Home / Pernikahan / Mari Berpisah, Aku Menyerah / 161. Bersama Papa Dhafin

Share

161. Bersama Papa Dhafin

Author: Putri Cahaya
last update Last Updated: 2024-11-28 23:48:00

Hari demi hari telah terlewati. Dhafin menepati ucapannya sendiri, yakni datang ke kediaman Lora setiap hari sepulang dari kantor.

Tak peduli dengan jarak tempuh yang cukup jauh, ia bahkan rela harus bolak-balik demi bisa menemui anak-anaknya.

Lora juga pada akhirnya memenuhi permintaan ayah kandungnya si kembar yang melarang Grissham datang ke rumah.

Beruntung Grissham sendiri mengerti dengan posisi Dhafin yang ingin dekat dengan si kembar tanpa ada peranan orang lain selain ibu dan pengasuhnya.

Setiap hari, Dhafin selalu mengajak si kembar bermain sambil belajar seperti arahan baby sitter. Bukan hanya di rumah saja, ia juga kadang kala mengajak mereka jalan-jalan di luar yang tentu saja atas seizin Lora.

Pria itu ingin mempunyai momen indah bersama kedua anak kembarnya untuk menggantikan waktunya yang telah hilang selama ini.

Tanpa terasa hampir satu bulan lamanya Dhafin melakukan pendekatan dengan si kembar. Usaha yang dilakukannya tidak mengkhianati hasil.

Si kembar lama-kelamaa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Melly Ferlianawati
truss km sm freyaa kmrn bagaimn perasaan lora ... ahhhh
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
betul, terlalu bertele-tele, masak sampai bertahun-tahun gak di laporin, keenakan tu Freya, padahal kalau lora bikin laporan yang menderita bukan hanya Freya tapi dafin beserta keluarganya juga, jadi sekali dayung 2-3 pulau terlewati
goodnovel comment avatar
Mifta Nur Auliya
Bukti sudah di tangan,kenapa lora gak bertindak ke freya,dan menunjukan pada keluarga mantan bahwa yg di anggap baik ternyata pembunuh cucunya sendiri,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   162. Semakin Sibuk

    Berbeda dengan Dhafin yang sudah berhasil meluluhkan si kembar, Lora disibukkan dengan persiapan fashion show yang tinggal menghitung hari. Ditambah lagi ia harus mengurus restoran. Meski sudah ada kepala restoran di masing-masing cabang yang senantiasa membantunya, tetapi ia tidak bisa lepas tanggung jawab begitu saja.Ini sudah menjadi konsekuensi ketika dirinya memilih menerima kembali tawaran Zelda menjadi model produk baju muslimah di butik LaCia apalagi sekarang ini dirinya sudah memutuskan untuk publish wajah.Lora pergi ke restoran di waktu pagi untuk memantau kemudian siangnya ke butik Zelda bersama Mira yang selalu setia mendampingi. Semakin hari ia semakin sibuk bahkan tak jarang dirinya pulang telat.Masalah anak-anaknya, Lora tidak terlalu khawatir karena sudah ada Dhafin yang ikut membantu menjaga mereka. Ia mempercayakan si kembar kepada Dhafin sekaligus memberikan waktu kepada mereka untuk saling dekat satu sama lain. Dirinya juga sengaja tidak ikut saat mereka ada a

    Last Updated : 2024-11-29
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   163. Rencana Jahat

