Aku akan pensiun jadi tante favorit untuk keponakan-keponakanku begitu Sandra masuk ke dalam kehidupan kami.
Kami? Kami siapa? Ruby harus memposisikan dirinya sebagaimana mestinya. Ia dan suaminya tidak yakin ke mana hubungan mereka akan berlanjut yang itu artinya kemungkinan mereka bercerai lebih besar daripada tetap bersama. Ia tidak seharusnya merisaukan hal ini. Dengan begitu keponakan-keponakannya dapat menyayangi tante yang baru.
Ruby bergegas ke kasir dan membayar semua belanjaannya dengan uangnya sendiri. Setelah itu ia ke gedung sebrang Marina Square, di mana ada Seven Eleven di sana.
Belanjaannya yang berat tidak digubrisnya sama sekali. Hatinya begitu sakit melihat pemandangan tadi. Ia masuk ke Seven Eleven, membeli banyak camilan, dan susu cokelat hangat. Setelah itu ia makan di Yoshinoya yang masih satu gedung dengan Seven Eleven.
Ia membawa makanannya ke meja. Sama sekali tidak berselera makan nasi dan daging yang lezat itu. Betapa kecewanya
Suaminya tidak tertarik pada wanita lain? Ruby menggigit bibirnya menahan perih. Tawa suaminya, senyum suaminya, ekspresi penuh semangat yang tersorot di wajahnya—Ya Tuhan. Benarkah suaminya memang tidak bisa melupakan Emilia hingga melampiaskannya pada adik wanita itu?Itukah sebabnya suaminya tidak langsung menyusulnya ke Singapura? Bukan hanya sibuk dengan Hardana World-nya, tapi juga membiasakan istrinya untuk hidup tanpanya? Bagaimana pun hidup mereka tidak akan semanis dulu setelah Attar menalaknya. Sekali pun mereka tetap mempertahankan pernikahan ini, itu dilakukan suaminya untuk menjaga harga dirinya sebagai laki-laki yang dulu sempat dipermalukan di pernikahan mereka yang pertama.Ruby juga takkan sampai hati bercerai. Berita perceraiannya akan mengecewakan kedua pihak. Kakek Gun, Kakek Hasyim, Mami, serta ayah-ibu mertuanya. Ia akan bertahan, walau harus menjalaninya dengan hati luka parah.Di bawah cahaya keremangan bulan, matanya menangkap sos
Suaminya tidak memiliki niat untuk menjadikannya sebagai wanita yang layak dicintai. Lelaki itu hanya membutuhkannya sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai pria untuk menjaga rumah tangganya. Dan di luar itu, suaminya yang tampan ini perlu ruang untuk bernapas, mencicipi segala hal yang tidak bisa dilakukannya lantaran terikat dengan pernikahan yang awalnya tidak diinginkan keduanya.Ruby melepaskan pelukan suaminya. Kedua tangan suaminya membingkai wajahnya, yang enggan untuk ditepisnya. “Ngg.., aku tetap ingin ada benteng di antara kita. Kita bisa hidup di rumah yang terpisah. Aku tidak akan melarangmu untuk melakukan apa yang kamu suka.”“Tidak, Ruby, kita tidak akan melakukan itu,” tanggap Attar berang. Ia menarik kedua tangannya dari wajah istrinya. “Kita tidak akan berpisah!”“Aku tidak sanggup menjadi istrimu, Attar.”“Ketidaksanggupanmu sebagai istriku tidak memberi jalan perceraian untuk kit
