Beranda / Romansa / Marriage With Nobles / Benang Merah Antara Saudara

Share

Benang Merah Antara Saudara

Penulis: Min Ri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

A–allant?" Suaraku tersendat, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya. "Ke–kenapa kau kemari, Sayang? Dimana Daddy?"

Allant melangkah masuk dan masih menatap bingung kearah Karrel, dan begitu juga dengan Karrel. "All kemari karena Mommy tidak ada," rengeknya mulai meneteskan air mata. Aku lansung turun dari atas tempat tidur lalu meraup tubuh kecil Allant ke dalam pelukanku. Dengan lembut, aku menepuk-nepuk pungungnya agar ia tak menangis lagi. Beberapa saat kemudian, akhirnya Allant berhenti menangis dan akhirnya mulai tertidur lagi.

Allant memang sangat manja padaku, terkadang aku harus menemaninya tidur dan kalau aku tidak ada, dia akan menangis dan mencariku kemana-mana. Aku akhirnya membaringkan Allant di sisi Karrel yang kini menatapku kebingungan. "Dia siapa, Ma?" Karrel bertanya padaku.

Dan sama seperti pertanyaan Allant tadi, aku juga tidak bisa menjawab pertanyaan Karrel yang di lontarkannya padaku sekarang.

Hening, awalnya aku hanya bisa diam. Otakku terus berputar untuk menemukan jawaban yang pas untuk membohongi kedua Anak ini sementara. Bukannya aku ingin menyembunyikan fakta bahwa mereka adalah bersaudara, tapi ini bukan saat yang tepat. Lagipula permasalahanku dengan Sill masih belum selesai dan firasatku mengatakan bahwa masalahku dengan Sill akan berubah lebih rumit dan pelik kedepannya.

"Ma...," Suara lembut Karrel menyadarkanku dari dalam pikiranku sendiri. Aku lansung melihat ke arahnya lalu tersenyum. "Iya. Ada apa Sayang?"

"Anak ini siapa?" Tunjuk Karrel pada Allant yang sedang tertidur kelelahan karena menangis. "Kenapa—"

"Ini adalah teman baru Karrel. Mama ingin kamu berteman dengannya, Sayang. Apa Karrel mau?" Aku berusaha membujuknya dan akhirnya berhasil, walau Karrel masih terlihat ragu dan ingin tetap menanyakan siapa Allant sebenarnya.

"Nanti akan Mama jelaskan tapi bukan sekarang, Sayang. Karrel bisa menunggu bukan?" Ia mengangguk.

Aku lansung tersenyum senang dan mengelus rambutnya. "Terima kasih, Sayang. Mama sangat bahagia jika kalian bisa berteman baik."

Pipi Karrel memerah dan ia pun mengangguk antusias. "Jika Mama senang, Karrel juga senang!" Karrel ikut tersenyum luas dan terlihat begitu ceria. Tidak tampak raut wajah kesakitan atau pucat yang ia miliki tadi. Selain pipinya yang memerah sehat, kulitnya juga kembali menjadi putih seperti porcelain daripada pucat warna mayat.

Aku diam-diam mendesah lega dalam hatiku. Setidaknya Karrel tidak akan banyak bertanya lagi, walau hanya untuk sementara. Lagipula Karrel terlalu kecil dengan usianya yang sekarang, ia pasti tidak akan mengerti apapun. Yang aku khawatirkan sebenarnya adalah Allant. Walau sikap Allant sering manja dan masih kecil, tapi terkadang Allant bisa terlalu peka dan tahu jika aku atau Harold berbohong padanya.

Sekarang Karrel masih menatap penasaran pada Allant, tapi ia hanya mengamatinya saja kali ini.

Lima belas menit kemudian, aku sedang menceritakan sebuah cerita dongeng pada Karrel sampai Allant akhirnya terbangun."Mommy?" Karrel lansung memandang penuh tanya kearahku, ketika mendengar panggilan Allant padaku. Aku menggelengkan kepala dan menaruh satu jariku di atas bibirnya dan Karrel pun menganguk, walau masih jelas terlihat kebingungan di matanya.

