Home / Rumah Tangga / Mari Berpisah, Aku Menyerah / 156. Saling Melepas Rindu

Share

156. Saling Melepas Rindu

Author: Putri Cahaya
last update Last Updated: 2024-11-24 23:51:44
“Onty El, Dek Oya ma Mama mana?”

Azhar bertanya kepada Zelda sambil celingukan ke arah luar pelataran rumah. Ia duduk di kursi teras dengan kaki yang digerak-gerakkan khas balita.

Zelda yang duduk di kursi satunya samping Azhar menghela napas dan mengulas senyum. Ini sudah ke sekian kali Azhar menanyakan itu. “Masih dalam perjalanan, Sayang.”

“Tok yama banet (Kok lama banget)?” Azhar mengerucutkan bibirnya hingga kedua pipinya menggembung yang malah terlihat sangat menggemaskan.

“Perjalanannya jauh, jadi lama,” jawab Zelda dengan sabarnya. Maklum, anak kecil sukanya banyak tanya walau sudah dijawab berkali-kali.

“Kakak Azhar,” panggil Amina yang baru saja keluar rumah. Ia berjalan mendekati Azhar dan berlutut di dekat kaki bocah itu.

“Bi Mah udah membuat cemilan kesukaan Kakak. Kita makan sama-sama, yuk, sambil menunggu Dek Zora,” ajaknya sembari mengelus kepala Azhar.

Azhar menggeleng. “Njang mau nundu Dek Oya duyu. Anti matan macama (Azhar mau nunggu Dek Zora dulu. Nanti makan sam
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   157. Keputusan Lora

    Azhar mengalihkan pandangannya ke arah sang ibu lalu memeluk Lora erat. “Njang tanen Mama (Azhar kangen Mama).”Lora membalas pelukan Azhar tak kalah eratnya sekaligus gemas. “Mama juga kangen banget banget sama Azhar.”Wanita itu menciumi wajah putra kecilnya yang empat hari ini tidak ditemuinya. Setelah merasa puas, ia bangkit berdiri lantas mengernyit heran melihat ada mobil asing yang terparkir di pelataran rumah ini. “Itu mobil siapa? Ada tamu, ya?” tanyanya pada Zelda. Zelda mengangguk sebagai jawaban. “Kamu tau nggak siapa tamunya?”Lora menggeleng karena memang tidak tahu. Mobil itu juga tampak asing di matanya. “Memangnya siapa?”Tak lama setelah itu, Pak Raynald muncul dari dalam rumah. “Surprise!”“Om Raynald!” Lora berseru bahagia dengan mata berbinar-binar. Ia sama sekali tidak menyangka Pak Raynald akan mendatangi rumahnya lagi setelah sekian lama. Terakhir bertemu sepertinya satu bulan yang lalu.Pak Raynald berjalan menghampiri. “Hai, Lora,” sapanya. Lora mencium pu

    Last Updated : 2024-11-24
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   158. Berita Update

    “Papa tumben pulang jam segini?” Bu Anita menyambut suaminya pulang dari kantor. Ia meraih tas kerja dari tangan Pak Daniel usai mencium tangan sang suami.“Tidak terlalu banyak pekerjaan di kantor, jadi bisa pulang cepat,” jawab Pak Daniel datar.“Dhafin mana? Nggak pulang bareng Papa?” tanya Bu Anita sambil melongok keluar rumah. Pasalnya, tadi pagi suami dan anaknya berangkat di mobil yang sama karena mobil Dhafin sedang diservis di bengkel. Namun, sekarang Pak Daniel malah datang sendirian.“Dari jam tiga tadi udah nggak ada di kantor. Entah kemana anak itu.” Pak Daniel melangkah memasuki ruang tamu lantas mendudukkan tubuhnya yang terasa sangat lelah di atas sofa.“Yaudah, biarin aja. Mungkin sedang ada urusan lain. Atau mungkin sedang kencan bersama Freya.” Bu Anita ikut duduk di samping suaminya setelah meletakkan tas kerja di meja. Wanita setengah baya itu mengubah posisi duduknya menjadi serong ke arah Pak Daniel. “Eh, Pa, udah tau berita ter-update belum?”“Berita yang ba