    Acara gladi bersih dimulai pukul sepuluh pagi. Lora pergi ke restoran ketiga lebih dulu karena ada beberapa hal yang perlu diurus sekalian mengecek laporan keuangan. Ia bekerja dengan sangat fokus sampai-sampai hampir terlupa kalau dirinya harus pergi ke gedung tempat fashion show diadakan. Untung saja, ada Mira yang mengingatkannya.“Kamu langsung pergi ke lokasi aja, Mbak, biar aku yang handle pekerjaan di sini. Lagian tinggal sedikit kok,” ucap Mira.Lora memasukkan ponsel dan beberapa barangnya ke dalam tas selempang. “Nggak papa kutinggal?” tanyanya merasa tidak enak.Mira menggeleng seraya tersenyum menenangkan. “Nggak papa, nanti aku akan menyusul. Bisalah pakai ojol atau taksi online ke sananya.”Lora mencangklongkan tasnya di pundak kanan dengan buru-buru. “Yaudah aku pergi dulu, ya, Mbak.”“Hati-hati, Mbak Lora. Jangan ngebut!” balas Mira setengah berteriak karena Lora sudah berjalan menjauh.Tiba di lokasi, Lora langsung menuju ke bagian belakang panggung tepatnya di ruang

    Last Updated : 2024-11-29
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   164. Kembali Terlambat

    Hari H Fashion Show telah tiba. Semua peserta model yang ikut serta dalam fashion week kali ini telah berkumpul di belakang panggung atau lebih tepatnya di ruang khusus model. Mereka semua sudah terlihat sangat cantik dengan make-up dan mengenakan gaun yang hendak diperagakan nanti. Kini, mereka sedang berkumpul bersama dengan desainer masing-masing untuk melakukan pengarahan sekaligus membantu memperbaiki beberapa detail baju yang dikenakan oleh para modelnya.Freya tersenyum dalam hati saat dirinya tidak menemukan keberadaan Lora di sini. Pasti sekarang wanita itu sedang meratapi nasibnya yang tidak bisa hadir karena seluruh tubuhnya penuh ruam dan bentol-bentol kemerahan.Penyakit itu baru bisa disembuhkan tiga sampai empat hari ke depan dan tentu saja meninggalkan akan bekas yang cukup lama penyembuhannya. Jika benar-benar ingin sembuh total paling tidak satu bulan lamanya.“Di mana Lora?” tanya Zelda sambil menatap para model busananya. Sejak tadi ia belum menemukan batang hid

    Last Updated : 2024-11-30
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   165. Aksi Heroik Mira

    Lora mengangkat kedua bahunya. “Nggak tuh. Aku nggak memakai make-up tebal.”Wanita cantik itu menekuk lengan membentuk siku dengan punggung tangan menghadap ke arah Freya lalu menyingkap sedikit lengan bajunya hingga memperlihatkan kulitnya yang putih mulus.“Ini kulitku asli tanpa tertutup make-up,” ucapnya sambil menggosok pelan kulit di tangan yang tidak meninggalkan bekas. Ia berlanjut menunjuk wajahnya sendiri. “Kalau yang wajah kan emang wajib di make-up.”Freya menggelengkan kepalanya berkali-kali berusaha menyangkal. Ia bisa melihat sendiri kulit Lora yang sehat tanpa cacat sedikitpun. “Nggak mungkin! Bagaimana bisa? Padahal jelas-jelas kemarin kamu minum air dari botol itu,” katanya tidak terima.“Iyalah, aku minum, orang aku haus,” balas Lora dengan tenang dan terkesan santai usai menarik lengan baju untuk menutupi auratnya.“Memangnya kenapa kalau aku minum dari botol itu?” Ia mengangkat sebelah alisnya. Sedetik kemudian, Lora membulatkan mata seraya menutup mulutnya ter

    Last Updated : 2024-12-01
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   166. Rencana yang Gagal

    Pukul empat sore, Lora dan Mira berada di mobil sedang dalam perjalanan pulang. Kali ini, Mira yang menyetir menggantikan Lora yang katanya sedang malas dan capek.“Pertanyaanku tadi belum dijawab loh, Mbak,” kata Lora yang duduk di kursi samping kemudi.Mira melirik Lora sekilas. “Pertanyaan yang mana?” tanyanya balik meski sudah bisa menebak.“Kenapa tadi Mbak merampas botol minumanku? Datangnya tiba-tiba lagi, bikin aku kaget banget, tau. Minimal di-briefing dulu,” jawab Lora dengan bibir mengerucut sebal.Mira fokus pada jalanan yang padat merayap. “Tadi sebelum kamu datang dan duduk, aku melihat Freya memasukkan sesuatu ke dalam minumanmu.”“What?!” Lora membelalakkan mata terkejut. Ia bahkan sampai mengubah posisinya menjadi serong menghadap Mira. “Serius, Mbak?”Mira mengangguk yakin. “Aku punya buktinya, sempat kurekam tadi. Ambil aja HP-ku di tas buat melihatnya.”Lora mengangguk lalu mengulurkan tangannya ke jok belakang untuk meraih tas milik Mira di sana. Ia segera mengambi

