Panggil saja mas Zany seperti yang lain. Kamu boleh kembali."
I'in mengangguk kemudian meninggalkan ruang makan. Wanita itu tak henti-hentinya mengucap syukur. Kan tidak lucu juga baru seminggu sudah mau di pecat.
“Tumben abang gitu sama Art, apa gerangan kakanda tidak memecatnya?" Rosa bertanya, disertai logat sinetron yang sering di dengarnya dari teman-temannya. Sang nenek hanya tersenyum geli melihat perdebatan kedua cucunya.
“Pekerjaannya bersih. Abang suka. Biasanya kan abang capek ngajarin, terus nggak bersih bersih." Zany menjawab dengan alasan logisnya. Itu fakta yang sebenarnya sih, mengingat selama ini kebanyakan Art malah cari muka bukannya bekerja dengan baik.
“Well, alasan di terima. Semoga saja mbak Ii'in betah di sini." Rosa mengelap bibirnya, mengakhiri sarapan paginya. Ia tidak perlu takut gemuk, karena memang badannya mencerna makanannya dengan baik, hingga bisa di katakan ia sulit gemuk meskipun makan banyak. Lagipula kenapa sih para wanita sibuk menghindari nasi? Padahal karbohidrat penting bagi tubuh. Coba saja teliti sejarah Indonesia, semua pahlawan makan nasi, mereka tetap berprestasi, tidak ada istilah pahlawan perempuan diet ketat agar tubuhnya molek terus menggoda penjajah agar pendiriannya lemah. Pstt, alasan klise yang membuat kaum hawa diet mati-matian agar cepat mendapatkan si do'i, entah survei dari mana yang mengatakan kaum adam suka wanita bertubuh kurus atau sedang sedang atau tidak gemuk. Padahal kenyataannya orang gemuk laku laku saja.
Seperti quote yang Rosa dapat dari Mr. Alim, “Kebanyakan orang lebih khawatir dengan timbangan berat badan daripada timbangan berat amal.”
"Ayo berangkat, dek!" Zany menepuk pundak sang adik, kemudian bersalaman kepada kakek dan neneknna, tak lupa ia mengecup pipi keriput sang nenek. Pun Rosa yang mengikuti ritual sang kakak, bedanya Rosa akan memeluk sang kakek hingga akhirnya ia pamit mengikuti sang kakak.
* * *
"Jadi apa gerangan yang membuat ananda ratu Rosalina mengikuti prince Zany ?"
Rosa mendelik. Untuk urusan tiru-meniru abangnya itu jago sekali. Ada rasa sesal karena mengolok sang kakak pagi tadi.
"Kok abang nggak cerita kalau abang itu sahabatan sama Mr. Alim?" Rosa bertanya tanpa tendeng aling aling. Wanita itu memperhatikan lokasi proyek yang masih ditumbuhi padi yang siap panen. Mereka hanya berdua di gazebo yang di jadikan tempat persinggahan si petani karena beberapa rekan kakaknya itu sudah terlebih dahulu meninggalkan tempat.
“Siapa itu Mr. Alim?"
"Ih abang! Maksud aku kak Alfa!" Rosa terlampau kesal, ia memukul bahu kakaknya cukup keras. Ia menyesali kenapa otak kakaknya itu begitu cepat mencopy semua yang di ucapkannya, plus artinya.
“Oh dia?!" Zany menyeruput kopinya penuh khidmat. Sementara Rosa menunggu dengan sabar sembari menatap burung-burung yang beterbangan di sekitar pematang sawah.
“Omong-omong, kok abang nggak jijik sih? Di sini kan kotor." Rosa melirik sekelilingnya, jika di lihat lihat gazebo yang di dudukinya memang kotor kalau versi abangnya sih. Kalau versi Rosa ya bersih bersih aja.
"Abang kan pilih pilih kalau alergi." Zany menjawab cuek. Pria itu merebahkan badannya. Ia menggelar jasnya untuk sang adik, mengisyaratkan agar Rosa tidur di sampingnya.
“Ya juga ya? Kok bisa abang lebay gitu alerginya?" Rosa mengerut kan keningnya, mencoba berfikir.
Jika di ingat-ingat, abangnya itu memang aneh. Jika ada secuil debu entah di rumah atau di kantor, lalu berhasil di hirup kakaknya, dia akan bersin bersin, gatal gatal, batuk, pilek, migrain, demam, pusing dan berujung tidak bekerja selama seminggu. Lah kan lebay menurut Rosa. Dulunya Rosa pikir kakaknya itu bercanda, atau cuma akal-akalannya saja. Tapi saat melihat kakaknya sakit Rosa jadi percaya.
