Home / Romansa / Marriage With Nobles / Tangan Ibu Yang Tak Sampai

Share

Tangan Ibu Yang Tak Sampai

Author: Min Ri
last update Last Updated: 2021-09-09 10:21:45

"Ann." Dia memegang tanganku lembut. Mata biru saphire-nya menatap penuh permohonan. Aku ingin menjawab, tapi suara halus tapi tajam dari belakangku membuat jantungku berhenti berdetak.

"Dokter akan segera datang." Entah sejak kapan Harold telah berdiri di dekat pintu sambil menatap kami berdua dengan mata hijau emerald-nya yang sarat dengan luka. Aku lansung melepaskan genggaman Sill dari tanganku.

"Harold?" Aku berseru.

"Aku akan menunggu John di luar. Jika kalian masih ingin berbicara, teruskan saja. Aku tidak akan menganggu." Dia berbalik pergi meninggalkan kami tanpa peduli aku yang telah memanggil namanya.

Harold.... 

Dia pasti sudah salah paham. Aku bergegas untuk mengejarnya, tapi ketika kakiku akan beranjak, Sill menahanku.

"Tetaplah disini!" Ia memohon, tapi aku tidak mau mendengarkan. Terpaksa aku melepas tanganku dari genggamannya secara kasar. "Ann!" Ia mencoba lagi untuk menghentikanku, tapi aku menepisnya. Aku terus berlari meninggalkannya.

"Harold!" Seruku memanggil. Aku meraih tanganya, dan untungnya ia pun berhenti. "Ini salah paham," kataku tegas. "Aku dan Sill tidak melakukan apa-apa." Dadaku seperti terbakar saat menjelaskannya. Berlari seperti tadi ternyata menguras napasku.

"Aku percaya padamu, Ann," kata Harold. "Tapi aku tidak suka dengan perbuatannya tadi. Aku tidak menyangka dia akan memintamu kembali. Seharusnya aku sudah menduga bahwa ia tidak main-main." Mata hijaunya menyipit. 

"Jangan terlalu di pikirkan," kataku. "Bagaimanapun akan pernah mau. Aku tidak akan pernah kembali bersamanya." Menyentuh wajahnya dengan jemariku, menelusuri setiap garis tegasdi wajah itu, berhenti di atas bibir merah mudanya, lalu aku mencium Harold.

"Ann, kau tidak akan meninggalkanku, kan?" Harold bertanya setelah ciuman kami. Aku memeluknya da menyadarkan wajahku di atas pundaknya. "Tentu saja tidak, Harold. Aku mencintaimu."

"Aku juga memcintaimu, Ann," balasnya.

Kami akhirnya melepas pelukan ketika bel pintu berbunyi. "Itu pasti John, aku akan membuka pintu," kata Harold. Aku mengannguk dan membiarkannya pergi ke depan.

Dokter John Smith adalah temanku dan Harold sejak ia menyelamatku dari percobaan bunuh diriku bertahun-tahun yang lalu. Tanpa pertolongannya, aku pasti sudah tak ada di sini.

"Kau terlihat begitu mencintainya," ujar Sill.

Aku segera berbalik. Mata biru memandang dingin. Sama seperti dulu. Kejam dan tanpa perasaan. Itu sungguh membuat perutku mual. Keringat dingin mulai menetes dari pelipisku, bahkan aku mulai merasakan tubuhku mulai gemetar. Sejak dulu aku selalu takut apabila jika mata biru cerah itu berubah menjadi gelap, ketika emosi terbakar dalam matanya yang biasanya tanpa ekspresi itu.

Aku berjalan mundur ketika Sill mendekat. "Ada apa? Kenapa tubuhmu gemetaran, Ann?" tanyanya. Tangan Sill mulai terulur berusaha untuk menyentuh wajahku, tapi berhenti ketika ia menatap mataku. "Kenapa kau ketakutan?" Suara Sill melembut tapi juga terdengar sedih. Tangannya ia tarik kembali dan ia pun pergi ketika mendengar suara langkah kaki mendekati kami.

"Ann, ada apa?" Untunglah Harold datang bersama John. "Tidak apa-apa, Sayang." Aku tersenyum padanya.

"Untuk saat ini keadaannya akan baik-baik saja. Tapi..., jika bisa saya sarankan, lebih baik segera di bawa ke rumah sakit untuk perawatan yang lebih baik." Dr. Smith menyatakan setelah memeriksa Karrel.