“Don’t be childish,” perintahnya tegas. “Aku sudah cukup lelah menghadapimu yang penuh kelelahan, kesakitan, tapi bukan berarti aku menyerah dan membiarkanmu pergi dengan pria lain begitu saja. Takkan pernah!”“Itu cukup melukai harga dirimu, benarkah begitu?” Ruby mendengar suaranya berbicara demikian. Badannya lemas. “Kamu mengesankannya seolah kamu seorang pahlawan di depanku selama ini. Lalu, dengan perjanjian yang bahkan tidak aku ketahui, kamu harus menikahiku. Kamu yang penuh dengan rasa percaya diri, merasa terhina ketika aku meninggalkanmu di akad nikah yang pertama. Dan sekarang, setelah menikah kamu takkan melepaskanku setelah aku dan keluargaku melempar malu serta merendahkan harga dirimu?”“Aku tidak akan menjawabnya. Sekarang aku adalah suamimu, dan kita akan terus begini selamanya.”“Tentu saja. Aku akan tetap bersamamu, sebagai rasa tanda terima kasihku padamu yang t
“Jangan berpikir untuk melawan perintahku, Ruby,” kata suaminya sambil menatapnya tajam. “Sekarang kembali ke kamar dan lupakan tugasmu mencuci, menyetrika, dan hal-hal lain yang melelahkanmu.”“Aku punya hak untuk melakukan apa yang kusuka.”“Tidak dalam keadaan hamil seperti ini.”“Aku tidak capek.”“Dan akan jadi capek.”Sebelum mendengar protes dari istrinya lagi, Attar menarik pergelangan tangannya dan membawanya ke kamar tidur mereka. Ruby mendengar suaminya mengunci pintu kamar itu.Mereka akan bercinta lagi? Attar hanya mengunci pintu jika mereka akan melakukan hal-hal intim.“Apa pun yang sudah terjadi, kita tetaplah suami-istri,” tegas suaminya. Ia menurunkan istrinya di tempat tidur. “Daripada mengeluh, lebih baik kita nikmati saja peran ini.”“Peran!” bentak istrinya. “Kamu kira kita sedang berlakon? Oh
Kembali ke Jakarta bukanlah ide yang buruk. Di sana Ruby bisa menemui ibunya dan Kakek Gunawan. Mereka dapat melipur laranya hanya dengan merangkulnya, dan mengatakan semua akan baik-baik saja.Ruby tak lupa memberi pesan pada anaknya yang tinggal bersama Mama Lenny dengan adik Mama yang tinggal di apartemen kawasan Orchard Road, untuk tidak bandel selama orangtuanya sedang di Jakarta. Ruby masih ingat ketika anaknya menahan sedih berpisah dari ibunya yang selama ini selalu bersamanya.Sesampainya di Jakarta mereka dijemput sopir. Duduk berdua di belakang bersama suaminya di mobil sepanjang perjalanan pulang membuat Ruby membayangkan apa yang akan terjadi di rumah.Di mobil suaminya tak menunjukkan sikap hangat atau mesra. Suaminya sibuk memainkan ponselnya dan berdecak sesekali menghadapi macetnya Jakarta di tengah malam.“By the way, pengacaramu ini ternyata sedang menyusun rencana,” kata suaminya tiba-tiba.Ruby yang sedari
“Tidak seburuk yang kamu bayangkan, Ruby. Yang jelas, ketika Kakek mendengar kamu berfoya-foya di New York selama perusahaanku sedang krisis, Hasyim datang dengan cucunya.”“Kakek Hasyim menawarkan villa di Aspen untuk cucunya dan uang untuk membantu perusahaan.””“Ya, dia memberi Attar setengah hartanya. Tapi, soal uang, itu suamimu yang melakukannya. Dia membantu Edo menjalankan bisnis dan meminjamkan modal untuk Edo.”“Apakah sudah dikembalikan?”“Attar tidak butuh uangnya kembali, ia menginginkan pernikahan yang utuh seumur hidup. Hanya itu yang diminta Hasyim jika Attar ingin harta kakeknya.”“Apakah Kakek mengatakan bahwa Attar menikahi saya karena harta kakeknya?”“Ruby.” Gunawan menghela napas panjang. “Itu sudah masa lalu. Sekarang suamimu telah berubah. Dia mencintaimu.”“Tidak,” potong Ruby. “Suami saya ti