    Last Updated : 2024-11-25
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   159. Penolakan Kedua

    Lora mengeraskan rahangnya dengan tatapan berkilat tajam. “Tuan Dhafin yang terhormat, Anda tidak berhak menghakimi karena Anda tidak tahu apapun!"Ia menudingkan jari telunjuknya ke arah Dhafin. “Kau orang baru di sini. Kau tak tau apapun tentang kehidupanku dan semua yang kualami.”“Jadi, jangan seenaknya menjudge diriku yang bukan-bukan. Aku bekerja demi menghidupi anak-anakku. Ngerti?!” tekannya.Dhafin menghembuskan napas kasar lalu menggenggam jari telunjuk Lora. “Seharusnya kau tak perlu bekerja. Apa nafkah yang kuberikan masih kurang?”Lora menarik tangannya kasar dan tertawa keras. Lucu sekali manusia satu ini. “Nafkah itu untuk si kembar, bukan untukku. Kau tak memiliki kewajiban lagi untuk menafkahiku.”“Kau pikir aku nggak butuh uang untuk kehidupan sehari-hari, untuk bertahan hidup, hah? Kalau nggak bekerja, aku makan apa?”“Dan satu lagi, selama ini aku nggak pernah menggunakan uangmu sepeserpun,” balasnya tidak mau kalah.“Kenapa?”“Kalau untuk menghidupi anak-anakku, a

    Last Updated : 2024-11-26
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   160. Meluluhkan Si Kembar

    Lora menghela napas lalu beralih menatap putrinya. “Kenapa tadi Zora bilang Papa jahat? Coba cerita sama Mama,” ujarnya lembut.“Om mayah-mayah,” jawab Zora dengan bibir mengerucut dan alis yang menyatu menunjukan ketidaksukaannya.Lora mengerutkan keningnya berusaha memahami alasan yang dibuat Zora. Sedetik kemudian ia akhirnya mengerti pasti karena kejadian di rumah sakit yang membuat Zora takut. Ternyata ingatan putrinya cukup tajam. “Zora bilang Papa jahat karena Papa marah-marah waktu Zora di rumah sakit?” tanyanya untuk memvalidasi alasan yang Zora lontarkan.Gadis kecil itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Lora tersenyum maklum. “Dek Zora sayang, Papa bukan orang jahat, Nak. Waktu itu Papa nggak marah, tapi cuma menegur.”“Benarkan, Papa?” tanyanya dengan menoleh ke arah Dhafin untuk meminta persetujuan. Dhafin mengangguk membenarkan. “Iya, Papa nggak marah. Papa hanya menegur.”Lora kembali memandang anak-anaknya. “Papa itu orangnya baik kok. Papa nggak jahat. Jadi, Zora s

    Last Updated : 2024-11-27
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   161. Bersama Papa Dhafin

    Hari demi hari telah terlewati. Dhafin menepati ucapannya sendiri, yakni datang ke kediaman Lora setiap hari sepulang dari kantor. Tak peduli dengan jarak tempuh yang cukup jauh, ia bahkan rela harus bolak-balik demi bisa menemui anak-anaknya. Lora juga pada akhirnya memenuhi permintaan ayah kandungnya si kembar yang melarang Grissham datang ke rumah.Beruntung Grissham sendiri mengerti dengan posisi Dhafin yang ingin dekat dengan si kembar tanpa ada peranan orang lain selain ibu dan pengasuhnya.Setiap hari, Dhafin selalu mengajak si kembar bermain sambil belajar seperti arahan baby sitter. Bukan hanya di rumah saja, ia juga kadang kala mengajak mereka jalan-jalan di luar yang tentu saja atas seizin Lora.Pria itu ingin mempunyai momen indah bersama kedua anak kembarnya untuk menggantikan waktunya yang telah hilang selama ini.Tanpa terasa hampir satu bulan lamanya Dhafin melakukan pendekatan dengan si kembar. Usaha yang dilakukannya tidak mengkhianati hasil.Si kembar lama-kelamaa