"Aku akan mengurusnya, karena sebenarnya kami juga sudah memikirkan untuk melakukan hal itu. Tapi,—" Sill menatap sedih Karrel. "Anak saya menolak, tidak mau pergi ke rumah sakit sebelum bertemu dengan Mamanya." 

Jantungku lansung berdetak dengan rasa sakit yang menusuk. Seperti sebuah bilah pedang telah menusuk ke dalam, ketika aku mendengar alasan Karrel tidak mau di obati.

Harold khawatir,  saat ia melihat tubuhku gemetaran dan wajahku berubah pucat.

"Apa kau baik -baik saja, Sayang?" Dia memeluk bahuku dan menariku ke pelukannya. 

"Anastasia?" Suara Harold menyadarkanku. Harold tidak pernah menyebutkan nama lengkapku, kecuali dia sedang sangat khawatir atau marah.

"Aku baik-baik saja." Mataku masih terfokus pada Karrel.

"Apa kau sunguh-sungguh?" Harold bertanya lagi.

"Aku sehat, tapi kepalaku hanya sedikit pusing tadi sesaat." Aku memegang kepalaku pura-pura sakit. Tapi, Harold sepertinya masih belum percaya.

"Ada apa? Jangan menatapku seperi itu, Sayang. Aku benar baik - baik saja," aku berbohong lagi.

"Jika itu yang sebenarnya, maka baiklah. Aku cemas karena tadi wajahmu sempat terlihat pucat tapi sekarang sepertinya sudah lebih baik." Harold membelai lembut kepalaku dan akhirnya tidak membahas hal itu lagi. Walau aku dapat melihat dari matanya, dia masih belum mempercayaiku sepenuhnya.

"Ini bukan salahmu, Ann." Kata Harold tiba-tiba tanpa melihat wajahku. Mata hijau musim seminya mengarah pada Karrel yang terbaring, masih belum sadar. "Karrel sakit bukan karenamu. Jadi berhenti menyalahkan dirimu sendiri dalam hatimu sekarang, Sayang."

Apa? Kenapa Harold bisa tahu apa yang ada di dalam pikiranku?

Harold tersenyum, seperti mengerti kenapa aku melihatnya terkejut sekarang. "Aku Suamimu, jadi tentu saja aku harus dapat mengerti apa yang sedang ada dalam hati dan pikiran Istriku bukan?"

Aku tersenyum malu. Bersyukur pada Tuhan telah memberikanku seorang Suami baik seperti Harold.

"Apa kalian sudah selesai? Di sini kami tengah membicarakan keadaan Karrel, tapi kalian berdua sibuk dengan dunia kalian sendiri." Sebuah suara dingin merusak kedamaian sesaatku. Mata biru musim dingin milik Sill kini sedang menatap tajam menusuk ke arahku.

Aku menundukan kepalaku penuh rasa bersalah. "Maafkan kami. Kami tidak bermaksud untuk—"

"Seperti kau peduli dengan keadaan Karrel saja sekarang," potong Sill kejam.

Hatiku lansung berdenyut sakit ketika Sill mengatakan hal itu. Tapi aku memang salah tadi. Andai saja aku tidak bersikap begitu kejam terhadap Karrel, mungkin semua ini tidak akan terjadi,— Tidak.

Ini semua bukan salahku seutuhnya. Benar apa yang dikatakan Harold, aku harusnya berhenti menyalahkan diriku sendiri. Aku akui diriku memang salah, tapi Sill juga bersalah dalam hal ini. Karrel sakit bukan karena aku, tapi Sill, pikirku egois.

"Seperti kau juga dapat menjaga Karrel dengan baik saja." Aku membalasnya dengan senyum sinis.

Mata biru melebar, lalu cahaya di dalamnya makin redup.

Apa yang sebenarnya telah ku katakan?!

Karrel sakit pasti bukan salah Sill juga, aku seharusnya tidak berkata seperti itu! Itu sama saja, aku tak ada bedanya dengan prilaku buruk Sill sebelumnya.

Aku hendak menarik ucapanku kembali, tapi Karrel tiba-tiba terbangun.

