“Jadi bagaimana rencana selanjutnya?”
Mereka berdua mengambil makanan kaleng di rumah itu sebagai bekal, mengisi botol air mereka hingga penuh, dan memasukkan beberapa material mana yang didapat ke dalam tas. Perlengkapan armor atau baju hunter yang di rancang untuk mengurangi dampak dari serangan telah rusak, banyak retakan dan beberapa sisi telah hancur. Jadi Jillian dan Paman Nakti melepaskan armor mereka, meski dampak serangan bisa jadi fatal tetapi setidaknya mereka dapat bergerak lebih cepat dan gesit. Rencana mereka sederhana yaitu bertahan hidup untuk bertarung hari esok, mereka harus kembali setidaknya dapat berkumpul dengan sisa hunter lain untuk membentuk kekuatan lagi.
Mereka di pinggir kota Tilpa kala itu, tak lagi mampu bergerak menuju kota Wilcannia di mana seharusnya tim Jillian dan guild Bumisakti menutup gates tingkat S di sana. Jadi mereka akan bergerak ke arah utara, menuju Port Douglas, sekitar sebelah utara Queensland di mana salah satu titik pengungsian didirikan.
Jillian baru sadar bahwa langit kala itu tampak berawan tebal, tak ada langit biru yang entah kenapa langit berwarna oren kemerah-merahan, dan hanya sesekali cahaya matahari yang menembus sekitar mereka. Mereka meninggalkan rumah tak berpenghuni itu dan terus bergerak menyusuri jalan dengan waspada untuk keluar kota. Tapi belum ada setengah jam perjalanan, mereka melihat sosok monster di kejauhan.
“Ada monster di depan,” Paman Nakti memberikan isyarat untuk berhenti.
Jillian dan pria tua itu menepi ke sebuah dinding bangunan, mengamati keadaan, ke mana monster itu bergerak dan bagaimana cara menghindari mereka. Ada tiga monster aneh yang tidak dikenali, tubuhnya sekilas mirip gorila dengan lengan besar, tinggi mereka mungkin sekitar 2 meter, dan jarak dari posisi Jillian sekitar 100 meter.
“Mungkin tingkat A,” bisik Jillian.
Tapi tiba-tiba monster itu menatap balik ke arah mereka. Bukan, monster-monster itu menatap ke seorang bocah berkulit hitam yang tiba-tiba muncul di jalan. Bocah itu gemetar, ia mencoba berlari malah terjatuh, dan monster itu semakin mendekat ke bocah itu.
“Sialan,” geram Paman Nakti.
“Kita tak bisa menyelamatkannya.” Jillian akui menyelamatkan bocah itu sangat tidak mungkin. Mungkin meraih bocah itu masih bisa, tapi akankah mereka bisa melawan monster yang kira-kira setingkat monster tingkat A. Itu mustahil, butuh setidaknya 3-4 hunter tingkat A untuk menghadapi satu monster tingkat A, sedangkan saat ini perbandingan mereka telah kalah telak.
“Tapi aku juga tidak bisa hidup dari kematian bocah itu,” Paman Nakti bergerak untuk menyelamatkan bocah itu.
***
Air mata penuh kenangan mengalir di pipi Nira, setidaknya dia harus tahu bagaimana perjuangan ayahnya yang penuh keberanian. Juga tahu bahwa Jillian tidak bisa melindungi ayahnya. Andai kala itu dia bisa meyakinkan Paman Nakti untuk tidak pergi, mungkin kemungkinan selamatnya lebih besar. Bahkan Jillian sendiri merasa bahwa dia harusnya mati di hari itu.
“Andai aku bisa meyakinkan Paman, mungkin....”
“Meyakinkan untuk apa? Aku.... aku bangga dengan keputusan Ayah. Dan aku berterima kasih padamu, sekarang aku mengenang Ayah lebih bangga lagi.” Nira mengusap air mata di pipinya, ia jelas mencoba melebarkan senyumnya agar terlihat bangga dan sesuai perkataannya.
Kemudian, tiba-tiba Arina keluar dengan mengendong Mulan yang sudah tertidur. Mata istrinya itu telah mengisyaratkan lelah dan Jillian sendiri juga tak berniat pulang terlalu malam.
“Kami akan segera pamit.” Jillian mengakhiri topik itu agar tidak didengar oleh Arina. Mungkin suatu hari akan Jillian ceritakan masa lalunya ketika di Australia, tapi tidak untuk hari ini karena Jillian sendiri masih berat mengenang hari-hari mengerikan itu.
“Aku akan memanggil Lalla,” ucap Arina kembali masuk ke dalam rumah.