    Last Updated : 2024-11-28
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   162. Semakin Sibuk

    Berbeda dengan Dhafin yang sudah berhasil meluluhkan si kembar, Lora disibukkan dengan persiapan fashion show yang tinggal menghitung hari. Ditambah lagi ia harus mengurus restoran. Meski sudah ada kepala restoran di masing-masing cabang yang senantiasa membantunya, tetapi ia tidak bisa lepas tanggung jawab begitu saja.Ini sudah menjadi konsekuensi ketika dirinya memilih menerima kembali tawaran Zelda menjadi model produk baju muslimah di butik LaCia apalagi sekarang ini dirinya sudah memutuskan untuk publish wajah.Lora pergi ke restoran di waktu pagi untuk memantau kemudian siangnya ke butik Zelda bersama Mira yang selalu setia mendampingi. Semakin hari ia semakin sibuk bahkan tak jarang dirinya pulang telat.Masalah anak-anaknya, Lora tidak terlalu khawatir karena sudah ada Dhafin yang ikut membantu menjaga mereka. Ia mempercayakan si kembar kepada Dhafin sekaligus memberikan waktu kepada mereka untuk saling dekat satu sama lain. Dirinya juga sengaja tidak ikut saat mereka ada a

    Last Updated : 2024-11-29
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   163. Rencana Jahat

    Acara gladi bersih dimulai pukul sepuluh pagi. Lora pergi ke restoran ketiga lebih dulu karena ada beberapa hal yang perlu diurus sekalian mengecek laporan keuangan. Ia bekerja dengan sangat fokus sampai-sampai hampir terlupa kalau dirinya harus pergi ke gedung tempat fashion show diadakan. Untung saja, ada Mira yang mengingatkannya.“Kamu langsung pergi ke lokasi aja, Mbak, biar aku yang handle pekerjaan di sini. Lagian tinggal sedikit kok,” ucap Mira.Lora memasukkan ponsel dan beberapa barangnya ke dalam tas selempang. “Nggak papa kutinggal?” tanyanya merasa tidak enak.Mira menggeleng seraya tersenyum menenangkan. “Nggak papa, nanti aku akan menyusul. Bisalah pakai ojol atau taksi online ke sananya.”Lora mencangklongkan tasnya di pundak kanan dengan buru-buru. “Yaudah aku pergi dulu, ya, Mbak.”“Hati-hati, Mbak Lora. Jangan ngebut!” balas Mira setengah berteriak karena Lora sudah berjalan menjauh.Tiba di lokasi, Lora langsung menuju ke bagian belakang panggung tepatnya di ruang

    Last Updated : 2024-11-29
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   164. Kembali Terlambat

    Hari H Fashion Show telah tiba. Semua peserta model yang ikut serta dalam fashion week kali ini telah berkumpul di belakang panggung atau lebih tepatnya di ruang khusus model. Mereka semua sudah terlihat sangat cantik dengan make-up dan mengenakan gaun yang hendak diperagakan nanti. Kini, mereka sedang berkumpul bersama dengan desainer masing-masing untuk melakukan pengarahan sekaligus membantu memperbaiki beberapa detail baju yang dikenakan oleh para modelnya.Freya tersenyum dalam hati saat dirinya tidak menemukan keberadaan Lora di sini. Pasti sekarang wanita itu sedang meratapi nasibnya yang tidak bisa hadir karena seluruh tubuhnya penuh ruam dan bentol-bentol kemerahan.Penyakit itu baru bisa disembuhkan tiga sampai empat hari ke depan dan tentu saja meninggalkan akan bekas yang cukup lama penyembuhannya. Jika benar-benar ingin sembuh total paling tidak satu bulan lamanya.“Di mana Lora?” tanya Zelda sambil menatap para model busananya. Sejak tadi ia belum menemukan batang hid