Ayahnya bilang Kakaknya alergi terhadap debu semenjak beranjak remaja.
“Nggak usah di pikirkan. Otak kamu sudah kecil nanti meledak." Zany menoyor kepada sang adik, Rosa tidak menggubrisnya dan tetap berpikir.
"Nama bakterinya apa sih kak?” Rosa berbalik, menghadap sang kakak yang masih terlentang.
"Mana abang tahu. Abang juga nggak mau gitu sih. Tapi ya gimana, syukuri aja dek. Yang penting abang nggak sekarat."
"Ihh....!! Aku serius tahu." Rosa mencebik, meraih tangan sang kakak dan menciumnya, kebiasaannya dari kecil kalau takut.
“Hmm, temannya abang ada yang alergi sayuran yang berpestisida."
"Sayur?"
"Iya, Dia sesak nafas terus keluar darah dari bibir atau hidungnya jika makan salah satu dan berakhir koma jika penanganannya tidak tepat. Dia jadi susah hidupnya, kalau mau makan semuanya serba organik, buat sendiri plus tanam sendiri. Untungnya kaya. Tapi Allah memang adil dek, mungkin dia udah kebanyakan uang jadi anaknya di kasih penyakit itu."
"Lah kok bisa ya? Nama alerginya apa sih bang?"
"Anafilaksis atau di sebut alergi berat. Reaksi alergi berat yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian. Anafilaksis biasanya ditunjukkan oleh beberapa gejala termasuk di antaranya ruam gatal, pembengkakan tenggorokan, dispnea, muntah dan tekanan darah rendah. Gejala-gejala kayak gini akan timbul dalam hitungan menit hingga jam. Penyebab umumnya, dari reaksi ini adalah gigitan serangga, makanan, dan obat. Penyebab lainnya dapat berupa paparan lateks dan olah raga.
Jadi yang kamu cerewetin di kamar abang itu obatnya abang." Zany menyentil dahi adiknya yang masih mengernyit. Bukannya kesakitan Rosa malah memeluk tubuh sang kakak erat.
“Nggak usah cengeng, ada penderita yang lebih parah. Di gigit lebah meninggal. Lagipula dek, kalau Allah mau sekarang saja kita bisa mati. Penyakit hanya sarana atau tanda kutip penyebabnya. Sudah banyak kejadian orang sehat wal afiat meninggal tanpa peringatan sebelumnya." Zany mengusap rambut sang adik, bukanya diam Rosa malah terisak isak.
“Alfa sahabat abang dari kecil. Kan dulu abang juga satu pondok sama dia." Zany mengalihkan pembicaraan.
"Kok aku nggak tau sih? Perasaan kita selalu berbagi cerita, Aku abang Danis, sama bang Zany.” Rosa bertanya sambiil sesugukan.
Zany menghela nafasnya. Adiknya memang centil, petakilan, cengeng, manja dan semua yang berbau wanita melekat pada sang adik. Namun ia begitu menyayangi adiknya, bagaimanapun ia dan Denis lebih beruntung karena dapat merasakan kasih sayang sang ibu.
Tapi meskipun cengeng Rosa kecil tidak pernah menangis karena di ledek toleh teman-temannya karena tidak memiliki ibu. Menurutnya itu terlalu sinetron jika di novel-novel anak kecil seperti itu. Di antara keempat sahabat Rosa misalnya, meskipun keluarga mereka tidak utuh tidak ada istilahnya lebay bin alay dengan menangis karena merindukan keluarga lengkap.
"Kamu kan amnesia dek. Masa lupa sih?"
"Iya yah, kok aku lupa?" Rosa mengernyitkan dahinya, mencoba mencari puing puing ingatannya tentang Mr. Alim, "Aku amnesia saat masih kecil, berarti saat itu aku kenal Mr. Alim dong?" Rosa mengusap air matanya, kemudian bersembunyi di ketiak sang kakak. Tidak usah takut pingsan karena bau, abangnya yang tampan selalu wangi.
“Hmm, dia pindah ke Bogor. Ada peternakan kakek di sana. Tante Fatimah ikut mengelola saham milik almarhum om Fatih."
"Terus, terus?"