    Last Updated : 2024-12-01
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   167. Wejangan dari Zelda

    Acara fashion show week telah dimulai dan sudah berlangsung selama tiga puluh menit. Satu persatu peserta model dari desainer lain mulai tampil.Dua puluh lima menit sebelum tampil, Zelda bersama Sinta dan timnya kembali datang ke bagian final stage untuk membenahi detail baju dan juga riasan para modelnya. Busana karya Zelda ini memiliki model yang simpel dan elegan. Tidak ribet saat mengenakannya dan bisa dipakai sendiri tanpa bantuan desainer sehingga lebih cepat selesai dalam bersiap.“Hai, Lora,” sapa Zelda mendekati Lora yang hanya bergeming di tempatnya seraya meremas tangan. “Deg-degan, ya?”Lora tersenyum yang terkesan dipaksakan lalu mengangguk pelan. “Aku nervous banget, Zelda.”“Wajar kalau nervous. Ini kan pengalaman pertamamu.” Zelda menata dan membenahi gamis yang dipakai Lora. Tak lupa kerudungnya juga ikut dirapikan.“Makanya itu, aku takut gagal dan malah mengecewakanmu.” Lora menoleh sedikit ke belakang di mana Zelda sedang membenahi bagian belakang gamisnya.Zelda

    Last Updated : 2024-12-02
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   168. Terjatuh dan Bangkit Lagi

    Mira mengangguk paham lantas pamit untuk kembali ke tempatnya. Tak lama, panitia meminta para model untuk segera bersiap karena sebentar lagi giliran mereka yang akan tampil. “Kalau gitu aku balik ke tempatku dulu, ya. Semoga sukses,” pamit Zelda seraya menepuk bahu Lora sejenak kemudian berlalu dari sana.Lora kembali dilanda gugup. Tangannya mulai berkeringat dingin. Jantungnya pun berdentum tak karuan. Ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, begitu terus hingga dirinya merasa sedikit tenang.Selain itu, dirinya juga mengingat kembali blocking serta pose saat di runaway nanti untuk mengurangi kegugupannya.Satu persatu model yang mewakili Butik LaCia mulai tampil. Lora pun diarahkan oleh panitia mendekat ke runaway. Saat berjalan, ia merasakan ada tidak beres dengan sepatu heels-nya. Bagian hak sepatu itu terasa goyah seakan ingin copot.Tentu saja, ia agak panik sekaligus takut, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa karena sebentar lagi dirinya akan tampil

    Last Updated : 2024-12-02
  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   169. Sandal Jepit Sang Penyelamat

    Sungguh, Lora benar-benar tidak menyangka bila sandalnya juga ikutan rusak. Padahal sebelum tampil tadi, kondisi sandal itu masih sangat bagus tanpa ada tanda-tanda akan rusak. Mustahil sandalnya tiba-tiba bisa rusak tanpa sebab kalau bukan ada orang yang sengaja merusaknya.Eh, tunggu! Lora kembali melihat dan meneliti kedua barangnya yang telah rusak itu. Heels yang ia beli ini terkenal dengan keawetannya apalagi hanya dipakai satu kali sebelum ini.Bila dilihat dengan seksama, patahan bagian hak pada heels itu tampak rapi seperti sengaja dipatahkan.Tak berbeda jauh dengan sandalnya yang juga terlihat rapi di bagian putusnya strap sandal seolah-olah sehabis terpotong. Itu berarti dua sandal ini sengaja dirusak bukan rusak dengan sendirinya.Lora menjadi sangat yakin bila semua ini merupakan kerjaan seseorang. Orang itu sengaja merusak dua barangnya bermaksud untuk menjatuhkan dirinya. Pertanyaannya, siapakah orang yang tega melakukan itu?Sejak tadi sebelum Lora pakai, heels-ny