“Aku juga akan memanggil Roman.” Tapi saat berbalik, Nira tidak melanjutkan langkahnya, ia berbalik lagi dan bertanya, “Apa bocah itu selamat?”
“Ya, dia masih hidup dan bahkan menjadi hunter hebat.”
Nira tersenyum, perasaan Jillian menjadi lega saat itu. Tidak hanya melihat senyum Nira lagi tapi mengatakan bocah itu selamat dan menjadi hunter seolah-olah merupakan buah kebanggaan bagi yang mengenal Paman Nakti.
Pukul 2 pagi Jillian terbangun dari tidurnya. Suatu perasaan yang susah dijelaskan muncul, gates tingkat tinggi mungkin akan muncul. Ia berjalan ke jendela memandang langit malam yang tertutup awan tetapi dengan jelas ada setitik bintang yang bersinar.Jika itu cuma para elf akan kubunuh mereka, ucap Jillian dalam hati. Kemudian ponsel Jillian berdering dengan layar berubah menjadi nama William.Sialan. Jillian tahu mengapa sekretarisnya menelepon selarut ini.[Bos, ada gates tingkat S yang muncul di Indonesia.]“Dimana?”[Pulau Bali... Kota Denpasar... Sekitar pantai.]“Carikan aku tiket pesawat,” Jillian menutup telepon. Tidak banyak gates tingkat S yang bisa ditangani oleh setiap negara. Bahkan Indonesia, gate tingkat ini biasanya di tangani oleh Jillian dan timnya. Tetapi jika pemerintah Indonesia bersikap egois untuk mendapatkan material mana, WH Organization hanya bisa menunggu hingga para hunter berjatuhan.
Jillian mematikan ponsel. Ia kecewa pada sikap pemerintah Indonesia yang tidak segera menyelesaikan keputusan guild untuk menangani gate di depannya. Di bandingkan dengan Inggris dan Jepang, kurang dari satu jam setelah gates muncul mereka sudah siap dengan para hunternya.“Jillian. Kamu sepertinya tidak sabar untuk masuk,” seorang menyapanya dengan aksen bahasa Inggris yang berbeda.“Prikodov. Sedang apa kau disini?” Jillian berbalik.“Berlibur seperti kamu. Sepertinya liburanmu akan mengasyikkan karena ada gate tingkat S yang muncul. Apa adikku akan datang juga?”“Anatasia Prikodov? Tidak. Aku tidak memanggil squad utama.”“Sungguh sayang, Harusnya kamu lebih banyak memasukkannya ke makam. Satu hunter Rusia lagi mati di negara lain maka akan aku pastikan Rusia keluar dari organisasi sucimu.” Perkataan Prikodov yang lembut perlahan-lahan semakin tajam. Jillian tahu bahwa pemerintah Rusia
Jillian masuk ke dunia yang berbeda, langit telah berbuah menjadi malam, pasir pantai berubah menjadi tanah tandus. Aroma busuk menyebar ke seluruh hutan disebabkan ratusan monster telah mati terbantai. Hanya ada sebuah kastel yang masih berdiri dengan gerbang hancur. Seharusnya monster pembuka gerbang berada di sana dan ratusan monster yang tewas seharusnya menjadi pasukan yang sedang bersiap. Jillian merasa beruntung timnya tidak perlu berperang dengan monster sebanyak ini. Tetapi kecurigaan mulai tumbuh tentang siapa pelaku sebenarnya.Gerbang kastel terbelah dengan tebasan melintang. Seekor monster bertubuh besar berjalan sempoyongan dengan satu lengan terpotong. Monster tersebut berwajah mirip kelelawar dengan mulut bersilang tiga.Khaaa... monster tersebut mengerang marah.Whuss... Kepala monster itu dipenggal oleh seorang kesatria berkuda dengan tombak panjang. Ia menunggangi kuda yang telah mati, tangan kanannya memegang tombak sabit berwarna
Ya Tuhan, Bos Jillian benar, ucap William dalam hati. “Pak William, mana dalam gates turun sangat cepat. Mungkin kurang dari dua jam gate akan tertutup sepenuhnya.” Seorang pegawai WH Organization mengkonfirmasi kondisi gate. Truk terakhir dari guild pengangkut keluar dengan mayat-mayat monster. Petugas dari guild pengangkut mengkonfirmasi tugas terakhirnya kepada petugas militer. Kolonel Haris pun memerintahkan pasukannya tetap berjaga hingga gate tertutup sepenuhnya. “Bos... ” William menahan kata-kata. “Aku akan pulang besok. Ya, aku juga...” Jillian mematikan ponselnya. “Aku harus menulis apa dalam laporan nanti?” “Kita bahas besok, aku lelah. Oh ya, carikan aku tiket untuk kembali ke Surabaya.” Jillian melemparkan tubuhnya ke ranjang hotel. Esok paginya William mendapat berita bahwa menteri pertahanan Indonesia telah menyampaikan konferensi pres tentang gate di kota Denpasar. Secara resmi mereka mengucapkan terima kasih te