"Kamu amnesia sehari setelah Alfa pindah, kamu di culik karena nekat keluar rumah mengejar pedagang bakso. Tapi syukurlah kamu baik baik saja, dan ceria seperti biasanya. Abang senang."
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Suara yang Rosa kenal di luar kepala mengagetkannya. Ia dengan cepat duduk, mengamati sosok tampan dengan ransel di punggungnya dan tas kain yang Rosa tebak berisi makanan.
“Dengar salam di jawab dek, bukan dilihatin orangnya." Zany menoyor kepala sang adik, Rosa mencebik tidak suka. Kesenangannya memandang Mr. Alim terganggu.
Zany mempersilahkan Alfa duduk, ia menjauh dari sang adik yang masih terdiam entah memikirkan apa.
"Kok kak Alfa nggak cerita kita saling kenal? Sombong banget jadi orang!" Rosa mencibir, menunjuk Alfa yang sedang menata makanan yang di bawanya.
Mode bermartabat Rosa sedang on saat ini.
"Kamu yang lupa sama saya, Rosa."
Lah kok?
~Bersambung....
"Udah tau gue amnesia. Elo aja yang sombong." Rosa tak mau kalah. Ia menatap sengit ke arah Alfa yang tampak biasa saja."Nggak penting juga." Jawab Alfa. Pria itu menyerahkan piring kepada Rosa dan Zany."What? nggak penting gimana? Bagi gue masa kecil itu penting." Rosa berkoar tak sabar. Wanita itu melipat kerah kemeja hitamnya, kemudian merebut sendok nasi dari Alfa. Menyendok nasi ke piringnya dengan emosi.Ughh, air liur siapa yang tidak menetes melihat menu yang tersedia di kotak bekal yang Alfa bawa. Ada ayam panggang, tempe dan tahu goreng, sayur asam tak lupa sambal tomat yang begitu menggugah selera, limau di atas sambal itu serasa melambai lambai meminta di cicipi. Zany dan Alfa hanya saling pandang melihat tingkah Rosa. Menunggu dengan sabar si tuan putri yang sibuk comot sana sini sesekali berujar 'enak banget'."Gue belum selesai. Nanti kalau udah kenyang baru lanjut." Ujar Rosa ketus saat melihat Alfa yang meredam tawanya karena tingkahnya yang di luar prediksinya .A
"Saya pakai jaring saja sudah terlanjur basah."Suara Alfa menginstrupsi Rosa yang masih menganga. Untung saja tidak ada belalang atau lebah yang singgah di mulutnya yang menganga lebih dari satu menit. Pstt, tau gitu gue bawa kamera! Terus gue sebarin ketampanannya ke instagram! Lagi lagi batin Rosa bergejolak, menyalahkan dirinya yang tidak seperti biasanya yang selalu ingat membawa kamera untuk mengabadikan momennya."Oh.., eumm. Oke gue ambilin. Tempatnya di mana?" Rosa bertanya gelagapan. Bisa hilang nilai jualnya kalau si Mr. Alim tahu dirinya terjatuh begitu dalam hingga dasarnya. Tapi Rosa berniat menetapkan hatinya, kali ini tidak untuk main main. Ya, meskipun masih dalam lingkup taruhan. "Di dapur bagian atas sebelah kiri." Alfa menjawab sembari menarik kail pancing. Pun Rosa yang langsung meninggalkan tempat."Al, elo nggak naksir adik gue kan?" Tanya Zany. Pria itu menatap sekilas ke bukit bukit terjal yang menjulang di ujung sawah sana. Pemandangannya memang sangat mema
Di tengah sunyinya malam, sang rembulan bersinar dengan terangnya, seolah mengejek gadis yang sedang meringkuk memeluk gulingnya. Terkadang ke kiri dan terkadang ke kanan. Gadis itu memutuskan bangkit dari ranjang, beranjak ke meja belajarnya kemudian membuka laptopnya. Lebih baik mengerjakan tugas, daripada memeras otak memikirkan Mr. Alim yang membuat dadanya berdenyut denyut nyeri. Masih segar di ingatannya saat kejujuran Alfa seolah-olah menembak hatinya hingga luluh lantah, 'Syukurlah karena kamu tidak benar-benar suka kepada saya. Saya sendiri juga tidak menginginkan istri yang mengumbar aurat' kata kata itu terus terngiang, melukai harga dirinya. Cinta?Oh, Rosa belum gila untuk jatuh cinta secepat itu pada Mr. Alim. Ia hanya merasakan hatinya sakit, bahkan beberapa hari ini susah tidur. Ditambah sosok Alfa tidak pernah muncul lagi membuatnya uring uringan. Apa mungkin pria itu marah karena dirinya yang mengatakan Alfa miskin? Ah, bodo amat!Mungkin harga diri Alfa terluka
