공유

164. Kembali Terlambat

작가: Putri Cahaya
last update 최신 업데이트: 2024-11-30 23:45:47

Hari H Fashion Show telah tiba. Semua peserta model yang ikut serta dalam fashion week kali ini telah berkumpul di belakang panggung atau lebih tepatnya di ruang khusus model.

Mereka semua sudah terlihat sangat cantik dengan make-up dan mengenakan gaun yang hendak diperagakan nanti.

Kini, mereka sedang berkumpul bersama dengan desainer masing-masing untuk melakukan pengarahan sekaligus membantu memperbaiki beberapa detail baju yang dikenakan oleh para modelnya.

Freya tersenyum dalam hati saat dirinya tidak menemukan keberadaan Lora di sini. Pasti sekarang wanita itu sedang meratapi nasibnya yang tidak bisa hadir karena seluruh tubuhnya penuh ruam dan bentol-bentol kemerahan.

Penyakit itu baru bisa disembuhkan tiga sampai empat hari ke depan dan tentu saja meninggalkan akan bekas yang cukup lama penyembuhannya. Jika benar-benar ingin sembuh total paling tidak satu bulan lamanya.

“Di mana Lora?” tanya Zelda sambil menatap para model busananya.

Sejak tadi ia belum menemukan batang hid
잠긴 챕터
GoodNovel에서 계속 읽으려면
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

관련 챕터

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   165. Aksi Heroik Mira

    Lora mengangkat kedua bahunya. “Nggak tuh. Aku nggak memakai make-up tebal.”Wanita cantik itu menekuk lengan membentuk siku dengan punggung tangan menghadap ke arah Freya lalu menyingkap sedikit lengan bajunya hingga memperlihatkan kulitnya yang putih mulus.“Ini kulitku asli tanpa tertutup make-up,” ucapnya sambil menggosok pelan kulit di tangan yang tidak meninggalkan bekas. Ia berlanjut menunjuk wajahnya sendiri. “Kalau yang wajah kan emang wajib di make-up.”Freya menggelengkan kepalanya berkali-kali berusaha menyangkal. Ia bisa melihat sendiri kulit Lora yang sehat tanpa cacat sedikitpun. “Nggak mungkin! Bagaimana bisa? Padahal jelas-jelas kemarin kamu minum air dari botol itu,” katanya tidak terima.“Iyalah, aku minum, orang aku haus,” balas Lora dengan tenang dan terkesan santai usai menarik lengan baju untuk menutupi auratnya.“Memangnya kenapa kalau aku minum dari botol itu?” Ia mengangkat sebelah alisnya. Sedetik kemudian, Lora membulatkan mata seraya menutup mulutnya ter

    최신 업데이트 : 2024-12-01
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   166. Rencana yang Gagal

    Pukul empat sore, Lora dan Mira berada di mobil sedang dalam perjalanan pulang. Kali ini, Mira yang menyetir menggantikan Lora yang katanya sedang malas dan capek.“Pertanyaanku tadi belum dijawab loh, Mbak,” kata Lora yang duduk di kursi samping kemudi.Mira melirik Lora sekilas. “Pertanyaan yang mana?” tanyanya balik meski sudah bisa menebak.“Kenapa tadi Mbak merampas botol minumanku? Datangnya tiba-tiba lagi, bikin aku kaget banget, tau. Minimal di-briefing dulu,” jawab Lora dengan bibir mengerucut sebal.Mira fokus pada jalanan yang padat merayap. “Tadi sebelum kamu datang dan duduk, aku melihat Freya memasukkan sesuatu ke dalam minumanmu.”“What?!” Lora membelalakkan mata terkejut. Ia bahkan sampai mengubah posisinya menjadi serong menghadap Mira. “Serius, Mbak?”Mira mengangguk yakin. “Aku punya buktinya, sempat kurekam tadi. Ambil aja HP-ku di tas buat melihatnya.”Lora mengangguk lalu mengulurkan tangannya ke jok belakang untuk meraih tas milik Mira di sana. Ia segera mengambi