Aku mendekat ke arah Allant yang mulai membuka matanya."Selamat pagi, Sayang. Apa kamu lapar?" 

Allant yang masih belum bangun sepenuhnya, mengangguk pelan. Aku mengalihkan pandanganku pada Karrel. "Bagaimana denganmu Karrel? Apa sudah lapar sekarang?" Karrel menganguk antusias. "Apa Mama akan memasak?" Tanyanya penuh harap. Aku mengangguk.

Karrel lansung berseru bahagia, cukup keras hingga membuat Allant kaget dan membangunkan Allant sepenuhnya dari tidurnya."Ugh, hentikan! Jangan berteriak pagi-pagi." Allan menggerutu hampir seperti orang tua dan itu sangat lucu dan hampir aku menjembel pipi gembulnya, jika saja aku tidak menahan tanganku. Ini bukan saatnya untuk terpesona dengan kelucuan Allant yang baru bangun tidur.

Karrel menghentikan seruannya dan memandang Allant intens. Mata besar biru musim dingin berkedip polos memandangi mata hijau musim semi yang menatap sedikit waspada tapi tetap penasaran. "Kamu siapa...?" Allant mengalihkan pandangannya kearahku. "Mommy dia—"

Karrel lansung menerjang Allant hingga membuat mereka bergulingan diatas kasur. Tubuh kecil Allant berjuang untuk melepaskan dirinya dari dalam pelukan Karrel yang memang mempunyai tubuh lebih besar darinya. Aku awalnya terkejut, aku pikir mereka akan bertengkar tapi nyatanya tidak. Karrel lansung melepaskan pelukannya dan lansung memperkenalkan dirinya dengan senyum lebar. "Aku Karrel, namamu siapa?"

"Huh?"

"Kata Mama kita harus berteman! Jadi katakan namamu, agar kita bisa berteman!" 

"Ugh...."

Karrel terus memberondong Allant dengan pertanyaan siapa namamu dan itu sepertinya membuat Allant cukup kesal. Itu terlihat dari bibirnya yang mengerucut dan siap untuk berteriak agar Karrel berhenti, tapi sebelum itu aku lansung membawa Allant dalam gendonganku. "Sebentar Karrel! Mama ingin bicara dulu dengan All. Kamu bisa menunggu kan, Sayang?"

"Umm..., baik." Karrel lansung mengangguk patuh dengan bibir cemberut. Akupun lansung bergegas membawa Allant keluar dari ruangan dan menutup pintu agar Karrel tidak mendengar apa yang akan kukatakan nantinya.

Setelah di anggap aman, aku lansung berbicara pada Allant."All, Mommy—" aku segera ingin tertawa saat itu juga, melihat wajah Allant yang sudah tertekuk karena kesal dengan bibir yang tertekan kebawah dan pipinya yang menggembung seperti ikan Buntel, tapi aku segera menahan tawaku lagi dan berusaha untuk menjelaskan siapa Karrel, walaupun aku terpaksa harus berbohong lagi pada Allant juga.

Aku berusaha memikirkan sebuah alasan hingga akhirnya aku menemukan alasan yang kuanggap cukup untuk menyembunyikan kenyataan pada Allant, walau hanya untuk sebentar. 

"Mommy adalah Godmothernya Karrel, Ibu kandung Karrel telah meninggal." Aku lansung meminta maaf pada Karrel di dalam hatiku. "Jadi, tidak aneh jika Karrel menganggap Mommy adalah Mamanya. Lagipula Karrel sedang sakit, jadi apakah All mau menjadi teman Kak Karrel? Dia hanya lebih tua dua tahun darimu, sayang. Mommy yakin kalian bisa menjadi teman baik." 

Allant terlihat berpikir, tapi ia akhirnya mengangguk. "All mengerti, Mom. Kak Karrel pasti sedih kehilangan Mamanya, karena itu All akan berteman dengan Kak Karrel."