"Wooy!! lagi makan apaan tuh?" Suara cempreng milik Rosa menggema di kantin yang masih terlihat ramai. Gadis itu tampak santai dengan tatapan memuja kaum adam pada tubuhnya yang begitu sexy bak gitar Spanyol. Kemeja berwarna hitam melekat pas pada tubuh Rosa, dua kancing teratasnya terbuka, menampakkan belahan dada putihnya. Hot pants berwarna senada memperlihatkan kaki jenjangnya, dilengkapi dengan sepatu sneakers berwarna coklat tampak anggun di kakinya. Wajar saja wanita itu di juluki bunga kampus. Rosa menghampiri teman-teman nya yang biasa di juluki grup Sexy Yeoja. Grup itu terdiri dari lima orang wanita cantik, Lana, Linda, Maya, Siska, dan Rosa. Bisa ditebak dari nama grupnya yang menggunakan kata 'Yeoja' yang berarti gadis atau wanita dalam bahasa korea. Dan mereka itu segerombolan penggila Kpop. Hampir seluruh penghuni kampus tau kalau grup Sexy Yeoja penggila kpop. Karena jika ada event di kampus pasti grup Sexy Yeoja akan menampilkan semua yang berbau kpop, entah itu
Rosa menghembuskan nafasnya kesal. Ia sudah menceritakan perihal ayah Mr Alim kepada sahabat nya. Namun keempat sahabatnya malah menyuruh Rosa melanjutkan misi. Bila perlu menikah sekalian balas jasa kata mereka. Fstt, padahal Rosa sudah membeberkan gaji Alfa yang senilai dengan uang jajannya, namun keempat sahabatnya tetap berpegang teguh pada pendirian mereka. "Ya, gue malah tambah salut sama Mr Alim. Secara dia yang selama ini menjadi kepala keluarga. Gue denger denger ibunya baru nikah lagi setahun yang lalu lho."Siska bercerita heboh. Matanya melirik sosok pria yang berjanggut yang sedang duduk sendirian di temani laptopnya. "Eh, itu Rio kan?" Lana mengikuti arah pandang Siska. "Hmm, Calon suami gue. " Siska tersenyum memperlihatkan sosok tanpan itu. Uhh, rasanya mendebarkan melihat seorang yang kau sukai dari jarak sedekat ini. "Ngimpi!!"Keempat sahabatnya bersorak, mengolok Siska yang masih saja tersenyum, memangku wajahnya. Matanya berfokus menatap sosok sempurna yang b
Brughh…!!Prakk…!!"Aduh, di mana sih lingerie gue?""Udah ketemu? Gue nggak jual tas Hermès gue. Abisnya gue sayang banget, ini peninggalan almarhum ayah.""Iya, serah lu dah. Gue sibuk, Sis. Ntar kita sambung lagi. Bye! Assalamualaikum."Rosa mematikan ponselnya, lalu melemparkannya ke atas ranjang. Ia sibuk sekali sepulang dari kajian Zuhur tadi.Allah tidak akan menanyakan berapa jumlah harta kita, tapi untuk apa harta itu digunakan dan dari mana kita mendapatkannya.Di kepala Rosa, kata-kata itu terus terngiang. Apalagi saat kajian tadi, mereka diperlihatkan bagaimana kondisi umat Muslim di berbagai belahan dunia yang mengalami kesulitan.Rosa dan empat sahabatnya menangis, bahkan sampai terisak-isak. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk melelang semua pernak-pernik mahal yang mereka miliki. Hasilnya akan mereka sumbangkan ke dinas sosial yang bersangkutan."Oh, lingerie 15 juta!! Di mana kah dirimu?"Rosa mengusap peluhnya. Ia melirik ranjangnya yang sudah penuh dengan berba