“Jangan kurang ajar!” Ruby menepiskan jari suaminya.“Ssssht, aku ini suamimu. Dan, kamu belum mengganti baju bepergianmu. Aku sudah menggantung semua lingerie-mu di lemari.”“Sudah tidak ada yang muat.”“Yakinkan aku kalau begitu. Karena sejauh yang kulihat, dengan kamu memakai lingerie akan menunjukkan lekuk tubuhmu.”“Aku tidak tahu kamu suka perempuan gemuk.”“Selama perempuan itu kamu, tidak masalah.”Entah ada hipnotis apa dalam suara suaminya. Ruby turun dari tempat tidur, melepaskan pakaiannya dan memakai baju tidurnya. Ketika ia berbalik, suaminya tengah memperhatikannya tanpa pakaian di atasnya.Ruby kembali ke tempat tidur dan menutupi tubuhnya yang kedinginan dengan selimut.“Nah, kamu lihat, kan? Masih cukup!” Suaminya tersenyum puas.“Aku yakin sebentar lagi robek,” sahut istrinya, terk
Siapa yang menyangka istri yang telah disakitinya memiliki kekayaan yang tidak berseri? Bah. Itu bukan perkara besar. Yang paling mencengangkan, istrinya adalah cucu dari kakek yang selama ini dikaguminya.Perasaan cinta yang menggebu-gebu hatinya pada sang istri sirna tatkala Hasyim Hardana memberitahu yang sebenarnya. Sulit dipercaya ia telah menghidupi cucu kakeknya. Ya ampun. Ruby cucu Hasyim Hardana? Kakeknya—ralat—Hasyim Hardana dan Gunawan Adiwangsa telah membohonginya selama ini. Atau, Kakek Gun belum tahu?Jika ia sudah tahu, mana sudi ia berteman dengan pria yang tak lain mantan suami istrinya?Tapi sudah sejak lama keluarga Adiwangsa mengalami krisis. Terkadang, uang mematikan perasaan yang sebenarnya di dalam dada, bukan? Dengan uang yang dimiliki Hasyim Hardana, lelaki tua itu dapat mendapatkan apa yang diinginkannya. Termasuk pernikahan Attar dengan cucunya.Cih.Seharian Attar berkelana mengitari Jakarta yang macet hingga
“Bagaimana dengan kontrak itu? Ketika kamu bilang mengenai lamaran itu, aku teringat pada kontrak itu.” “Curse the contract. Kamu tidak akan meninggalkan suamimu yang satu ini, kan?” Attar terus mencium, menggigit, leher serta bahu istrinya. “I will never give up on you, Rubiniaku. You’re the light of my life, I love you so much. Way too much.” “Attar, katakan dulu apa yang terjadi dengan kontrak itu.” Ruby membalikkan tubuhnya dan menatap suaminya dengan penuh tuntutan. “Apa yang kamu lakukan dengan perjanjian itu?” “Well, aku tidak peduli dengan perjanjian itu. Kakekmu juga sudah tidak ada, bukan? Bahkan notaris yang menyaksikan perjanjian itu sudah pergi juga. Dan aku.” Attar terdiam sejenak. “Aku tidak perlu kontrak atau jaminan apa pun untuk memilikimu dan anak-anak.” “Benarkah?” “Mau taruhan? Sebelumnya, aku ingin tahu apakah aku masih kuat menggendongmu atau tidak.” Dengan tubuhnya yang kekar Attar ma
ItaliaPemuda dengan memakai kemeja kotak-kotak menggandeng gadis kecil berambut panjang. “Papa!” teriak gadis kecil itu.“Miriam!” Attar menghampiri putri kecilnya dan menggendongnya. “Bagaimana jalan-jalannya dengan Kak Eda?”Tujuh tahun berlalu begitu cepat. Attar bersyukur, dengan kesehatannya yang semakin membaik, dan di usianya yang menginjak empat puluh, ia mendapat semuanya—anak-anak yang cantik dan tampan yang pintar—istri yang begitu sabar menghadapinya. Kehidupannya sangat sempurna tujuh tahun terakhir, setelah puluhan tahun sebelumnya ia habiskan dengan kebohongan dan kemarahan yang tak terkendali.Attar menamakan anak keduanya Miriam. Sebagai tanda hormatnya pada sang nenek yang sudah lama pergi. Nenek yang dicintai kakeknya, yang akan selamanya Attar kenang akan kebaikan sang kakek semasa hidupnya.Sebelum meninggalkan Hardana Land dan tinggal di Singapura, Attar melakuk