"Iya." Aku tersenyum lalu membelai lembut kepalanya. Dalam hatiku, aku sangat menyesal membohongi mereka. Tapi, ini juga untuk kebaikan mereka sekarang dan lagipula seharusnya aku juga sudah mati dalam kehidupan Karrel, jika saja Sill tidak mempertemukan kami kemarin. Aku mendesah dalam hati.

Dan sampai sekarang pun aku masih tidak mengerti, kenapa Sill ingin aku kembali hidup dalam kehidupan mereka? Ketika sebelumnya dulu Sill ingin mematikan semua keberadaanku dari hidupnya.

Sekali lagi, aku tidak mempunyai jawaban dari semua pertanyaan itu dan hanya Sill lah yang bisa menjawab semuanya.

Setelah aku menganggap Allant sudah mengerti, aku membawanya kembali ke dalam kamar. Karrel masih di atas tempat tidur tapi kini ia lebih memilih untuk duduk di sisinya dengan kakinya di goyangkan dan sepertinya bosan. Ketika dia melihat kami masuk, Karrel lansung tersenyum lebar dan ingin turun dari atas tempat tidur tapi aku mencegahnya. "Jangan turun, Sayang! Biar kami yang kesana, tubuhmu masih terlalu lemah!" Karrel menurut dan ia kini tetap diam di tempat, walaupun ia terlihat sedikit kesal.

Aku menurunkan Allant dari gendonganku dan Karrel tersenyum melihat Allant dengan sedikit memiringkan kepalanya. Allant juga merespon dengan mendekat kearah Karrel walau awalnya dengan langkah ragu-ragu. "Kak Karrel?"

"Umm...." Karrel masih menunggu.

Kini Allant ada di depan Karrel, ia mengulurkan tangannya."Namaku Allant, tapi Kak Karrel bisa panggil All saja."

"All..." Karrel menatapku. "All, apakah kamu mau jadi teman Karrel?" Allant mengangguk. Karrel lansung tersenyum senang dan mengenggam tangan Karrel. "Kalau begitu mulai sekarang All mulai sekarang adalah teman Karrel." 

"Iya!" Allant juga terlihat antusias.

"Sekarang siapa yang sudah lapar?" Aku tersenyum pada mereka berdua.

"All!"

"Karrel juga!"

Kedua anak itu mengangkat tangannya keatas bersamaan.

Bab terkait

  • Marriage With Nobles   Persimpangan Musim Dingin Dan Musim Semi

    Aku mengandeng Allant dengan tangan kiriku dan Karrel dengan tangan kananku. Kami bertiga berjalan bergandengan menuju dapur sekaligus ruang makan yang bersatu di lantai bawah. Selama perjalanan aku mendengar celotehan dari Allant dan Karrel lalu setelah itu mereka akan menyanyikan lagu acak yang tidak kukenal. Aku tersenyum dan akhirnya ikut bersenandung bersama mereka.Tiba di lantai bawah, kami lansung menuju dapur. Dapur bersatu dengan ruang makan itu awalnya adalah ide Harold, begitu juga semua desain rumah ini baik di luar ataupun yang di dalam. Ruangan dapur bernuansa sedikit gelap dengan warna coklat berbahan dasar kayu dengan gaya sedikit klasik, tapi sebagian besar bergaya minimalis. Meja makan berbentuk persegi panjang berada di tengah ruangan dengan enam kursi kayu yang mengelilinginya.Sebenarnya ruangan ini di desain agar terlihat tidak terlalu mewah dan sederhana. Akan tetapi, aku masih tetap bisa merasakan kemegahan k