Dua minggu sudah berlalu semenjak Rosa mengetahui arti, "Jazakallahu khairan", wanita itu benar-benar mengamalkannya.Arka bahkan kaget mendengar putri centilnya mengucapkan kata-kata keramat itu. Padahal dari dulu Arka sudah mengajarkan Rosa melalui buku-buku hadis ataupun kitab yang ia koleksi untuk dibaca. Tapi memang watak Rosa yang sama kerasnya dengan sang kakek membuatnya bertahan dan tidak menyentuhnya sedikit pun. Meskipun begitu, ia bersyukur putrinya lancar mengaji—yeah, meskipun bertolak belakang dengan kelakuannya."Ayah, aku mau pergi sama Bunda. Bye, assalamualaikum."Rosa mengecup pipi ayahnya kilat, kemudian menyusul ibunya yang sudah lebih dahulu menuju mobil."Ayah harap kamu berubah, Sayang."Arka berbisik melihat punggung anak gadisnya yang semakin hari semakin bertumbuh. Ia tidak menyangka bisa mengurus gadis keras kepala itu hingga sebesar ini. Ada rasa bangga di hatinya ketika mengingat almarhum istrinya.Sejak kecil, Rosa memang selalu dimanjakan oleh keluarga
Hall jazaaa ul_ihsaani illal_ihsaan....Fa bi'ayyi aalaaa'i robbukumaa tukazzibaan...Alfa terisak, berusaha meneruskan tilawahnya hingga selesai. Ia tidak menyadari sosok gadis yang memperhatikan gerak geriknya dari tadi. Pria itu kerap kali menangis jika membaca surah Ar - Rahman. Apalagi saat mengulangi ayat yang berarti 'Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kau dustakan,' rasanya itu seperti di siram air es di musim dingin. Selama ini ia merasa bebas bahkan terkesan santai dengan hidupnya. Padahal semua fasilitas yang ia nikmati semuanya dari sang pencipta Allah. Oksigen yang selama ini di hirup tidak pernah habis stoknya, makanan yang selama ini ia makan, mata yang bisa melihat, telinga yang bisa mendengar, bibir yang bisa berbicara, tangan yang bisa bergerak, kaki yang bisa melangkah, kulit yang begitu peka, lidah yang perasa, air liur yang tidak pernah habis stoknya, dan banyak karunia yang di berikan sang pencipta Allah kepadanya dan seluruh mahluk hidup di bumi. Pernahkah
Di tengah sunyinya malam, sang rembulan bersinar dengan terangnya, seolah mengejek gadis yang sedang meringkuk memeluk gulingnya. Terkadang ke kiri dan terkadang ke kanan. Gadis itu memutuskan bangkit dari ranjang, beranjak ke meja belajarnya kemudian membuka laptopnya. Lebih baik mengerjakan tugas, daripada memeras otak memikirkan Mr. Alim yang membuat dadanya berdenyut denyut nyeri. Masih segar di ingatannya saat kejujuran Alfa seolah-olah menembak hatinya hingga luluh lantah, 'Syukurlah karena kamu tidak benar-benar suka kepada saya. Saya sendiri juga tidak menginginkan istri yang mengumbar aurat' kata kata itu terus terngiang, melukai harga dirinya. Cinta?Oh, Rosa belum gila untuk jatuh cinta secepat itu pada Mr. Alim. Ia hanya merasakan hatinya sakit, bahkan beberapa hari ini susah tidur. Ditambah sosok Alfa tidak pernah muncul lagi membuatnya uring uringan. Apa mungkin pria itu marah karena dirinya yang mengatakan Alfa miskin? Ah, bodo amat!Mungkin harga diri Alfa terluka
"Saya pakai jaring saja sudah terlanjur basah."Suara Alfa menginstrupsi Rosa yang masih menganga. Untung saja tidak ada belalang atau lebah yang singgah di mulutnya yang menganga lebih dari satu menit. Pstt, tau gitu gue bawa kamera! Terus gue sebarin ketampanannya ke instagram! Lagi lagi batin Rosa bergejolak, menyalahkan dirinya yang tidak seperti biasanya yang selalu ingat membawa kamera untuk mengabadikan momennya."Oh.., eumm. Oke gue ambilin. Tempatnya di mana?" Rosa bertanya gelagapan. Bisa hilang nilai jualnya kalau si Mr. Alim tahu dirinya terjatuh begitu dalam hingga dasarnya. Tapi Rosa berniat menetapkan hatinya, kali ini tidak untuk main main. Ya, meskipun masih dalam lingkup taruhan. "Di dapur bagian atas sebelah kiri." Alfa menjawab sembari menarik kail pancing. Pun Rosa yang langsung meninggalkan tempat."Al, elo nggak naksir adik gue kan?" Tanya Zany. Pria itu menatap sekilas ke bukit bukit terjal yang menjulang di ujung sawah sana. Pemandangannya memang sangat mema