    Last Updated : 2024-12-03

Latest chapter

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   180. Bukti yang Terkumpul

    “Ingat perjanjian kita. Kalau sampai restoran itu bangkrut, saya akan mengambil kembali peninggalan ibu saya dan tidak mengizinkanmu mengelolanya lagi.”Lora menelan salivanya susah payah. Tangannya berkeringat dingin dan sedikit gemetaran.Ia dilanda gugup yang luar biasa hingga tanpa sadar mengeratkan genggaman tangan pada jemari Grissham. “Lora.” Suara Pak Albern kembali terdengar memanggil namanya.Lora berdehem sejenak untuk mengurangi kegugupannya. “I-iya, Om. Saya... saya ingat perjanjian itu. Saya tidak akan membiarkan Restoran Star Shine jatuh.”“Ayah tenang saja. Kami semua saling bekerja sama untuk mengatasi semua masalah ini dan memulihkan kembali nama baik restoran,” timpal Grissham dengan suara sedikit keras.“Aku juga tidak akan tinggal diam dan membiarkan restoran peninggalan Oma hancur begitu saja.” Laki-laki itu melepaskan genggaman tangannya pada Lora lantas memegang persneling. Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan agar bisa fokus membantu Lora dalam menjawab

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   179. Saling Bekerja Sama

    Zelda mengedarkan pandangan menatap orang-orang yang berada di ruangan ini bermaksud meminta pendapat mereka.Grissham menjentikkan jarinya. “Ide bagus. Saya setuju dengan usulanmu. Nanti saya akan bilang ke Ayah terkait hal itu.”Zelda tersenyum puas. “Ini juga menguntungkan untuk si anak karena Rumah Sakit Medika Utama kan menjadi salah satu rumah sakit swasta terbaik dengan pengobatan yang sangat bagus.”Grissham mengangguk setuju. “Betul sekali. Kita lanjutkan, ya.”Ia beralih menatap Mira di seberangnya. “Mira, besok kau pergi ke restoran kedua untuk menemui waiter yang bersangkutan dan dengarkan cerita selengkapnya.”“Cek juga CCTV di hari kejadian itu berlangsung. Video yang tersebar hanya sepotong saja sehingga semua orang tidak tahu cerita awalnya bagaimana. Kuncinya di sini,” titahnya.“Baik, Pak, besok saya yang akan ke sana,” balas Mira.“Lalu untuk yang ke restoran ketiga….” Grissham menatap orang terdekatnya bergantian.Evan yang duduk di samping Zelda mengangkat tangann

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   178. Mencari Solusi Bersama

    “Kau pulangnya bersama Pak Dhafin?” Suara Grissham terdengar terkejut. Mungkin tidak menyangka Lora bisa bersama mantan suaminya.“Oh, baiklah. Pulangnya hati-hati, ya. Kalau bisa, kau langsung ke restoran saja. Di sini ada aku, Mira, Zelda, dan Evan. Nanti kita cari solusi bersama-sama,” katanya.“Iya, Kak. Aku memang niatnya langsung ke restoran,” balas Lora.“Baiklah, kami tunggu. Kau yang tenang, ya. Ingat, kau tak sendirian. Ada kami yang akan membantumu, hm?” ujar Grissham dengan suara yang teduh sekaligus menenangkan.“Iya, Kak.” Lora mengangguk kecil meskipun tahu Grissham tidak bisa melihatnya. Setetes air jatuh dari kelopak matanya tanpa bisa dicegah dan dengan segera ia menghapusnya.Panggilan telepon pun berakhir.Lora menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi rasa sesak dalam dadanya. Benar kata Grissham, ia harus tenang agar bisa mencari solusi dengan kepala dingin.Dhafin yang melihat itu sedikit banyak merasa cemburu dan iri. Sejak tadi Lora enggan berbicara padanya.