  • Marriage With Nobles   Perceraian

    "Aku ingin kita bercerai.""Apa?" Tanganku gemetar memegang kertas gugatan cerai di tanganku. "Kupikir—""Ini adalah perjanjian kita, Anastasia." Mata biru menatapku tajam. "Kuharap kau tidak melupakannya." Bibir merah muda menyeringai masam. "Atau kau masih berharap aku akan jatuh cinta padamu? Bodoh sekali," cibirnya. Dia mengambil pena dari sakunya dan meletakan di atas tanganku. "Lebih cepat kita selesaikan, itu akan baik bagi dirimu, Anastasia.""Baik untuku atau baik untuk Asyela?" Aku mengejeknya. Membubuhkan tanda tanganku dengan cepat, aku melemparkan kertas beserta map itu padanya. "Apa kau puas sekarang?" Nafasku tersengal, tanganku mengepal menahan amarah dan kesedihan dalam hatiku. Ini tak adil... menatap mata biru dingin tanpa ekpresi itu, aku sadar tak akan pernah ada cinta hidup dalam mata musim dingin yang kucintai. "Mengapa kau harus begitu dingin?" Tanpa sadar aku menyuaraka

  • Marriage With Nobles   Tujuh Tahun, Musim Berganti

    Tujuh tahun kemudian.Kota London, akhir musim gugur.Suara ketukan sendok dan piring dari si Kecil-ah yang membangunkanku pagi ini. Aku membuka mataku dan melihat ke tirai jendela yang sudah terbuka. Matahari telah bersinar tinggi di atas langit, sedang aku masih terbaring di atas tempat tidurku. Pandanganku sedikit silau karena sinar mentari pagi yang menembus jendela. Dengan susah payah, aku bangun dari tempat tidur dan melihat jam alarm yang tergeletak tak berdaya di meja samping tempat tidurku."Jam sembilan pagi?" Mataku lansung tersentak terbuka, Oh, ya ampun! Aku bahkan belum membuat sarapan untuk Harold dan Allant.Dengan tergesa-gesa aku segera berdiri dari atas tempat tidur, pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahku cepat, mengambil pasta, sikat gigi. Kurang dari lima menit aku pun telah selesai. Ketika turun ke lantai bawah, Harold telah selesai menyiapkan sarapan. Aku mendesah dan dud

  • Marriage With Nobles   Masa Lalu Datang Kembali

    "Mama?" Dia bingung, mata birunya berpendar pudar ketika aku menolak mendekat ke arahnya.Memalingkan wajah, aku berpura-pura bahwa anak yang telah membuatku merasa kehilangan tidak tengah berdiri di depanku. Sudah cukup! Karrel mengingatkanku pada masa laluku yang menyakitkan. Aku menutup kedua mataku berusaha menahan laju air mata yang hendak keluar. Menarik napas dalam-dalam, aku menguatkan diri untuk menatapnya."Kau pasti salah. Aku bukan Mamamu." Rasa pahit seperti terbakar di lidahku ketika mengatakan kebohongan itu lagi. Rasanya sangat sakit ketika melihat mata biru cair itu melebar. Tangannya gemetar dan tubuh kecilnya pun sedikit goyah seperti akan jatuh ke tanah saat itu juga. Mungkin terguncang atas apa yang kuucapkan.Tak sanggup melihat pemandangan tersebut, aku segera berbalik dan berniat untuk pergi darisana. Namun, sebelum aku pergi sebuah suara dingin setajam pisau es yang selalu menghantui mimpiku setiap malam menghentikanku."Karrel ju

  • Marriage With Nobles   Tangan Ibu Yang Tak Sampai

    "Ann." Dia memegang tanganku lembut. Mata biru saphire-nya menatap penuh permohonan. Aku ingin menjawab, tapi suara halus tapi tajam dari belakangku membuat jantungku berhenti berdetak."Dokter akan segera datang." Entah sejak kapan Harold telah berdiri di dekat pintu sambil menatap kami berdua dengan mata hijau emerald-nya yang sarat dengan luka. Aku lansung melepaskan genggaman Sill dari tanganku."Harold?" Aku berseru."Aku akan menunggu John di luar. Jika kalian masih ingin berbicara, teruskan saja. Aku tidak akan menganggu." Dia berbalik pergi meninggalkan kami tanpa peduli aku yang telah memanggil namanya.Harold....Dia pasti sudah salah paham. Aku bergegas untuk mengejarnya, tapi ketika kakiku akan beranjak, Sill menahanku."Tetaplah disini!" Ia memohon, tapi aku tidak mau mendengarkan. Terpaksa aku melepas tanganku dari genggamanny