"Udah tau gue amnesia. Elo aja yang sombong." Rosa tak mau kalah. Ia menatap sengit ke arah Alfa yang tampak biasa saja."Nggak penting juga." Jawab Alfa. Pria itu menyerahkan piring kepada Rosa dan Zany."What? nggak penting gimana? Bagi gue masa kecil itu penting." Rosa berkoar tak sabar. Wanita itu melipat kerah kemeja hitamnya, kemudian merebut sendok nasi dari Alfa. Menyendok nasi ke piringnya dengan emosi.Ughh, air liur siapa yang tidak menetes melihat menu yang tersedia di kotak bekal yang Alfa bawa. Ada ayam panggang, tempe dan tahu goreng, sayur asam tak lupa sambal tomat yang begitu menggugah selera, limau di atas sambal itu serasa melambai lambai meminta di cicipi. Zany dan Alfa hanya saling pandang melihat tingkah Rosa. Menunggu dengan sabar si tuan putri yang sibuk comot sana sini sesekali berujar 'enak banget'."Gue belum selesai. Nanti kalau udah kenyang baru lanjut." Ujar Rosa ketus saat melihat Alfa yang meredam tawanya karena tingkahnya yang di luar prediksinya .A
Dentingan sendok yang beradu dengan piring mengawali pagi Rosa yang cerah. Wanita itu begitu menikmati nasi goreng seafood karyanya. “Kamu nggak kuliah dek?” Rosa mengalihkan pandangannya dari piring ke sosok tampan kakaknya yang sudah rapi dengan setelan jasnya.“Nggak, aku mau ikut ke kantor bareng abang."Zany mengerutkan keningnya, sejak kemarin tingkah adiknya aneh, bahkan betah menempel kepadanya padahal ia sudah membentak Rosa, karena adiknya selalu berbuat hal hal yang tidak di sukainya. “Abang mau ke lokasi proyek. Sekalian ketemu klien." Rosa mendengkus sebal mendengar jawaban sang kakak. Pokoknya ia tidak mau tahu. Karena hari ini jadwalnya mewawancarai sang kakak tentang Mr. Alim. Besok tidak bisa karena jadwal kuliahnya yang padat."Pokoknya aku ikut. Nggak pake koma." Jawab Rosa keras kepala.Zany menghela nafasnya , susah sekali menang dari si keras kepala Rosa. "Bi Jum, yang membersihkan kamar mandi saya siapa?"Rosa nyaris tersedak mendengar pertanyaan sang k
Hall jazaaa ul_ihsaani illal_ihsaan....Fa bi'ayyi aalaaa'i robbukumaa tukazzibaan...Alfa terisak, berusaha meneruskan tilawahnya hingga selesai. Ia tidak menyadari sosok gadis yang memperhatikan gerak geriknya dari tadi. Pria itu kerap kali menangis jika membaca surah Ar - Rahman. Apalagi saat mengulangi ayat yang berarti 'Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kau dustakan,' rasanya itu seperti di siram air es di musim dingin. Selama ini ia merasa bebas bahkan terkesan santai dengan hidupnya. Padahal semua fasilitas yang ia nikmati semuanya dari sang pencipta Allah. Oksigen yang selama ini di hirup tidak pernah habis stoknya, makanan yang selama ini ia makan, mata yang bisa melihat, telinga yang bisa mendengar, bibir yang bisa berbicara, tangan yang bisa bergerak, kaki yang bisa melangkah, kulit yang begitu peka, lidah yang perasa, air liur yang tidak pernah habis stoknya, dan banyak karunia yang di berikan sang pencipta Allah kepadanya dan seluruh mahluk hidup di bumi. Pernahkah
