“Baby, bangun. Kita pulang, yuk,” ucap Max sambil mengelus pipi istrinya yang ketiduran di sofa kerjanya. Setelah keduanya bercinta tadi, Nayra kelelahan dan tertidur. Sampai tidak sadar waktu sudah semakin sore. Sudah waktunya mereka pulang ke rumah. Nayra menggerakkan tubuhnya sambil perlahan menyipitkan mata. “Udah mau pulang, ya? Maafin aku ketiduran, Daddy.”“Nggak apa-apa, maaf aku bangunin kamu, ya. Tapi kasihan kamu tidur di sofa. Kita pulang, yuk, supaya kamu bisa istirahat di rumah,” jawab Maxime. Senyuman Nayra mengembang, ia pun beranjak duduk. Dilingkarkan kedua tangannya pada leher Max sambil menatap kedua mata pria ganas di depannya.Seperti biasa, sesampainya di rumah. Nayra langsung bermain dengan anaknya, yaitu Natasha. Saat itu Natasha begitu bersemangat menceritakan dirinya yang pergi berjalan-jalan dengan Jessy sepulang sekolah. Nayra merasa senang melihat senyuman Natasha yang mengembang. Untunglah, Jessica cepat akrab dengan Natasha.Setelah ia menemani
Aku nggak bisa berbuat seperti itu pada Pak Maxime. Kamu jangan bawa-bawa aku!” teriak Meggie sambil berusaha melepaskan cengkeraman tangannya dari Jordan.“Sudah terlanjur, kamu nggak bisa berbuat apa-apa, Sayang. Semua foto-foto kamu ada padaku. Kalau kamu nggak mau bantu aku. Aku akan sebar semua foto kamu itu sekarang,” tekan Jordan semakin mengeratkan cengkeramannya.“Ahh, sakit! Lepaskan!” Meggie meringis, ia menangis dan tidak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh Jordan terhadapnya, tapi kalau dia tidak mau, maka namanya akan hancur.Akhirnya, dia tidak punya pilihan lain selain menerima permintaan Jordan. Meskipun itu sangat beresiko, bagaimana kalau Max tau perbuatannya?Di lain sisi dering telepon membuat lamunan Nayra pun pecah. Ya, hari ini dia mulai bekerja kembali. Baru saja ia menyelesaikan sesi pemotretan yang pertama. Rasanya, ia sudah rindu pada suami dan juga anaknya, Natasha.“Siapa sih, ganggu orang lagi ngelamun aja,” gerutu Nayra sambil menggeser layar
Mulanya, Jordan meminta bantuan pada Meggie, dia mengajak Meggie untuk bekerja sama, menghancurkan hubungan Nayra dan suaminya, Maxime. Tentu saja, itu didasari rasa dendam Jordan karena tidak bisa mendapatkan Nayra. Itu juga berhubungan dengan terror yang beberapa waktu lalu pernah ia kirimkan kepada Nayra. Jordan dendam dengan ulah Brandon yang seenaknya menendang dia dari kelompok. Hal itu yang mendasari kemarahannya dan ketidaksukaannya. Terlebih, dia masih memiliki perasaan terhadap Nayra, dan tidak rela jika Nayra malah jatuh ke pelukan pria lain. “Lakukan saja, atau kamu lebih suka namamu hancur saat fotomu disaksikan banyak orang, dan beritanya akan tampil di halaman paling depan media sosial. Apa kamu mau seperti itu, hah!” tekan Jordan yang tidak berhenti memberikan ancaman kepada Meggie. Wanita itu hanya dapat menangis dan tidak bisa lagi menolak. Ia pun mulai menelepon Max, meminta bertemu dengan mantan bosnya itu.Meggie mengatakan ingin mengucapkan terima kasih pada Ma
Malam itu juga ia bersiap dengan Natasha, keduanya akan terbang ke Italia. Sementara Maxime belum pulang. Ia masih mengurus masalah Jordan dan juga memastikan bahwa Jordan sudah mendapatkan balasan yang setimpal dan dijebloskan di penjara.“Nayra, aku akan pulang. Kamu harus dengar rekaman ini. Kamu harus percaya sama aku, Nay.” Max terus mempercepat laju mobilnya, setelah ia memastikan Jordan telah ditangkap oleh polisi. Nayra dan Natasha berangkat malam itu juga ke Bandara. Saat itu Nayra tidak berpikir panjang, ia memutuskan untuk pergi karena tidak mau melihat wajah Max untuk sementara waktu. Ia ingin mengubur kenyataan bahwa suaminya itu telah berkhianat. Meskipun rasanya itu bagaikan mimpi buruk untuknya.“Maafkan Mommy ya, Nat. Mommy nggak mungkin ninggalin Natasha, Mommy sayang banget sama Natasha, tapi Mommy belum bisa percaya dengan daddy-mu. Ini semua terlalu menyakitkan buat Mommy,” ucap Nayra sambil mengusap pipi Natasha yang tertidur di pangkuannya. Keduanya sedan