  • Marriage With Nobles   Retakan Jiwa Yang Terluka

    "Mama?"Aku lansung berlari ke arah Karrel. "Ya, Sayang?"Karrel menatapku dengan mata lebar terkejut. "Mama...Mama sekarang tidak marah sama Karrel lagi?"Aku bingung. Kenapa dia berpikir bahwa aku sedang marah padanya?"Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sayang?" Tanyaku khawatir.Mata birunya menatapku berkaca-kaca. "Tadi..., saat aku memanggil Mama, Mama bilang kalau Mama bukan Mamaku," katanya sambil terisak.Hatiku lansung terpukul. Astaga...apa yang telah kulakukan pada buah hatiku sendiri?"Dengar..., Sayang. Mama tidak pernah marah padamu bahkan tidak pernah sekalipun, Sayang." Aku membelai pipi tirus Karrel dengan lembut.Karrel menatapku dengan mata biru besarnya. "Benarkah, Ma?" Suaranya penuh harapan.Hatiku terenyuh. "Benar, Sayang." Aku mencium keningnya lembut.Karrel tersenyum senang

  • Marriage With Nobles   Mawar Putih Di Pusara Beku

    Aku menaruh liontin itu di meja samping tempat tidur. Bagaimana bisa Karrel memiliki foto ini? Bukankah foto itu dan salinannya telah di bakar habis oleh Sill? Aku sangat yakin tidak ada satu foto pun yang tersisa.Aku masih mengingatnya ketika Sill membakar photo itu tepat di hadapanku."Aku tidak ingin Karrel tahu bahwa kau adalah Ibu kandungnya. Aku ingin kau pergi menjauh dari kehidupan Karrel untuk selamanya," kata Sill kejam saat itu.Saat itu aku hanya bisa menangis mendengar perkataan kejamnya. Ibu mana yang sanggup dan rela jika Anak kandung yang di lahirkannya dengan taruhan nyawa tidak di perbolehkan untuk mengetahui siapa Ibunya." Tapi, Sill,—""Anastasia ini adalah salah satu isi dari perjanjian kita, apa kau tidak ingat?" Sill menatap tajam ke arahku.Aku mencoba meraih lengannya tapi Sill menepis lengan

Bab terbaru

  • Marriage With Nobles   Persimpangan Musim Dingin Dan Musim Semi

    Aku mengandeng Allant dengan tangan kiriku dan Karrel dengan tangan kananku. Kami bertiga berjalan bergandengan menuju dapur sekaligus ruang makan yang bersatu di lantai bawah. Selama perjalanan aku mendengar celotehan dari Allant dan Karrel lalu setelah itu mereka akan menyanyikan lagu acak yang tidak kukenal. Aku tersenyum dan akhirnya ikut bersenandung bersama mereka.Tiba di lantai bawah, kami lansung menuju dapur. Dapur bersatu dengan ruang makan itu awalnya adalah ide Harold, begitu juga semua desain rumah ini baik di luar ataupun yang di dalam. Ruangan dapur bernuansa sedikit gelap dengan warna coklat berbahan dasar kayu dengan gaya sedikit klasik, tapi sebagian besar bergaya minimalis. Meja makan berbentuk persegi panjang berada di tengah ruangan dengan enam kursi kayu yang mengelilinginya.Sebenarnya ruangan ini di desain agar terlihat tidak terlalu mewah dan sederhana. Akan tetapi, aku masih tetap bisa merasakan kemegahan k