“Kata Tante Nina, Oom Attar tidak bisa bawa yang berat-berat dulu sejak serangan kayak Kakek.”Anak kecil tidak mungkin berbohong. Agar tidak membahas lebih lanjut, Attar bangkit dan mengajak istrinya untuk ke kamarnya yang berada di lantai yang sama. Sebelumnya ia menitip pesan pada Eda untuk menemani Kakek Malik dan Nenek Lenny di sana.Ketika Attar mendorong kursi roda istrinya ke kamar, sosok Kakek Gun dan keluarga Adiwangsa lainnya muncul. Mereka menjelaskan bahwa di luar macet sekali hingga Kakek Gun harus naik helikopter dari Menara Adiwangsa yang lokasinya tak jauh dari rumah.Kakek Gun meminta Ruby untuk beristirahat dulu sementara keluarga Adiwangsa menjenguk Hasyim. Ruby menolak, namun tak punya pilihan karena Edo dan Shera ikut mengkhawatirkan keadaannya.Begitu sampai kamar Attar membantu istrinya untuk bangun dan berbaring di tempat tidur. Dipastikannya kepala istrinya sudah nyaman dengan bantalnya. Kemudian ia duduk di tepi temp
“Kakek saya tidak pernah terlihat sakit.”“Anda pun juga begitu. Tapi Anda pernah serangan juga, bukan?” Dokter Prapto, dokter yang sama yang menangani Attar ketika ia dirawat. “Sekarang temuilah anggota keluarga yang lain di lorong, Pak Attar.”Dengan lemas Attar keluar dari kamar kakeknya. Di lorong sudah ada semua anggota keluarga Hardana, termasuk dari keluarga menantu. Adam, Fariz, dan sepupu yang lain memeluknya, memberi semangat padanya.Attar menghampiri istrinya yang duduk di atas kursi roda di pojok sebelah ibunya. Sebelumnya Attar memeluk mama-papanya, dan meminta Eda untuk mendoakan kakek buyutnya agar cepat sembuh.Ia duduk di kursi yang paling dekat dengan istrinya. “Bagaimana ceritanya? Kata Pak Mahdi dia serangan di kamarmu.”Ruby mengangguk. “Kakek mengakui semuanya di depanku.”“Apakah kamu menyakitinya?”Mata Ruby menyipit. Apakah suaminya berni
“Kakek Hasyim,” kata Ruby. “Ada perlu apa kemari?” Tidak perlu bertanya sebenarnya. Ia tahu apa yang ingin dikatakan kakek. Mengenai hubungan mereka yang sebenarnya. Tapi Ruby tidak tertarik. Yang diinginkannya adalah menemui Attar, membahas jenis kelamin bayinya.“Apakah Attar belum memberitahu bahwa aku…”“Kakekku? Sudah.”Ketenangan yang ditunjukkan Ruby membuat Hasyim terbelalak. “Kamu tidak marah atau benci padaku, Rubinia…”“Saya tidak punya pilihan, bukan,” jawab Ruby sinis. “Anda sudah mendapatkan apa yang Anda inginkan. Attar tidak dipenjara, dan saya telah menikah atas kehendak Anda.”“Ruby, saya tidak menyangka kamu berpikir seperti itu mengenai saya…” Hasyim mengira dirinya sudah baik pada cucunya yang satu ini. Ia telah lama berdiam diri dengan fakta yang ditelannya puluhan tahun. Dan reaksi Ruby adalah beban besar untuk