Related chapters

  • Marriage With Nobles   Retakan Jiwa Yang Terluka

    "Mama?"Aku lansung berlari ke arah Karrel. "Ya, Sayang?"Karrel menatapku dengan mata lebar terkejut. "Mama...Mama sekarang tidak marah sama Karrel lagi?"Aku bingung. Kenapa dia berpikir bahwa aku sedang marah padanya?"Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sayang?" Tanyaku khawatir.Mata birunya menatapku berkaca-kaca. "Tadi..., saat aku memanggil Mama, Mama bilang kalau Mama bukan Mamaku," katanya sambil terisak.Hatiku lansung terpukul. Astaga...apa yang telah kulakukan pada buah hatiku sendiri?"Dengar..., Sayang. Mama tidak pernah marah padamu bahkan tidak pernah sekalipun, Sayang." Aku membelai pipi tirus Karrel dengan lembut.Karrel menatapku dengan mata biru besarnya. "Benarkah, Ma?" Suaranya penuh harapan.Hatiku terenyuh. "Benar, Sayang." Aku mencium keningnya lembut.Karrel tersenyum senang

    Last Updated : 2021-09-09
  • Marriage With Nobles   Mawar Putih Di Pusara Beku

    Aku menaruh liontin itu di meja samping tempat tidur. Bagaimana bisa Karrel memiliki foto ini? Bukankah foto itu dan salinannya telah di bakar habis oleh Sill? Aku sangat yakin tidak ada satu foto pun yang tersisa.Aku masih mengingatnya ketika Sill membakar photo itu tepat di hadapanku."Aku tidak ingin Karrel tahu bahwa kau adalah Ibu kandungnya. Aku ingin kau pergi menjauh dari kehidupan Karrel untuk selamanya," kata Sill kejam saat itu.Saat itu aku hanya bisa menangis mendengar perkataan kejamnya. Ibu mana yang sanggup dan rela jika Anak kandung yang di lahirkannya dengan taruhan nyawa tidak di perbolehkan untuk mengetahui siapa Ibunya." Tapi, Sill,—""Anastasia ini adalah salah satu isi dari perjanjian kita, apa kau tidak ingat?" Sill menatap tajam ke arahku.Aku mencoba meraih lengannya tapi Sill menepis lengan

    Last Updated : 2021-09-09
  • Marriage With Nobles   Benang Merah Antara Saudara

    A–allant?" Suaraku tersendat, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya. "Ke–kenapa kau kemari, Sayang? Dimana Daddy?"Allant melangkah masuk dan masih menatap bingung kearah Karrel, dan begitu juga dengan Karrel. "All kemari karena Mommy tidak ada," rengeknya mulai meneteskan air mata. Aku lansung turun dari atas tempat tidur lalu meraup tubuh kecil Allant ke dalam pelukanku. Dengan lembut, aku menepuk-nepuk pungungnya agar ia tak menangis lagi. Beberapa saat kemudian, akhirnya Allant berhenti menangis dan akhirnya mulai tertidur lagi.Allant memang sangat manja padaku, terkadang aku harus menemaninya tidur dan kalau aku tidak ada, dia akan menangis dan mencariku kemana-mana. Aku akhirnya membaringkan Allant di sisi Karrel yang kini menatapku kebingungan. "Dia siapa, Ma?" Karrel bertanya padaku.Dan sama seperti pertanyaan Allant tadi, aku juga tidak bisa menjawab pertanyaan Karrel yang di lontarkannya padaku sekarang.Hening, awalnya a

    Last Updated : 2021-09-09
  • Marriage With Nobles   Persimpangan Musim Dingin Dan Musim Semi

    Aku mengandeng Allant dengan tangan kiriku dan Karrel dengan tangan kananku. Kami bertiga berjalan bergandengan menuju dapur sekaligus ruang makan yang bersatu di lantai bawah. Selama perjalanan aku mendengar celotehan dari Allant dan Karrel lalu setelah itu mereka akan menyanyikan lagu acak yang tidak kukenal. Aku tersenyum dan akhirnya ikut bersenandung bersama mereka.Tiba di lantai bawah, kami lansung menuju dapur. Dapur bersatu dengan ruang makan itu awalnya adalah ide Harold, begitu juga semua desain rumah ini baik di luar ataupun yang di dalam. Ruangan dapur bernuansa sedikit gelap dengan warna coklat berbahan dasar kayu dengan gaya sedikit klasik, tapi sebagian besar bergaya minimalis. Meja makan berbentuk persegi panjang berada di tengah ruangan dengan enam kursi kayu yang mengelilinginya.Sebenarnya ruangan ini di desain agar terlihat tidak terlalu mewah dan sederhana. Akan tetapi, aku masih tetap bisa merasakan kemegahan k