    최신 업데이트 : 2024-12-01
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   167. Wejangan dari Zelda

    Acara fashion show week telah dimulai dan sudah berlangsung selama tiga puluh menit. Satu persatu peserta model dari desainer lain mulai tampil.Dua puluh lima menit sebelum tampil, Zelda bersama Sinta dan timnya kembali datang ke bagian final stage untuk membenahi detail baju dan juga riasan para modelnya. Busana karya Zelda ini memiliki model yang simpel dan elegan. Tidak ribet saat mengenakannya dan bisa dipakai sendiri tanpa bantuan desainer sehingga lebih cepat selesai dalam bersiap.“Hai, Lora,” sapa Zelda mendekati Lora yang hanya bergeming di tempatnya seraya meremas tangan. “Deg-degan, ya?”Lora tersenyum yang terkesan dipaksakan lalu mengangguk pelan. “Aku nervous banget, Zelda.”“Wajar kalau nervous. Ini kan pengalaman pertamamu.” Zelda menata dan membenahi gamis yang dipakai Lora. Tak lupa kerudungnya juga ikut dirapikan.“Makanya itu, aku takut gagal dan malah mengecewakanmu.” Lora menoleh sedikit ke belakang di mana Zelda sedang membenahi bagian belakang gamisnya.Zelda

    최신 업데이트 : 2024-12-02
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   168. Terjatuh dan Bangkit Lagi

    Mira mengangguk paham lantas pamit untuk kembali ke tempatnya. Tak lama, panitia meminta para model untuk segera bersiap karena sebentar lagi giliran mereka yang akan tampil. “Kalau gitu aku balik ke tempatku dulu, ya. Semoga sukses,” pamit Zelda seraya menepuk bahu Lora sejenak kemudian berlalu dari sana.Lora kembali dilanda gugup. Tangannya mulai berkeringat dingin. Jantungnya pun berdentum tak karuan. Ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, begitu terus hingga dirinya merasa sedikit tenang.Selain itu, dirinya juga mengingat kembali blocking serta pose saat di runaway nanti untuk mengurangi kegugupannya.Satu persatu model yang mewakili Butik LaCia mulai tampil. Lora pun diarahkan oleh panitia mendekat ke runaway. Saat berjalan, ia merasakan ada tidak beres dengan sepatu heels-nya. Bagian hak sepatu itu terasa goyah seakan ingin copot.Tentu saja, ia agak panik sekaligus takut, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa karena sebentar lagi dirinya akan tampil

    최신 업데이트 : 2024-12-02
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   169. Sandal Jepit Sang Penyelamat

    Sungguh, Lora benar-benar tidak menyangka bila sandalnya juga ikutan rusak. Padahal sebelum tampil tadi, kondisi sandal itu masih sangat bagus tanpa ada tanda-tanda akan rusak. Mustahil sandalnya tiba-tiba bisa rusak tanpa sebab kalau bukan ada orang yang sengaja merusaknya.Eh, tunggu! Lora kembali melihat dan meneliti kedua barangnya yang telah rusak itu. Heels yang ia beli ini terkenal dengan keawetannya apalagi hanya dipakai satu kali sebelum ini.Bila dilihat dengan seksama, patahan bagian hak pada heels itu tampak rapi seperti sengaja dipatahkan.Tak berbeda jauh dengan sandalnya yang juga terlihat rapi di bagian putusnya strap sandal seolah-olah sehabis terpotong. Itu berarti dua sandal ini sengaja dirusak bukan rusak dengan sendirinya.Lora menjadi sangat yakin bila semua ini merupakan kerjaan seseorang. Orang itu sengaja merusak dua barangnya bermaksud untuk menjatuhkan dirinya. Pertanyaannya, siapakah orang yang tega melakukan itu?Sejak tadi sebelum Lora pakai, heels-ny