.... Kekuatan mereka kini ada dalam kebijaksanaannya. Tujuh Tetua, veteran perang melawan Dark One, simbol dari kedamaian Anora...Arina membaca kalimat terakhir dari buku yang ditulis sahabatnya. Dunia elf, Anora, selalu menarik untuk dibaca bagaikan cerita pengantar tidurnya di masa kecil. Kini dia ingin segera mengganti buku untuk dibaca, kemampuannya telah meningkat menggunakan Bahasa Semesta— bahasa umum ras dunia lain.Ponsel berdering oleh panggilan sekretaris ayahnya, Sekretaris Toyoka.[Shido-sama memanggilmu ke kantor. Secepatnya.]“Ada apa?”Panggilan telepon berhenti.***“Aku tidak mau bekerja di WH Organization.” Arina menolak menandatangani surat rekomendasi dari ayahnya, Shido Katsuko. Cita-citanya adalah bekerja di kedutaan luar negeri Jepang, kemudian mengincar posisi di mana ia bisa mendatangi dunia Anora, Frat atau Zalen.“Ayah tidak menyekolahkan kamu hanya untuk membaca
....The One adalah entitas yang pertama, berdetak dalam dirinya sendiri hingga pecah dan dunia bersebaran. The One kemudian menjadi entitas baru yang lebih murni dan bersinar, Light One. Sedangkan sisa-sisa persebaran tersebut menjadi berbagai dunia yang tidak terhitung jumlahnya.Berbagai dunia hidup dalam damai, saling terikat, terhubung dan sangat sulit dijelaskan. Light One mengakui bahwa ada sisi lain yang muncul di sebuah dunia, entitas Dark One. Legenda kuno mengatakan, Light One dan Dark One sesungguhnya bukan sang tokoh baik atau jahat. Mereka hanya entitas yang ingin berpisah dan menyatu. Light One yang memberikan kehidupan pada seluruh dunia saat The One berdetak, sedangkan Dark One ingin kembali bersatu menjadi The One kembali. (Elma, Dunia Pertama: One)....Pertarungan besar terjadi, Light One dengan para Dewa dan Dark One dengan para Iblis saling bertarung. Tidak ada kemenangan dari peperangan tersebut. Cahaya dan kegelapan kembali ke tempat masing-masing
“Boss, ini data yang Anda minta,” William datang dengan tumpukan kertas.Jillian meletakan buku yang ia baca.“The Book of Elma? Anda sekarang suka membaca?” sindir William.Jillian tidak menjawab, ia langsung mengamati setumpuk laporan khusus. Halaman pertama berisi data pribadi dirinya. Kemudian halaman berikutnya berisi catatan gates yang pernah ia masuki. Laporan gates, daftar tim, jenis gates, material yang didapat dan lain-lainnya, tertulis lengkap. Halaman-halaman berikutnya berisi hal yang sama milik 19 hunter yang lain.“Kamu juga melaporkan dataku?” tanya Jillian saat membuka halaman pertama.“Awalnya tidak. Tetapi aku penasaran untuk membandingkan dengan yang lain. Hasilnya bisa Anda lihat di halaman terakhir.”Beberapa veteran dari insiden Australia kini menjadi ketua guild, Shido Katsuko dari Jepang dengan peringkat tiga di dunia, Eric Novis dari Amerika Serikat dengan pering
[Saya menolak. Saya menolak. Saya menolak.] Dari dua belas dewan hanya empat negara yang setuju yaitu Jepang, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat. Sesuai prediksi Jillian, tidak banyak negara yang ingin mengirimkan hunter mereka untuk berperang di tempat yang tidak jelas. Mungkin dendam masih membekas hingga tidak sudi membantu para elf untuk berperang. Tetapi sangat jelas, perang berarti akan ada kematian dan mereka tidak ingin mengorbankan hunter terbaik mereka demi selain negaranya. “Aku ikut.” Jillian mengangkat tangan. Satu suaranya tidak mengubah hasil keputusan tetapi WH Organization berdiri di atas negara-negara dan dialah pemegang kekuasaan tertingginya. “Keputusan sudah kita dapat. Kita tidak akan mengirimkan hunter untuk berperang bersama elf,” Presiden Amerika Serika mengatakan hasil pemilihan suara. “Seperti yang perwakilan elf dari Anora katakan. Jika mereka kalah, Lord of Pollution akan segera mengincar Manaearth — Bumi. Aku tidak memin