    Last Updated : 2021-09-09
  • Marriage With Nobles   Perceraian

    "Aku ingin kita bercerai.""Apa?" Tanganku gemetar memegang kertas gugatan cerai di tanganku. "Kupikir—""Ini adalah perjanjian kita, Anastasia." Mata biru menatapku tajam. "Kuharap kau tidak melupakannya." Bibir merah muda menyeringai masam. "Atau kau masih berharap aku akan jatuh cinta padamu? Bodoh sekali," cibirnya. Dia mengambil pena dari sakunya dan meletakan di atas tanganku. "Lebih cepat kita selesaikan, itu akan baik bagi dirimu, Anastasia.""Baik untuku atau baik untuk Asyela?" Aku mengejeknya. Membubuhkan tanda tanganku dengan cepat, aku melemparkan kertas beserta map itu padanya. "Apa kau puas sekarang?" Nafasku tersengal, tanganku mengepal menahan amarah dan kesedihan dalam hatiku. Ini tak adil... menatap mata biru dingin tanpa ekpresi itu, aku sadar tak akan pernah ada cinta hidup dalam mata musim dingin yang kucintai. "Mengapa kau harus begitu dingin?" Tanpa sadar aku menyuaraka

    Last Updated : 2021-09-09
  • Marriage With Nobles   Tujuh Tahun, Musim Berganti

    Tujuh tahun kemudian.Kota London, akhir musim gugur.Suara ketukan sendok dan piring dari si Kecil-ah yang membangunkanku pagi ini. Aku membuka mataku dan melihat ke tirai jendela yang sudah terbuka. Matahari telah bersinar tinggi di atas langit, sedang aku masih terbaring di atas tempat tidurku. Pandanganku sedikit silau karena sinar mentari pagi yang menembus jendela. Dengan susah payah, aku bangun dari tempat tidur dan melihat jam alarm yang tergeletak tak berdaya di meja samping tempat tidurku."Jam sembilan pagi?" Mataku lansung tersentak terbuka, Oh, ya ampun! Aku bahkan belum membuat sarapan untuk Harold dan Allant.Dengan tergesa-gesa aku segera berdiri dari atas tempat tidur, pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahku cepat, mengambil pasta, sikat gigi. Kurang dari lima menit aku pun telah selesai. Ketika turun ke lantai bawah, Harold telah selesai menyiapkan sarapan. Aku mendesah dan dud

    Last Updated : 2021-09-09
  • Marriage With Nobles   Masa Lalu Datang Kembali

    "Mama?" Dia bingung, mata birunya berpendar pudar ketika aku menolak mendekat ke arahnya.Memalingkan wajah, aku berpura-pura bahwa anak yang telah membuatku merasa kehilangan tidak tengah berdiri di depanku. Sudah cukup! Karrel mengingatkanku pada masa laluku yang menyakitkan. Aku menutup kedua mataku berusaha menahan laju air mata yang hendak keluar. Menarik napas dalam-dalam, aku menguatkan diri untuk menatapnya."Kau pasti salah. Aku bukan Mamamu." Rasa pahit seperti terbakar di lidahku ketika mengatakan kebohongan itu lagi. Rasanya sangat sakit ketika melihat mata biru cair itu melebar. Tangannya gemetar dan tubuh kecilnya pun sedikit goyah seperti akan jatuh ke tanah saat itu juga. Mungkin terguncang atas apa yang kuucapkan.Tak sanggup melihat pemandangan tersebut, aku segera berbalik dan berniat untuk pergi darisana. Namun, sebelum aku pergi sebuah suara dingin setajam pisau es yang selalu menghantui mimpiku setiap malam menghentikanku."Karrel ju