    최신 업데이트 : 2024-12-03
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   170. Cemburunya Zora

    “Mamaaa!”Lora tersenyum lebar melihat si kembar yang berlari kecil ke arahnya. Ia berjongkok seraya merentangkan tangan untuk menyambut kedatangan mereka. Kedua bocil itu langsung menghambur ke dalam pelukannya. Wanita cantik itu mencium kepala mereka satu-satu dengan penuh kasih sayang. “Kesayangan Mama.”Lora melepaskan pelukannya lalu melihat penampilan si kembar dari atas sampai bawah. Zora tampak sangat cantik mengenakan dres di bawah lutut berwarna baby blue kombinasi navy di bagian dada hingga lengannya yang pendek.Dilengkapi dengan flatshoes yang ada tali perekatnya berwarna senada. Rambutnya yang sebahu dikuncir dua sebagian dan diberi penjepit pita warna biru muda dengan poni yang menutup dahinya.Sementara itu, Azhar juga tampak keren memakai kemeja pendek warna navy dengan bawahan celana panjang warna abu-abu.Dari kejauhan keduanya seperti couple-an yang terlihat begitu menggemaskan. Dandanan Amina memang sudah tidak diragukan lagi. “Anak-anak Mama cantik dan ganteng

    최신 업데이트 : 2024-12-04
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   171. Pertemuan Tak Terduga

    Grissham menangkup wajah Zora dan mengusap air matanya. “Jangan bersedih, Cantik. Ada Ayah di sini, hm?”“Nanti kita jalan-jalan, main sama-sama sepuasnya, terus apalagi, ya? Emm….” Ia mengetuk-ngetuk jarinya di dagu sedang berpikir dengan bibir mengerucut.Sedetik kemudian, raut wajahnya kembali sumringah. “Ah, iya! makan bareng-bareng di restorannya Mama. Jangan sedih lagi, ya, Sayang.”Laki-laki itu memeluk Zora lalu mengangkat gadis kecil itu ke dalam gendongannya. “Kita jalan sekarang, yuk,” ajaknya kepada Lora.Lora mengangguk. “Tapi aku mau ganti baju dulu, Kak.”“Baiklah.” Grissham mengantar Lora untuk ganti baju diikuti oleh Mira dan Amina. Zelda juga pamit untuk membantu Sinta mengurus perlengkapan fashion show tadi.Selesai berganti baju, semuanya berpencar. Lora ikut mobilnya Grissham dan meminta Amina pulang bersama Mira. Mereka pun jalan-jalan di mall yang ada area permainannya. Anak-anak dibebaskan bermain sepuasnya dengan sangat riang, tetapi tetap dalam pengawasan.

    최신 업데이트 : 2024-12-05
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   172. Mulai Curiga

    Pak Daniel menghela napas. “Kita bahas di rumah saja. Sekarang kita makan dulu. Dhafin dan Freya pasti sudah menunggu kita.”Pria itu membawa sang istri ke keluar mall menuju restoran tempat janjian dengan putranya.Tiba di restoran, sepasang suami-istri yang tak lagi muda itu langsung menuju ke privat room yang sudah di reservasi sebelumnya.Di sana, sudah ada Dhafin dan Freya yang ternyata lebih dulu datang. Makanan pun telah terhidang sempurna di atas meja.“Mama, Papa,” sapa Freya sambil berdiri lalu melakukan cipika-cipiki dengan Bu Anita, sedangkan dengan Pak Daniel ia hanya mencium tangan. “Aku kira Mama sama Papa udah datang duluan, ternyata baru tiba.”Bu Anita mengusap lengan Freya sejenak. “Maaf, ya, kalau kalian harus menunggu lama. Soalnya Mama harus beli barang dulu di mall.”Freya tersenyum. “Nggak papa, Ma, kami juga baru datang kok. Iya, Sayang?” tanyanya sembari menoleh ke arah Dhafin. Dhafin hanya membalas dengan deheman tanpa ikut berdiri.Freya mempersilahkan mer