    Last Updated : 2024-11-30

Latest chapter

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   240. Ini Abang

    Dhafin tertawa pelan membuat Zelda dan beberapa orang diantara mereka melongo sejenak. Pasalnya pria yang jarang sekali tersenyum itu kini tertawa. Dan itu karena Lora! “Nggak, Lora, kamu salah paham. Mana mungkin aku nggak peduli sama putraku sendiri?”“Aku menyusun semua rencana ini tanpa melibatkan siapapun termasuk orang tuaku. Aku bertindak sendirian dengan dibantu oleh orang suruhanku.”“Sebelum kamu menyerahkan bukti itu, aku udah menemukan bukti dalam bentuk CCTV yang sangat akurat. Makanya waktu itu aku bilang percaya dengan bukti yang kamu berikan,” lontarnya. Ia menjeda sejenak untuk mengambil napas. “Bagaimana? Apa masih ada hal yang mengganjal di hatimu? Bilang aja, jangan dipendam. Aku siap menjelaskan semuanya.”Lora menggeleng pelan, semua penjelasan Dhafin sudah sangat jelas. “Semua udah clear.”Dhafin tersenyum sebagai balasan lalu mengalihkan pandangannya pada orang tua Lora. Ia pun maju untuk mencium tangan mereka dengan sopan. "Om, Tante… saya sama sekali tidak

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   239. Telah Berakhir

    “The last plan, now!”Tak berselang lama, suasana berubah menjadi gaduh. Ada sejumlah orang berpakaian hitam yang masuk di ballroom hotel ini dan langsung menuju panggung utama. Beberapa tamu undangan pun ada yang ikut ke depan. “Mereka itu dari pihak kepolisian yang sudah kita ajak kerja sama untuk menangkap keluarga Pak Irawan.”“Beberapa dari mereka juga menyamar sebagai tamu undangan yang merupakan bagian dari rencananya Dhafin,” jelas Pak Raynald melihat Lora yang menatapnya heran. “Ayah tahu tentang rencananya Mas Dhafin?” tanya Lora terkejut sekaligus tak menyangka. “Of course, Sweetheart. Hotel ini milik keluarga ibumu. Tentunya kami memiliki akses untuk itu bahkan pihak Dhafin yang meminta izin ke kita,” jawab Pak Raynald.“Kenapa Ayah nggak memberitahuku atau Kak Sham?” tanya Lora setengah protes. Pak Raynald terkekeh kecil seraya mencubit hidung mancung putrinya. “Biar menjadi surprise, Sayang. Sebenarnya ayah juga baru tahu dua hari sebelum acara.”Lora manggut-manggut

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   238. Dialah Putri Kandungku

    Dokter Radha menyunggingkan senyum manis, mengerti maksud terselubung dari pertanyaan itu.Pasti mantan sahabatnya itu berharap ia belum menemukan keberadaan putri kandungnya.“Tentu saja, aku udah bertemu dengannya. Karena itulah aku berada di sini. Ya kan, Mas?” jawabanya lugas lalu menoleh ke arah sang suami. Pak Raynald mengangguk sebagai balasan. “Baiklah, kalau begitu sekalian saya umumkan di sini.”Tatapannya menyorot pada Lora yang menggelengkan kepala tanda tidak setuju. Ia tersenyum lembut dan mengangguk untuk memberikan keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja.“Dia merupakan wanita kuat yang selama ini hidup sendirian tanpa sanak saudara. Sebelum bertemu dengan kami, dia hanya mempunyai anak-anaknya yang dianggap sebagai keluarga kandung.”“Dan yang tak kalah pe pentingnya, dia hadir di sini karena diundang langsung oleh pemilik acara.”Pria berwajah bule itu menjeda ucapannya sejenak. Beberapa dari mereka tampak berbisik-bisik mempertanyakan siapakah yang menjadi put