  • Marriage With Nobles   Benang Merah Antara Saudara

    A–allant?" Suaraku tersendat, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya. "Ke–kenapa kau kemari, Sayang? Dimana Daddy?"Allant melangkah masuk dan masih menatap bingung kearah Karrel, dan begitu juga dengan Karrel. "All kemari karena Mommy tidak ada," rengeknya mulai meneteskan air mata. Aku lansung turun dari atas tempat tidur lalu meraup tubuh kecil Allant ke dalam pelukanku. Dengan lembut, aku menepuk-nepuk pungungnya agar ia tak menangis lagi. Beberapa saat kemudian, akhirnya Allant berhenti menangis dan akhirnya mulai tertidur lagi.Allant memang sangat manja padaku, terkadang aku harus menemaninya tidur dan kalau aku tidak ada, dia akan menangis dan mencariku kemana-mana. Aku akhirnya membaringkan Allant di sisi Karrel yang kini menatapku kebingungan. "Dia siapa, Ma?" Karrel bertanya padaku.Dan sama seperti pertanyaan Allant tadi, aku juga tidak bisa menjawab pertanyaan Karrel yang di lontarkannya padaku sekarang.Hening, awalnya a

  • Marriage With Nobles   Mawar Putih Di Pusara Beku

    Aku menaruh liontin itu di meja samping tempat tidur. Bagaimana bisa Karrel memiliki foto ini? Bukankah foto itu dan salinannya telah di bakar habis oleh Sill? Aku sangat yakin tidak ada satu foto pun yang tersisa.Aku masih mengingatnya ketika Sill membakar photo itu tepat di hadapanku."Aku tidak ingin Karrel tahu bahwa kau adalah Ibu kandungnya. Aku ingin kau pergi menjauh dari kehidupan Karrel untuk selamanya," kata Sill kejam saat itu.Saat itu aku hanya bisa menangis mendengar perkataan kejamnya. Ibu mana yang sanggup dan rela jika Anak kandung yang di lahirkannya dengan taruhan nyawa tidak di perbolehkan untuk mengetahui siapa Ibunya." Tapi, Sill,—""Anastasia ini adalah salah satu isi dari perjanjian kita, apa kau tidak ingat?" Sill menatap tajam ke arahku.Aku mencoba meraih lengannya tapi Sill menepis lengan

  • Marriage With Nobles   Retakan Jiwa Yang Terluka

    "Mama?"Aku lansung berlari ke arah Karrel. "Ya, Sayang?"Karrel menatapku dengan mata lebar terkejut. "Mama...Mama sekarang tidak marah sama Karrel lagi?"Aku bingung. Kenapa dia berpikir bahwa aku sedang marah padanya?"Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sayang?" Tanyaku khawatir.Mata birunya menatapku berkaca-kaca. "Tadi..., saat aku memanggil Mama, Mama bilang kalau Mama bukan Mamaku," katanya sambil terisak.Hatiku lansung terpukul. Astaga...apa yang telah kulakukan pada buah hatiku sendiri?"Dengar..., Sayang. Mama tidak pernah marah padamu bahkan tidak pernah sekalipun, Sayang." Aku membelai pipi tirus Karrel dengan lembut.Karrel menatapku dengan mata biru besarnya. "Benarkah, Ma?" Suaranya penuh harapan.Hatiku terenyuh. "Benar, Sayang." Aku mencium keningnya lembut.Karrel tersenyum senang

  • Marriage With Nobles   Tangan Ibu Yang Tak Sampai

    "Ann." Dia memegang tanganku lembut. Mata biru saphire-nya menatap penuh permohonan. Aku ingin menjawab, tapi suara halus tapi tajam dari belakangku membuat jantungku berhenti berdetak."Dokter akan segera datang." Entah sejak kapan Harold telah berdiri di dekat pintu sambil menatap kami berdua dengan mata hijau emerald-nya yang sarat dengan luka. Aku lansung melepaskan genggaman Sill dari tanganku."Harold?" Aku berseru."Aku akan menunggu John di luar. Jika kalian masih ingin berbicara, teruskan saja. Aku tidak akan menganggu." Dia berbalik pergi meninggalkan kami tanpa peduli aku yang telah memanggil namanya.Harold....Dia pasti sudah salah paham. Aku bergegas untuk mengejarnya, tapi ketika kakiku akan beranjak, Sill menahanku."Tetaplah disini!" Ia memohon, tapi aku tidak mau mendengarkan. Terpaksa aku melepas tanganku dari genggamanny