Armand memiliki temper yang sulit diduga. Ketika Edo masuk usia remaja, sikap Armand berubah pada putranya. Kasih sayang yang dulu disalurkannya pada anak-anaknya sirna begitu saja. Berganti dengan kemarahan karena anak-anaknya tidak ada yang menghargainya sebagai kepala rumah tangga, kebenciannya pada Gunawan yang tak pernah bersikap tegas padanya, bahkan seakan menunjukkan sikap tidak sayang pada anaknya dengan mendukung hubungan Armand dengan Hasyim.Hingga suatu hari Hasyim melakukan kesalahan.Dia tidak bisa mengekang dirinya untuk mengakui Armand. Pada acara open house Lebaran yang diadakan keluarga Adiwangsa, ia memanggil Ruby dengan sebutan yang tak biasa. “Hai, gadis kecil. Tidak salam pada kakekmu?”Ruby menoleh padanya dengan heran. Saat itu ia sudah remaja dan dia bukan cucu Hasyim. “Saya bukan Nina,” kata Ruby kikuk.“Tentu saja. Kamu Rubinia. Cucuku.”Percakapan mereka tidak berlanjut tatka
“Mustahil untuk membuka pintu maafmu,” bisik Attar di lehernya. “Aku insyaf, lelaki yang kini menjadi suamimu lelaki yang serakah, meraup apa yang diinginkannya, dan sekarang kamu menyadarkan aku bahwa malaikat pun tak sanggup memaafkan aku.”“Aku bukan malaikat,” jawab Ruby, masih memunggungi suaminya. “Aku hanya wanita tolol yang mencintaimu.”“Aku tetap suamimu, Nia. It’s my duty to ease your ache, and…” “Berhentilah mengesankan kamu melakukan ini karena statusmu,” bentak Ruby. Ia berbalik menatap suaminya. “Bisakah sekali saja kamu katakan padaku, kamu merawatku, menolongku, karena kamu seorang manusia yang memiliki hati nurani? Seorang suami yang mencintai istrinya?”“Kalau pun aku mengatakannya, kamu tidak akan percaya lagi padaku,” jawab Attar kaku. “Aku tidak perlu membusakan mulutku dengan janji-janji lagi. Aku akan buktika
“Mengapa kamu di sini?”“Mengapa aku di sini?” Suara Attar meninggi mendengar pertanyaan istrinya. “Well, kenapa aku harus di tempat lain di saat istriku sedang dirawat?”“Kamu terbiasa di kantor setiap akhir tahun atau bersama Nina dan yang lainnya berpesta menyambut tahun baru.”“Aku tidak begitu semangat di Hardana Land untuk saat ini. Bagaimana menurutmu jika aku pindah ke perusahaan Stephen? Hm, Stephen ini teman Fariz yang waktu itu kuceritakan. Dia yang menawarkan aku jadi CEO di Osvaldo Property.”Ruby mengernyit tanda tidak setuju. “Itu artinya kita akan tinggal di Singapura?”“Kita bisa berpisah dan aku bisa pulang setiap akhir minggu. Yah, mungkin juga tidak, karena uangku tidak akan sebanyak saat di Hardana Land dan aku tidak bisa memesan pesawat pribadiku sesukaku di sana.”“Aku tidak setuju jika kita harus berpisah. Maksudku, kita
“Mengapa tidak kamu saja yang melakukan proyek ini? Aku yakin kamu bisa menggantikan aku di sini. Kamu lebih berhak.”“Oh, Tara, bahkan aku tidak merasa ada bedanya kamu cucu Kakek atau bukan,” dengus Fariz. “You’re always my leader, cousin. Aku menyesal telah mengantarkan pesan Stephen mengenai tawaran itu. Mereka selalu welcome kapan pun kamu menerima mereka.”“Tidak ada ketegasan sekali. Mengapa tidak mencari CEO lain saja?”“Memang banyak pengusaha properti yang sukses, tapi mereka memilih untuk menjaga perusahaan mereka sendiri. Stephen berpikir dengan anggota keluarga Hardana yang banyak, melepasmu bukanlah masalah besar untuk kita. Tapi nyatanya, itu masalah juga.”“Aku percaya padamu.”“Tidak, Attar,” jawab Fariz tegas. “Aku akan sangat membencimu jika kamu meninggalkan perusahaan ini. Aku tahu passion-ku bukan di sini.