Dua minggu sudah berlalu semenjak Rosa mengetahui arti, "Jazakallahu khairan", wanita itu benar-benar mengamalkannya.Arka bahkan kaget mendengar putri centilnya mengucapkan kata-kata keramat itu. Padahal dari dulu Arka sudah mengajarkan Rosa melalui buku-buku hadis ataupun kitab yang ia koleksi untuk dibaca. Tapi memang watak Rosa yang sama kerasnya dengan sang kakek membuatnya bertahan dan tidak menyentuhnya sedikit pun. Meskipun begitu, ia bersyukur putrinya lancar mengaji—yeah, meskipun bertolak belakang dengan kelakuannya."Ayah, aku mau pergi sama Bunda. Bye, assalamualaikum."Rosa mengecup pipi ayahnya kilat, kemudian menyusul ibunya yang sudah lebih dahulu menuju mobil."Ayah harap kamu berubah, Sayang."Arka berbisik melihat punggung anak gadisnya yang semakin hari semakin bertumbuh. Ia tidak menyangka bisa mengurus gadis keras kepala itu hingga sebesar ini. Ada rasa bangga di hatinya ketika mengingat almarhum istrinya.Sejak kecil, Rosa memang selalu dimanjakan oleh keluarga
Brughh…!!Prakk…!!"Aduh, di mana sih lingerie gue?""Udah ketemu? Gue nggak jual tas Hermès gue. Abisnya gue sayang banget, ini peninggalan almarhum ayah.""Iya, serah lu dah. Gue sibuk, Sis. Ntar kita sambung lagi. Bye! Assalamualaikum."Rosa mematikan ponselnya, lalu melemparkannya ke atas ranjang. Ia sibuk sekali sepulang dari kajian Zuhur tadi.Allah tidak akan menanyakan berapa jumlah harta kita, tapi untuk apa harta itu digunakan dan dari mana kita mendapatkannya.Di kepala Rosa, kata-kata itu terus terngiang. Apalagi saat kajian tadi, mereka diperlihatkan bagaimana kondisi umat Muslim di berbagai belahan dunia yang mengalami kesulitan.Rosa dan empat sahabatnya menangis, bahkan sampai terisak-isak. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk melelang semua pernak-pernik mahal yang mereka miliki. Hasilnya akan mereka sumbangkan ke dinas sosial yang bersangkutan."Oh, lingerie 15 juta!! Di mana kah dirimu?"Rosa mengusap peluhnya. Ia melirik ranjangnya yang sudah penuh dengan berba
Rosa menghembuskan nafasnya kesal. Ia sudah menceritakan perihal ayah Mr Alim kepada sahabat nya. Namun keempat sahabatnya malah menyuruh Rosa melanjutkan misi. Bila perlu menikah sekalian balas jasa kata mereka. Fstt, padahal Rosa sudah membeberkan gaji Alfa yang senilai dengan uang jajannya, namun keempat sahabatnya tetap berpegang teguh pada pendirian mereka. "Ya, gue malah tambah salut sama Mr Alim. Secara dia yang selama ini menjadi kepala keluarga. Gue denger denger ibunya baru nikah lagi setahun yang lalu lho."Siska bercerita heboh. Matanya melirik sosok pria yang berjanggut yang sedang duduk sendirian di temani laptopnya. "Eh, itu Rio kan?" Lana mengikuti arah pandang Siska. "Hmm, Calon suami gue. " Siska tersenyum memperlihatkan sosok tanpan itu. Uhh, rasanya mendebarkan melihat seorang yang kau sukai dari jarak sedekat ini. "Ngimpi!!"Keempat sahabatnya bersorak, mengolok Siska yang masih saja tersenyum, memangku wajahnya. Matanya berfokus menatap sosok sempurna yang b
"Wooy!! lagi makan apaan tuh?" Suara cempreng milik Rosa menggema di kantin yang masih terlihat ramai. Gadis itu tampak santai dengan tatapan memuja kaum adam pada tubuhnya yang begitu sexy bak gitar Spanyol. Kemeja berwarna hitam melekat pas pada tubuh Rosa, dua kancing teratasnya terbuka, menampakkan belahan dada putihnya. Hot pants berwarna senada memperlihatkan kaki jenjangnya, dilengkapi dengan sepatu sneakers berwarna coklat tampak anggun di kakinya. Wajar saja wanita itu di juluki bunga kampus. Rosa menghampiri teman-teman nya yang biasa di juluki grup Sexy Yeoja. Grup itu terdiri dari lima orang wanita cantik, Lana, Linda, Maya, Siska, dan Rosa. Bisa ditebak dari nama grupnya yang menggunakan kata 'Yeoja' yang berarti gadis atau wanita dalam bahasa korea. Dan mereka itu segerombolan penggila Kpop. Hampir seluruh penghuni kampus tau kalau grup Sexy Yeoja penggila kpop. Karena jika ada event di kampus pasti grup Sexy Yeoja akan menampilkan semua yang berbau kpop, entah itu