    Last Updated : 2021-09-09

Latest chapter

  • Marriage With Nobles   Persimpangan Musim Dingin Dan Musim Semi

    Aku mengandeng Allant dengan tangan kiriku dan Karrel dengan tangan kananku. Kami bertiga berjalan bergandengan menuju dapur sekaligus ruang makan yang bersatu di lantai bawah. Selama perjalanan aku mendengar celotehan dari Allant dan Karrel lalu setelah itu mereka akan menyanyikan lagu acak yang tidak kukenal. Aku tersenyum dan akhirnya ikut bersenandung bersama mereka.Tiba di lantai bawah, kami lansung menuju dapur. Dapur bersatu dengan ruang makan itu awalnya adalah ide Harold, begitu juga semua desain rumah ini baik di luar ataupun yang di dalam. Ruangan dapur bernuansa sedikit gelap dengan warna coklat berbahan dasar kayu dengan gaya sedikit klasik, tapi sebagian besar bergaya minimalis. Meja makan berbentuk persegi panjang berada di tengah ruangan dengan enam kursi kayu yang mengelilinginya.Sebenarnya ruangan ini di desain agar terlihat tidak terlalu mewah dan sederhana. Akan tetapi, aku masih tetap bisa merasakan kemegahan k

  • Marriage With Nobles   Benang Merah Antara Saudara

    A–allant?" Suaraku tersendat, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya. "Ke–kenapa kau kemari, Sayang? Dimana Daddy?"Allant melangkah masuk dan masih menatap bingung kearah Karrel, dan begitu juga dengan Karrel. "All kemari karena Mommy tidak ada," rengeknya mulai meneteskan air mata. Aku lansung turun dari atas tempat tidur lalu meraup tubuh kecil Allant ke dalam pelukanku. Dengan lembut, aku menepuk-nepuk pungungnya agar ia tak menangis lagi. Beberapa saat kemudian, akhirnya Allant berhenti menangis dan akhirnya mulai tertidur lagi.Allant memang sangat manja padaku, terkadang aku harus menemaninya tidur dan kalau aku tidak ada, dia akan menangis dan mencariku kemana-mana. Aku akhirnya membaringkan Allant di sisi Karrel yang kini menatapku kebingungan. "Dia siapa, Ma?" Karrel bertanya padaku.Dan sama seperti pertanyaan Allant tadi, aku juga tidak bisa menjawab pertanyaan Karrel yang di lontarkannya padaku sekarang.Hening, awalnya a

  • Marriage With Nobles   Mawar Putih Di Pusara Beku

    Aku menaruh liontin itu di meja samping tempat tidur. Bagaimana bisa Karrel memiliki foto ini? Bukankah foto itu dan salinannya telah di bakar habis oleh Sill? Aku sangat yakin tidak ada satu foto pun yang tersisa.Aku masih mengingatnya ketika Sill membakar photo itu tepat di hadapanku."Aku tidak ingin Karrel tahu bahwa kau adalah Ibu kandungnya. Aku ingin kau pergi menjauh dari kehidupan Karrel untuk selamanya," kata Sill kejam saat itu.Saat itu aku hanya bisa menangis mendengar perkataan kejamnya. Ibu mana yang sanggup dan rela jika Anak kandung yang di lahirkannya dengan taruhan nyawa tidak di perbolehkan untuk mengetahui siapa Ibunya." Tapi, Sill,—""Anastasia ini adalah salah satu isi dari perjanjian kita, apa kau tidak ingat?" Sill menatap tajam ke arahku.Aku mencoba meraih lengannya tapi Sill menepis lengan

  • Marriage With Nobles   Retakan Jiwa Yang Terluka

    "Mama?"Aku lansung berlari ke arah Karrel. "Ya, Sayang?"Karrel menatapku dengan mata lebar terkejut. "Mama...Mama sekarang tidak marah sama Karrel lagi?"Aku bingung. Kenapa dia berpikir bahwa aku sedang marah padanya?"Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sayang?" Tanyaku khawatir.Mata birunya menatapku berkaca-kaca. "Tadi..., saat aku memanggil Mama, Mama bilang kalau Mama bukan Mamaku," katanya sambil terisak.Hatiku lansung terpukul. Astaga...apa yang telah kulakukan pada buah hatiku sendiri?"Dengar..., Sayang. Mama tidak pernah marah padamu bahkan tidak pernah sekalipun, Sayang." Aku membelai pipi tirus Karrel dengan lembut.Karrel menatapku dengan mata biru besarnya. "Benarkah, Ma?" Suaranya penuh harapan.Hatiku terenyuh. "Benar, Sayang." Aku mencium keningnya lembut.Karrel tersenyum senang