    최신 업데이트 : 2024-12-06

최신 챕터

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   254. Jawaban Sholat Istikharah

    Lora lagi-lagi menghembuskan napas kasar. Ia tidak pernah menduga bahwa Dhafin akan menagih jawabannya hari ini.Rasanya baru kemarin permintaan rujuk itu terucap. Memang sudah terlewat beberapa hari, tetapi apakah harus secepat ini?Dirinya belum menyiapkan jawaban apapun!“Nggak salah Pak Dhafin menagih jawabanmu sekarang karena ingin mendapatkan kepastian darimu.” Mira mengembalikan ponsel Lora.“Kalau dari saranku, kamu lebih baik menjawab apa adanya sesuai dengan kondisimu saat ini,” ucapnya.Lora menggigit bibir bawahnya sambil menatap Mira. “Bukankah itu sama saja dengan mengecewakannya?” tanyanya ragu.“Bahkan saat kamu nggak langsung menjawab dan secara nggak langsung memintanya menunggu itu aja udah membuat Pak Dhafin kecewa banget,” jawab Mira telak.“Iya, juga, ya. Berarti aku harus bilang ke Mas Dhafin kalau aku belum bisa menjawab sekarang gitu?”Mira menganggukkan kepalanya. “Kamu berterus-terang padanya dan bilang kalau kamu masih butuh waktu dalam mengambil keputusan.

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   253. Saran dari Mira

    “Terus kamu jawab apa?”Lora menggeleng pelan menjawab pertanyaan dari Mira yang duduk di depannya. “Aku belum memberikan jawaban apapun.”“Termasuk jawaban untuk Pak Dhafin?” tanya Mira lagi yang terdengar seperti menebak.Lora mengangguk dengan bibir melengkung ke bawah. “Iya, belum juga. Bagaimana mau ngasih jawaban? Beberapa hari setelah Mas Dhafin meminta rujuk, tiba-tiba aku dijodohkan sama Kak Sham. Aku kan jadi tambah pusing.”“Kalau kamu belum memberikan jawaban, artinya kamu sama saja meminta mereka menunggu dong?” balas Mira dengan mengerutkan kening.Lora menghela napas panjang. “Tanpa harus meminta menunggu, mereka tetap akan menunggu bahkan memintaku memikirkannya secara matang-matang.”Mira meletakkan sebelah tangan di dagu dan mengusapnya. “Hm… rumit juga, ya.”“Nah, kan….” Lora menutup wajahnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja kerja. “Semua ini terlalu tiba-tiba untukku, Mbak Mira. Aku benar-benar nggak tau bagaimana menyikapinya,” keluhnya disertai rengek

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   Author Notes: Pemberitahuan

    Assalamu'alaikum, teman-teman, pembaca setia cerita "Mari Berpisah, Aku Menyerah." Di sini saya ingin memberikan pengumuman penting bahwa mulai hari ini sampai seminggu ke depan, saya tidak update bab baru. Atau dengan kata lain hiatus karena ingin istirahat sejenak sekalian mengumpulkan ide yang sekarang sedang macet dan juga menyusun kembali alur cerita agar lebih tertata. Bisa dibilang saya butuh jeda sebentar sebelum menulis lagi. InsyaAllah, saya akan kembali update minggu depan. Untuk para pembaca buku ini, terima kasih sudah mampir dan menjadi pembaca setia. Terima kasih banyak atas komentar-komentarnya. Dan maaf, saya tidak bisa membaca satu-persatu karena keterbatasan 🙏🏻 Saya juga sangat-sangat berterimakasih atas dukungan untuk buku ini dengan memberikan beberapa Gem dan hadiah. MasyaAllah... saya bahagia sekali. Semoga kalian semua sehat selalu dan dilimpahkan rizkinya. Terima kasih banyak, ya, teman-teman 🥰 Saya juga minta maaf kalau diantara kalian merasa cerita i