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   237. Tak Pantas Disebut Ayah

    Prok prok prok! Suara tepuk tangan itu membuat semua orang menoleh ke arah belakang. Di sana, ada Dokter Radha dan Pak Raynald sedang berjalan di tengah-tengah jalur yang langsung menuju ke panggung utama.Mereka terkejut melihat kehadiran dua orang yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis. Siapa yang tidak mengenal Raynald Brighton? Seorang pengusaha berdarah asing yang mengembangkan perusahaannya di Indonesia dan sudah dikenal baik oleh publik. Lalu Anuradha Kusumaningtyas, seorang dokter anak sekaligus putri tunggal dari keluarga Kusuma yang merupakan salah satu keluarga konglomerat. Semua orang yang di sana tampak tercengang sekaligus terheran-heran tak terkecuali Dhafin dan keluarganya.“Raynald Brighton?” gumam Dhafin dengan tatapan yang mengarah pada dua orang tersebut. “Untuk apa mereka kemari?” tanya Pak Daniel pada dirinya sendiri. Ia tentu saja mengenal sosok yang tengah melangkah mendekat ke arahnya itu. Meski belum pernah menjalin kerja sama, tetapi citra dari o

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   236. Terbongkar Sudah

    Dhafin mendengus keras sambil menurunkan tangannya. “Kau masih bertanya kenapa, hm? Karena kau telah melenyapkan nyawa putraku, Freya!”“Anakku yang nggak salah apa-apa harus meninggal karena keegoisanmu!” bentaknya. Ia mengulurkan tangan untuk mencengkeram kuat bahu Freya. “Sebagai ayah, jelas aku nggak terima. Dan gara-gara rayuan mautmu, aku menuduh orang yang nggak bersalah.”“Aku melakukan semua ini untuk menegakkan keadilan untuk putraku. Penjara terlalu mudah untukmu. Jadi, sebelum kau mendekam di sana, kubuat kau tersiksa lebih dulu melalui sanksi sosial.”Pria itu memandang sejenak ke arah meja Lora yang tampak berkali-kali mengusap pipinya dengan tisu. “Selain itu, aku ingin kau merasakan apa yang Lora rasakan dahulu.”“Dihujat, dibenci, dikucilkan atas kesalahan yang nggak pernah diperbuat. Bagaimana rasanya, hm? Enak kan?” tanyanya sinis.Freya menatap Dhafin dengan berlinang air mata. Ia mengepalkan tangan kuat menahan amarah yang mulai memuncak. “Kamu benar-benar kejam,

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   236. Terbongkar Sudah

    Dhafin mendengus keras sambil menurunkan tangannya. “Kau masih bertanya kenapa, hm? Karena kau telah melenyapkan nyawa putraku, Freya!”“Anakku yang nggak salah apa-apa harus meninggal karena keegoisanmu!” bentaknya. Ia mengulurkan tangan untuk mencengkeram kuat bahu Freya. “Sebagai ayah, jelas aku nggak terima. Dan gara-gara rayuan mautmu, aku menuduh orang yang nggak bersalah.”“Aku melakukan semua ini untuk menegakkan keadilan untuk putraku. Penjara terlalu mudah untukmu. Jadi, sebelum kau mendekam di sana, kubuat kau tersiksa lebih dulu melalui sanksi sosial.”Pria itu memandang sejenak ke arah meja Lora yang tampak berkali-kali mengusap pipinya dengan tisu. “Selain itu, aku ingin kau merasakan apa yang Lora rasakan dahulu.”“Dihujat, dibenci, dikucilkan atas kesalahan yang nggak pernah diperbuat. Bagaimana rasanya, hm? Enak kan?” tanyanya sinis.Freya menatap Dhafin dengan berlinang air mata. Ia mengepalkan tangan kuat menahan amarah yang mulai memuncak. “Kamu benar-benar kejam,