  • Marriage With Nobles   Tangan Ibu Yang Tak Sampai

    "Ann." Dia memegang tanganku lembut. Mata biru saphire-nya menatap penuh permohonan. Aku ingin menjawab, tapi suara halus tapi tajam dari belakangku membuat jantungku berhenti berdetak."Dokter akan segera datang." Entah sejak kapan Harold telah berdiri di dekat pintu sambil menatap kami berdua dengan mata hijau emerald-nya yang sarat dengan luka. Aku lansung melepaskan genggaman Sill dari tanganku."Harold?" Aku berseru."Aku akan menunggu John di luar. Jika kalian masih ingin berbicara, teruskan saja. Aku tidak akan menganggu." Dia berbalik pergi meninggalkan kami tanpa peduli aku yang telah memanggil namanya.Harold....Dia pasti sudah salah paham. Aku bergegas untuk mengejarnya, tapi ketika kakiku akan beranjak, Sill menahanku."Tetaplah disini!" Ia memohon, tapi aku tidak mau mendengarkan. Terpaksa aku melepas tanganku dari genggamanny

  • Marriage With Nobles   Masa Lalu Datang Kembali

    "Mama?" Dia bingung, mata birunya berpendar pudar ketika aku menolak mendekat ke arahnya.Memalingkan wajah, aku berpura-pura bahwa anak yang telah membuatku merasa kehilangan tidak tengah berdiri di depanku. Sudah cukup! Karrel mengingatkanku pada masa laluku yang menyakitkan. Aku menutup kedua mataku berusaha menahan laju air mata yang hendak keluar. Menarik napas dalam-dalam, aku menguatkan diri untuk menatapnya."Kau pasti salah. Aku bukan Mamamu." Rasa pahit seperti terbakar di lidahku ketika mengatakan kebohongan itu lagi. Rasanya sangat sakit ketika melihat mata biru cair itu melebar. Tangannya gemetar dan tubuh kecilnya pun sedikit goyah seperti akan jatuh ke tanah saat itu juga. Mungkin terguncang atas apa yang kuucapkan.Tak sanggup melihat pemandangan tersebut, aku segera berbalik dan berniat untuk pergi darisana. Namun, sebelum aku pergi sebuah suara dingin setajam pisau es yang selalu menghantui mimpiku setiap malam menghentikanku."Karrel ju

  • Marriage With Nobles   Tujuh Tahun, Musim Berganti

    Tujuh tahun kemudian.Kota London, akhir musim gugur.Suara ketukan sendok dan piring dari si Kecil-ah yang membangunkanku pagi ini. Aku membuka mataku dan melihat ke tirai jendela yang sudah terbuka. Matahari telah bersinar tinggi di atas langit, sedang aku masih terbaring di atas tempat tidurku. Pandanganku sedikit silau karena sinar mentari pagi yang menembus jendela. Dengan susah payah, aku bangun dari tempat tidur dan melihat jam alarm yang tergeletak tak berdaya di meja samping tempat tidurku."Jam sembilan pagi?" Mataku lansung tersentak terbuka, Oh, ya ampun! Aku bahkan belum membuat sarapan untuk Harold dan Allant.Dengan tergesa-gesa aku segera berdiri dari atas tempat tidur, pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahku cepat, mengambil pasta, sikat gigi. Kurang dari lima menit aku pun telah selesai. Ketika turun ke lantai bawah, Harold telah selesai menyiapkan sarapan. Aku mendesah dan dud

  • Marriage With Nobles   Perceraian

    "Aku ingin kita bercerai.""Apa?" Tanganku gemetar memegang kertas gugatan cerai di tanganku. "Kupikir—""Ini adalah perjanjian kita, Anastasia." Mata biru menatapku tajam. "Kuharap kau tidak melupakannya." Bibir merah muda menyeringai masam. "Atau kau masih berharap aku akan jatuh cinta padamu? Bodoh sekali," cibirnya. Dia mengambil pena dari sakunya dan meletakan di atas tanganku. "Lebih cepat kita selesaikan, itu akan baik bagi dirimu, Anastasia.""Baik untuku atau baik untuk Asyela?" Aku mengejeknya. Membubuhkan tanda tanganku dengan cepat, aku melemparkan kertas beserta map itu padanya. "Apa kau puas sekarang?" Nafasku tersengal, tanganku mengepal menahan amarah dan kesedihan dalam hatiku. Ini tak adil... menatap mata biru dingin tanpa ekpresi itu, aku sadar tak akan pernah ada cinta hidup dalam mata musim dingin yang kucintai. "Mengapa kau harus begitu dingin?" Tanpa sadar aku menyuaraka

DMCA.com Protection Status