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   252. Dirundung Dilema

    “Apa Kakak turut andil dalam perjodohan ini?” Grissham menggeleng menjawab pertanyaan Lora. Ia bisa melihat dengan jelas raut menuduh di wajah cantik wanita itu yang tersorot lampu teras. “Aku bahkan baru tahu ketika sudah tiba di sini. Kau jangan salah sangka dulu, Lora. Sungguh, aku tak tahu apapun tentang perjodohan ini.”“Pulang kerja, Ayah tiba-tiba mengajakku kemari tanpa memberitahu tujuannya. Aku mengira mungkin ingin membahas pekerjaan atau proyek baru.”“Tiba di rumah ini aku langsung bermain dengan Twins, sedangkan Ayah sedang membahas sesuatu dengan orang tuamu. Aku tak tahu apa yang mereka bahas.”“Setelah anak-anak masuk kamar karena jadwalnya tidur, aku pun bergabung dengan mereka dan barulah aku tahu tentang perjodohan ini,” jelasnya runtut.Lora mendengus keras dan memalingkan wajahnya menghadap depan. “Bohong banget! Tadi Om Albern bilang udah membicarakannya padamu. Nggak usah mengelak, Kak!”Grissham tersenyum tipis tanpa mengalihkan perhatiannya dari Lora. “Ay

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   251. Rencana Perjodohan

    “Nah, ini anaknya udah datang,” ucap Bu Radha yang tersenyum menyambut kedatangan putri-putrinya. Lora mencium tangan Pak Albern dan bersalaman biasa dengan Grissham diikuti oleh Florence. “Kak Sham dari kapan ke sininya? Udah lama?” tanyanya bermaksud menyapa dengan posisi yang masih berdiri.“Sudah dari tadi bahkan aku sempat bermain dengan Twins. Kau terlalu asyik menyendiri sampai-sampai tak tahu kedatanganku,” jawab Grissham. Lora menyengir hingga menampilkan giginya yang rapi. “Nggak menyendiri juga. Aku tadi ada perlu sama Florence.”Mendengar itu, Grissham beralih menatap Florence yang terlihat menempel pada Lora. “Wah… kalian sudah akur ceritanya ini?”Florence mengangguk dengan penuh senyum seraya memeluk lengan Lora yang memiliki postur tubuh lebih tinggi darinya.“Tentu saja, kami kan saudara. Ya kan, Lora?” tanyanya yang dijawab anggukan kecil oleh Lora. Grissham mengacungkan jempolnya ke arah dua perempuan itu. “Bagus bagus, begitu kek dari kemarin. Jadi lebih enak d

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   250. Lebih Pantas

    "Kenapa? Apa kamu nggak setuju aku pulang besok? Kamu maunya aku pulang malam ini juga?" Lora menatap sejenak tangannya yang masih ditahan oleh Florence. Raut wajahnya berubah menjadi tidak enak. "Maaf, Flo, aku nggak bisa kalau harus pulang malam ini. Aku nggak pulang sendirian, tapi bersama anak-anakku.”“Nggak baik membawa mereka pulang malam-malam begini apalagi kan perjalannya jauh. Ayah sama Ibun juga pastinya nggak akan mengizinkan. Tolong pengertiannya, ya, Flo," ucapnya.Florence langsung melepaskan cekalannya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali sambil menggerakkan tangan. "Enggak enggak, bukan begitu, Lora. Kamu nggak harus pergi dari sini baik sekarang maupun besok atau ke depannya. Tinggallah di rumah ini, Lora.”“Kamu jauh lebih pantas dan berhak dibandingkan aku yang bukan siapa-siapa. Bahkan hubungan darah pun aku nggak punya." Perempuan itu maju selangkah dengan tatapan sendu. "Aku minta maaf atas keegoisanku selama ini. Ya, kamu benar. Kehadiranmu di ru