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   177. Kembali Viral

    [Restoran yang sebagus itu ternyata dalamnya cuma gimmick doang][Percuma makanan enak, tapi ada racunnya][Udah ada dua korban. Dan mungkin aja masih ada korban lain yang belum speak up][Jadi takut buat makan di sana. Entar jadi korban selanjutnya lagi][Mending tutup aja sih kalau kata gue mah. Percuma juga, nggak bakal laku lagi][Jangan-jangan ramainya karena penglaris lagi. Terus sekarang memakan korban. Hiii... serem. Nggak lagi deh makan di sana][Belum pernah makan di sana dan pengen banget nyoba. Tapi setelah tau berita ini, nggak jadi deh][Sumpah! Ini restoran terburuk yang pernah gue temui][Dapurnya pasti jorok tuh. Ewh 🤮][Katanya punya pelayanan yang bagus. Pelayanan bagus apaan yang membentak anak kecil?][Gue nggak bisa bayangin gimana perasaan si ibu melihat anaknya dibentak di depan umum][Kalau capek istirahat dulu, Mbak. Jangan malah melampiaskan ke anak kecil yang nggak tau apa-apa][Tolong dong, itu waitersnya didisiplinkan biar nggak semena-mena sama pelangga

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   176. Layaknya Keluarga Utuh

    Dhafin menelan salivanya susah payah lalu menatap anak-anaknya yang tampak senang. Ia tidak punya pilihan lain selain pasrah membuka mulut dan menerima suapan makanan dari Lora. “Aemmm…. Enak kan, Papa?” Lora tertawa puas melihat Dhafin yang kesusahan mengunyah makanan itu.Rasakan! Siapa suruh jahil.Dhafin menatap Naina kesal dengan mulut yang penuh. Meskipun begitu, ia tersenyum tipis melihat Lora dan anak-anaknya tertawa bahagia.Pria itu merasa dejavu karena pernah mengalami ini sebelumnya. Bayangan ketika dirinya disiapi bakso jumbo oleh Lora kembali terngiang. Ia tersenyum kecil mengingatnya.Hari kelima liburan, Lora mengajak anak-anak ke kebun binatang. Bedanya kali ini ada Dhafin yang ikut bersama mereka. Tujuan utama mengajak ke tempat ini adalah sebagai pembelajaran agar anak-anak bisa melihat secara nyata visualisasi hewan-hewan, bukan hanya lewat gambar atau video saja.Mereka berjalan beriringan dengan Dhafin yang menggendong Zora dan Lora yang menggandeng Azhar. Suda

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   175. Kejahilan Dhafin

    Lora menarik napasnya berusaha sabar. “Iya, Nak, tapi mandi dulu. Tadi kalian habis main air dari kolam terus nggak bilas. Badannya bisa gatal-gatal loh.”“Mandi dulu, yuk, Sayang. Habis mandi kalian boleh main sama Papa sepuasnya,” bujuknya tanpa menyerah.“Mau ndi ma Papa,” balas mereka seakan memberikan penawaran.Lora sedikit terkejut mendengar permintaan anaknya yang semakin nyeleneh lalu menggeleng. “Nggak boleh, Nak. Mandi sama Mama aja, ya.”“Ndak mau! Ndak mau! Ndak mau!” Dua bocil itu merengek seraya menggeleng ribut tanda-tanda akan tantrum.“Azhar! Zora! Nurut atau Mama marah,” ucap Lora tegas lantas menatap Dhafin yang hanya diam saja. “Bantuin bujuk kek. Gara-gara kamu nih.”Dhafin kembali berlutut untuk menyesuaikan tinggi si kembar. “Kalian mandi dulu, ya, sama Mama. Papa nggak akan kemana-mana kok. Setelah mandi, Papa janji akan mengajak kalian jalan-jalan sore di sekitar villa. Mau?”Si kembar mengangguk antusias. “Mau, Papa.”“Baiklah, sekarang kalian masuk kamar te