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   235. Tanpa Terduga

    “Kak, semua itu rencana yang Kakak jalankan?” Lora bertanya kepada Grissham tanpa mengalihkan pandangan dari depan.Ia sangat speechless sekaligus terkejut melihat semua bukti kejahatan Freya yang ditayangkan di hadapan semua orang. Bahkan ada bukti yang bukan berasal dari dirinya. “Tidak, bukan aku.” Grissham menggeleng menjawab pertanyaan Lora. Ia menoleh bersamaan dengan Lora yang menatap ke arahnya.“Rencana yang kususun memang kurang lebih seperti itu, tetapi aku belum memberikan aba-aba kepada mereka untuk beraksi.”“Rencananya nanti setelah akad agar Pak Dhafin merasa menyesal telah menikahi perempuan yang salah,” jelasnya.Lora manggut-manggut paham. Keningnya mengerut memikirkan siapa kira-kira dalang di balik tayangan itu. “Kalau bukan Kak Sham terus siapa? Apa Ayah yang melakukannya?” Grissham menggelengkan kepala. “No! Uncle Raynald menyerahkan semuanya padaku dan terima beres saja. Ayahmu akan datang nanti setelah semuanya terbongkar.”Lora kembali menatap ke depan. Ia

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   234. Hari Pernikahan Tiba

    Lora berjalan memasuki gedung hotel tempat akad sekaligus resepsi pernikahan Dhafin dan Freya. Di sampingnya ada Grissham yang memang ikut diundang sebagai rekan bisnis Dhafin.Ia datang sendiri tanpa membawa anak-anaknya yang dititipkan di rumah orang tua Zelda bersama Amina. Kebetulan hari ini weekend sehingga mereka bisa menjaga sekalian menghabiskan waktu dengan si kembar. Malahan dengan senang hati dititipi karena sudah sangat merindukan duo bocil itu. “Apa kau beneran baik-baik saja, Lora?” tanya Grissham saat keduanya berada dalam lift menuju lantai tempat ballroom berada.“Hm?” Lora mendongak menatap Grissham yang lebih tinggi darinya. Ia mengerjapkan mata sejenak, cukup kaget mendengar pertanyaan tiba-tiba dari laki-laki itu. “Aku baik-baik aja, Kak. Kenapa memangnya?” tanyanya balik.Grissham tersenyum sambil membalas tatapan Lora tepat di kedua bola matanya. “Mungkin saja kau merasa sakit atau bagaimana melihat mantan suamimu yang menikah lagi.”“Ditambah menikahnya deng

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   233. Memberikan Keputusan

    Freya terdiam sejenak, teringat ketika dirinya mengizinkan Tika melakukan live streaming di acara itu. “Tapi kenapa nggak kamu matikan saat kita sedang party?”Terdengar suara tawa pelan di seberang sana. “Logika aja sih, Frey. Di acara itu, kita semua melakukan party dan bersenang-senang.”“Beberapa dari kita bahkan ada yang mabuk termasuk aku sendiri. Mana kepikiran buat mematikan live? Jangankan mematikan, ingat kalau live streaming masih menyala aja kagak,” jelasnya.Freya lagi-lagi terdiam. Sedikit banyak ia membenarkan perkataan Tika. Ia sendiri pun tidak ingat apalagi dirinya yang paling parah di sini. Tetapi….“Kenapa kamu malah melakukan live streaming di acara itu? Kamu sengaja, ya?” tanyanya setengah menuduh. Tika menghembuskan napas kasar. Mungkin merasa kesal karena selalu dipojokkan. “Itu udah menjadi kebiasaanku ketika kita kumpul bareng.”“Apa kamu lupa? Aku niatnya cuma pengen seru-seruan sekalian mengabadikan momen itu. Aku pun nggak pernah menduga kalau akhirnya ja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status