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   249. Memilih Mundur

    "Apa kamu mau rujuk kembali dengan Dhafin?" Pertanyaan itu terus saja terngiang-ngiang dalam benaknya walaupun sudah lewat beberapa hari. Lora tidak memberikan jawaban apapun. Ia sendiri bingung bagaimana menyikapinya. Ini terlalu mendadak untuknya. Permintaan maaf dari sang mantan mertua saja sudah membuatnya tercengang apalagi ditambah dengan tawaran itu. Atau mungkin bisa disebut sebagai lamaran? Mengingat Bu Anita sendiri yang mengutarakan hal tersebut. "Kamu nggak harus menjawabnya sekarang, Nak. Dipikirkan dulu matang-matang. Kami nggak akan memaksa," ujar ibunya Dhafin waktu itu. Bu Anita dan yang lainnya memang tidak menuntut jawaban detik itu juga. Namun, tetap saja mereka pasti menunggu jawaban darinya. Ia bisa melihat ada harapan besar yang terpancar di wajah mereka khususnya bagi Dhafin. Rasanya jadi tidak enak bila memberikan jawaban yang mengecewakan.RujukSatu kata yang tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikirannya. Sekarang Dhafin sendiri yang menginginkan r

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   248. Maukah Rujuk Kembali?

    Bu Anita memandang ke arah bawah, tidak berani menatap Lora. Dirinya merasa bersalah pernah menuduh wanita itu selingkuh. Ia sebenarnya tidak ingin membahas hal ini yang malah membuat Lora sulit memaafkannya. Namun, Dhafin sendiri yang malah memancing sehingga mau tak mau mereka harus menjelaskan semuanya. “Maafkan Mama, Lora. Waktu itu Mama terpengaruh dengan perkataan Freya.”Lora mengeraskan rahangnya dengan tangan terkepal kuat. Tatapan matanya berubah dingin. Freya sudah benar-benar kelewatan dengan membuat tuduhan tak bermutu. Bukan hanya dirinya yang kena, tetapi juga menyangkut putrinya. Tuduhan itu pastinya membuat orang tua Dhafin ikut membenci Zora karena dikira bukan cucu kandung mereka. Jelas, Lora tidak terima!Wanita itu memejamkan mata sejenak berusaha menekan emosinya kuat-kuat lalu kembali menatap serius orang tua Dhafin. “Ma, Pa, aku sama sekali nggak pernah selingkuh sama siapapun. Dengan segala sikapnya Mas Dhafin kepadaku, aku nggak berniat menduakan dan me

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   247. Jangan Hancurkan Kepercayaanku

    “Lora.”Dhafin yang sejak tadi terdiam dan hanya menyimak mulai angkat suara membuat wanita itu menoleh ke arahnya. Ia cukup mengerti dengan sikap Lora yang tampak sulit memaafkan karena takut ada maksud lain dibaliknya.“Mama sama Papa benar-benar ingin minta maaf sama kamu. Nggak ada maksud lain seperti yang kamu takutkan, murni minta maaf. Kau tau, Lora? Mereka yang berinisiatif sendiri dan mengajakku kemari.”“Mereka sangat ingin memperbaiki kesalahan dengan diberi kesempatan untuk berubah, sama seperti kamu yang memberikanku kesempatan,” ucapnya bermaksud membantu orang tuanya. Lora tahu itu dan juga bisa merasakan ketulusan mereka tanpa dibuat-buat. Ia menghela napasnya dengan bibir mengulas senyuman.Tangannya balik menggenggam tangan Bu Anita dan mengusap lembut. “Pak, Bu, bukannya saya tidak mau memaafkan kalian. Tapi saya ini hanya manusia biasa yang punya hati.”“Luka yang saya alami masih sangat membekas dan membuat saya sulit untuk percaya kembali.”“Meski begitu, saya

앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status