Tangisnya kembali pecah, saat ia mendengar bahwa Jordan berteriak mengatakan bahwa Nayra hanya miliknya dan tidak ada yang boleh merebutnya. Itu pasti rekaman saat Jordan diringkus oleh pihak kepolisian.Seketika tubuh Nayra lemas, ia sama sekali tidak kepikiran bahwa Jordan adalah dalang dibalik semua kekacauan ini. Juga Meggie yang berbohong, mengatakan Maxime telah menidurinya, dan itu suruhan Jordan. Astaga, ia sudah salah menuduh suaminya. Perasaannya semakin sakit, saat ia merasa bersalah, karena tidak mempercayai suaminya sendiri.Tangisnya kian terisak, saat suara itu berhenti diputar oleh Maxime.“Baby, kamu udah dengarkan? Sekarang, apa kamu masih tidak percaya aku?”Suara Max membuat hatinya makin teriris. Ia begitu bodoh, bahkan sampai berpikir meninggalkan Maxime. Sebegitu lemahnya, kah dia? Sampai ia lebih percaya jebakan dibanding suaminya sendiri.Nayra masih meringkuk tidak berani berbalik, ia merasa bersalah karena meragukan Max kali ini.“Aku … aku tidak pantas d
Pada awalnya, Nayra dan Maxime memang sepakat untuk menunda punya anak dulu. Itu adalah keinginan Nayra yang saat itu ingin fokus memberikan kasih sayang untuk Natasha, tapi setelah usia pernikahan mereka menginjak bulan ke lima. Natasha meminta diberikan adik, sehingga itu membuat Nayra dan Maxime memutuskan untuk tidak memakai pengaman.Sudah dua bulan keduanya melepas pengaman. Nayra belum mendapatkan tanda-tanda kehamilan juga. Rasanya, Nayra cemas kalau dia tidak bisa hamil bagaimana? Tapi Maxime selalu menenangkannya dengan mengatakan jangan memikirkan hal tersebut.Sesampainya di rumah Jessica. Nayra langsung disambut hangat oleh uncle-nya. Ya, saat ini Nayra harus memanggil sahabatnya itu dengan sebutan Aunty.“Uncle, maaf aku terlambat, ya. Tadi ada kejadian yang tidak diduga,” ucap Nayra. “Kejadian apa?” tanya Brandon penasaran.“Bukan apa-apa kok,” balas Maxime sambil mengusap punggung istrinya. Nayra tersenyum memahami maksud suaminya.“Iya, bukan apa-apa, kok.”Bra
Natasha kembali ke kamarnya, karena ia harus segera istirahat. Sedangkan Nayra sudah lebih dulu masuk ke kamar. Mendadak ia merasa pusing dan tidak enak badan.“Baby, kamu baik-baik aja, kan?”“Iya, ini cuma pusing. Kayaknya aku telat makan deh,” jawab Nayra.“Mau aku ambilin makanan?"“Enggak, aku nggak mau makan. Rasanya aku mau muntah,” jawab Nayra sambil menutup mulutnya.“Kok kamu malah kayak orang masuk angin, apa mau ke dokter?”Nayra menggeleng. “Enggak. Kayaknya aku mau tidur aja,” tolaknya.Max langsung duduk di sisi istrinya, sambil menyentuh kening Nayra. “Tapi kamu nggak demam, Baby.”“Iya karena aku memang nggak sakit, Kak.”“Cuma kamu pucet, sebentar aku ambilin kamu makanan. Kamu harus makan walau sedikit.”Tanpa menunggu jawaban Nayra, Maxime langsung bergegas ke dapur mengambilkan makanan untuk istrinya. Nayra menutup mulutnya, ia langsung merasa akan muntah sekarang. Sambil berlarian ke kamar mandi, Nayra masih terus menutup mulutnya. Rasanya, semua isi pe
Pagi hari di rumah Maxime. Nayra meringis merasakan pinggangnya yang mulai pegal. Usia kandungannya kini memasuki bulan ke sembilan. Selama kehamilan, Nayra tidak terlalu banyak mengalami perubahan besar selain pada perutnya yang kian membuncit.“Sayang, kamu kenapa? Pinggang kamu sakit lagi?” tanya Maxime.“Iya nih, pegel banget. Little baby udah makin besar, sementara kamu tahu kan tubuhku nggak mengalami kenaikan berat badan yang signifikan. Jadi, aku kayak kebanting sama perutku sendiri,” jawab Nayra dengan polosnya.Max tersenyum sambil mengecup kening Nayra. “Sabar yah. Sebentar lagi kan, little baby akan lahir. Kata dokter tinggal nunggu hari aja,”“Iya, aku selalu sabar kok buat little baby. Makasih, ya, karena kamu selalu mau mengerti aku, padahal selama kehamilan aku banyak maunya.”“Iya, itukan demi kamu, Baby. Apa sih yang nggak buat kamu. Sekarang aku bantu kamu bangun, kita sarapan, ya. Natasha udah nunggu, katanya kangen sama dedek bayinya,” ucap Max sambil membant