  • Marriage With Nobles   Masa Lalu Datang Kembali

    "Mama?" Dia bingung, mata birunya berpendar pudar ketika aku menolak mendekat ke arahnya.Memalingkan wajah, aku berpura-pura bahwa anak yang telah membuatku merasa kehilangan tidak tengah berdiri di depanku. Sudah cukup! Karrel mengingatkanku pada masa laluku yang menyakitkan. Aku menutup kedua mataku berusaha menahan laju air mata yang hendak keluar. Menarik napas dalam-dalam, aku menguatkan diri untuk menatapnya."Kau pasti salah. Aku bukan Mamamu." Rasa pahit seperti terbakar di lidahku ketika mengatakan kebohongan itu lagi. Rasanya sangat sakit ketika melihat mata biru cair itu melebar. Tangannya gemetar dan tubuh kecilnya pun sedikit goyah seperti akan jatuh ke tanah saat itu juga. Mungkin terguncang atas apa yang kuucapkan.Tak sanggup melihat pemandangan tersebut, aku segera berbalik dan berniat untuk pergi darisana. Namun, sebelum aku pergi sebuah suara dingin setajam pisau es yang selalu menghantui mimpiku setiap malam menghentikanku."Karrel ju

  • Marriage With Nobles   Tujuh Tahun, Musim Berganti

    Tujuh tahun kemudian.Kota London, akhir musim gugur.Suara ketukan sendok dan piring dari si Kecil-ah yang membangunkanku pagi ini. Aku membuka mataku dan melihat ke tirai jendela yang sudah terbuka. Matahari telah bersinar tinggi di atas langit, sedang aku masih terbaring di atas tempat tidurku. Pandanganku sedikit silau karena sinar mentari pagi yang menembus jendela. Dengan susah payah, aku bangun dari tempat tidur dan melihat jam alarm yang tergeletak tak berdaya di meja samping tempat tidurku."Jam sembilan pagi?" Mataku lansung tersentak terbuka, Oh, ya ampun! Aku bahkan belum membuat sarapan untuk Harold dan Allant.Dengan tergesa-gesa aku segera berdiri dari atas tempat tidur, pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahku cepat, mengambil pasta, sikat gigi. Kurang dari lima menit aku pun telah selesai. Ketika turun ke lantai bawah, Harold telah selesai menyiapkan sarapan. Aku mendesah dan dud

  • Marriage With Nobles   Perceraian

    "Aku ingin kita bercerai.""Apa?" Tanganku gemetar memegang kertas gugatan cerai di tanganku. "Kupikir—""Ini adalah perjanjian kita, Anastasia." Mata biru menatapku tajam. "Kuharap kau tidak melupakannya." Bibir merah muda menyeringai masam. "Atau kau masih berharap aku akan jatuh cinta padamu? Bodoh sekali," cibirnya. Dia mengambil pena dari sakunya dan meletakan di atas tanganku. "Lebih cepat kita selesaikan, itu akan baik bagi dirimu, Anastasia.""Baik untuku atau baik untuk Asyela?" Aku mengejeknya. Membubuhkan tanda tanganku dengan cepat, aku melemparkan kertas beserta map itu padanya. "Apa kau puas sekarang?" Nafasku tersengal, tanganku mengepal menahan amarah dan kesedihan dalam hatiku. Ini tak adil... menatap mata biru dingin tanpa ekpresi itu, aku sadar tak akan pernah ada cinta hidup dalam mata musim dingin yang kucintai. "Mengapa kau harus begitu dingin?" Tanpa sadar aku menyuaraka

DMCA.com Protection Status