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   174. Liburan Bersama

    “Azhar, Zora, bagaimana perasaan kalian hari ini, hm? Apa kalian happy?” Lora menatap kedua anak-anaknya bergantian. Pertanyaan itu setiap hari ia tanyakan untuk mengetahui bagaimana perasaan mereka tanpa ditutup-tutupi. Dirinya ingin melatih si kembar agar bisa terbuka sejak kecil.“Eppy, Mama,” jawab si kembar kompak.Lora tersenyum bahagia. “Ya udah, kalian habiskan makan siangnya setelah itu kita kembali ke villa. Oke, Sayang?”“Ote, Mama.” Si kembar pun mematuhi perintah sang ibu untuk menghabiskan makanannya. Mereka memang makan sendiri di meja khusus anak yang disediakan oleh restoran. Namun, keduanya juga sesekali dibantu oleh Lora dan Amina dengan disuapi agar cepat selesai.Seperti yang sudah diagendakan sebelumnya, Lora mengambil cuti seminggu untuk quality time bersama si kembar dengan mengajak mereka liburan.Tujuannya untuk melepas penat sekaligus menggantikan waktu yang tersita kemarin akibat pekerjaan yang menumpuk. Tempat yang dituju pun tidak jauh-jauh, yaitu di d

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   173. Hasutan Freya

    “Ma, Pa, apa kalian yakin kalau anak-anaknya Lora itu cucu kalian?”Bu Anita mengusap mulutnya dengan tisu setelah selesai makan. Ia mengerutkan kening tidak mengerti dengan pertanyaan Freya. “Apa maksdumu Freya? Jelas-jelas mereka cucu kami karena secara hukum mereka itu anaknya Dhafin,” balasnya tidak terima.Freya tersenyum tenang, sudah bisa menebak mereka tidak mudah percaya. Namun, ia sudah punya rencana lain. “Apa Mama nggak curiga kalau mereka sebenarnya bukan anaknya Dhafin, tapi sengaja mengaku-ngaku?”“Mengaku-ngaku bagaimana?” tanya Pak Daniel yang juga telah menyelesaikan acara makannya.Freya melipat tangannya di atas meja. “Gini, Ma, Pa. Kalau memang mereka adalah anaknya Dhafin, kenapa Lora memilih kabur dan menggugat cerai Dhafin?”“Ditambah lagi dia malah menyembunyikan kehamilannya. Apa nggak mencurigakan? Jangan-jangan Lora hamil anak laki-laki lain,” ucapnya.Bu Anita mengangkat sebelah alisnya. “Dengan kata lain Lora selingkuh begitu?”Freya mengedikkan bahunya.

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   172. Mulai Curiga

    Pak Daniel menghela napas. “Kita bahas di rumah saja. Sekarang kita makan dulu. Dhafin dan Freya pasti sudah menunggu kita.”Pria itu membawa sang istri ke keluar mall menuju restoran tempat janjian dengan putranya.Tiba di restoran, sepasang suami-istri yang tak lagi muda itu langsung menuju ke privat room yang sudah di reservasi sebelumnya.Di sana, sudah ada Dhafin dan Freya yang ternyata lebih dulu datang. Makanan pun telah terhidang sempurna di atas meja.“Mama, Papa,” sapa Freya sambil berdiri lalu melakukan cipika-cipiki dengan Bu Anita, sedangkan dengan Pak Daniel ia hanya mencium tangan. “Aku kira Mama sama Papa udah datang duluan, ternyata baru tiba.”Bu Anita mengusap lengan Freya sejenak. “Maaf, ya, kalau kalian harus menunggu lama. Soalnya Mama harus beli barang dulu di mall.”Freya tersenyum. “Nggak papa, Ma, kami juga baru datang kok. Iya, Sayang?” tanyanya sembari menoleh ke arah Dhafin. Dhafin hanya membalas dengan deheman tanpa ikut berdiri.Freya mempersilahkan mer

DMCA.com Protection Status