Lev Mashkov mengetuk pintu dan segera membuka pintu ruangan Presiden Alferov. Ia berdiri di hadapan Presiden Alferov yang sedang memandang layar gadgetnya, ia yakin presiden itu sama stresnya memikir bencana yang sedang melanda negara Rusia.
“Aku kemari untuk melaporkan situasinya,” ucap Lev Mashkov.
Presiden itu mulai memandang Lev Maskhov untuk mendengarkannya, “Apa sangat buruk?”
“Dengan Alyesye Prikodov, kita baru saja kehilangan 4 hunter tingkat S. Zagoskin Prikodov, Artov Koneki, dan Alexander Gurvich.”
“Bahkan Zagoskin Prikodov?” Mata Presiden Alferov membulat karena terkejut. Artinya pula hanya menyisakan Anatasia Prikodov sebagai hunter berkemampuan paling tinggi.
Lev Mashkov mengangguk, “Kurang dari 4 jam lagi, gerombolan monster akan mencapai perimeter pertahanan di kota Pereslavl-Zalessky. Hal buruk akan terjadi, Tuan Alferov.”
“B-bisakah kita menang atau mun
Anatasia bergegas lari ke belakang untuk menghampiri Presiden Alferov. Ia menyapanya dengan rasa kekhawatiran, “Tuan Presiden, apa yang sedang Anda lakukan di sini?”Presiden Alferov telah mengenakan pakaian hunternya, Anatasia tahu bahwa dulunya dia seorang hunter juga. Dia melepaskan helm hunter-nya. “Aku juga seorang hunter, Nona Prikodov.”“Tapi, tempat ini sangat berbahaya,” tutur Anatasia.“Di sini tempat terakhir kita bertahan. Kita gagal di sini, Rusia tidak akan terselamatkan. Apa kau pikir aku sudi berlarian dan bersembunyi dari kejaran monster?” ucap Presiden Alferov. Dia kemudian berbalik dan menghadap ke ribuan hunter lainnya.“Kita adalah hunter! Kita akan melawan!” teriak Presiden Alferov membangkitkan semangat juang setiap hunter di sana. Akan tetapi kehadiran Presiden Alferov membuat Antasia menjadi khawatir.Anatasia bergegas berbalik ke garis terdepan, ia mencari seseora
William menangis tanpa tersedu-sedu ketika mendengar cerita tentang Mika yang tewas. Air matanya hanya mengucur dengan deras, dia mencoba tetap tegar di hadapan Jillian, meski tak dipungkiri bahwa dia sangat merasa kehilangan atas Mika.“Maaf, aku tak bisa menyelamatkannya,” ucap Jillian yang masih merasa bersalah.“T-tidak, Bos. Ini bukan salahmu.” William mulai mengusap air matanya.“Jadi bagaimana soal Rusia, Anatasia, dan Issac?” tanya Jillian.Ponsel William tiba-tiba berdering, dengan masih mengusap sisa air matanya Willliam mengangkat panggilan di teleponnya. “Permisi, Bos. Ini dari Edbert.”Arina terlihat kembali bersedih, dia menempelkan tubuhnya pada suaminya. Jillian pun mulai merangkul Arina karena merasakan kesedihan istrinya. Jadi, ia mengecup rambut Arina. “Tak apa-apa,” bisik Jillian.“Tapi bagaimana dengan Ana dan Issac? Aku khawatir,” ucap Arina yang me
“Kita harus pergi ke sana,” ucap Jillian yang langsung melepaskan pelukannya. Akan tetapi, genggaman tangan Arina semakin kencang mencengkeram baju Jillian.“Aku mohon, jangan pergi,” ucap Arina yang menahan Jillian untuk bergerak. Dia mendongakkan kepalannya dengan mata yang berkaca-kaca.“Kamu baru pulang. Kamu belum ada sehari di sini. Biarkan WH Organization yang mengurusnya. B-bahkan kamu tak memilik tim lagi, Sayang. A-aku khawatir kamu pergi sendiri,” ucap Arina mencari-cari alasan.Jillian menghela nafasnya, ia tiba-tiba senang melihat Arina yang penuh kepedulian. Akan tetapi, ia juga sedikit merasa bersalah karena membuat Arina khawatir. Beberapa ucapan istrinya benar, ia baru saja pulang dan lagi pula ia tak memiliki sebuah tim.“Apa ada kabar dari WH Organization?” tanya Jillian pada William.“Aku belum mendapat kabar jika mereka akan bergerak. Mereka baru saja kehilangan Eric Novic,
Lina, Steve, Roman, Kamal, Tom, Justin.... belasan nama terlintas dalam pikiran Jillian. “Jillian.” Jillian berlari meninggalkan laki-laki sekarat dan bocah yang menangis di belakangnya. Ia melompat dengan tangan kanan siap mengayunkan pedang hitam diikuti puluhan pedang hitam bagaikan sayap terbang. Satu monster Balkanji kepalanya terbelah dan dua yang lain tertusuk oleh belasan pedang hitam. “Jillian.” Seorang menyebut namanya dengan lirih. Jillian berdiri memandang seorang laki-laki tua yang terbaring. Lubang di perut telah membentuk danau darah di sekeliling tubuh tua itu. Meski sekarat, laki-laki tua itu masih sadarkan diri. “Paman!” isak Jillian. Saat itu juga monster-monster terlihat berlari ke arah mereka. Bocah itu menangis, laki-laki tua itu terbaring sekarat, dan Jillian berlutut tanpa harapan. “Khaaaaaaaaaaaa!!!” Lolongan keras dari monster Balkanji bergema di atmosfer hingga membangunkan kesadarannya. *** “
Jillian membaca headline berita di ponselnya, ini bukan pertama kalinya langkahnya diberitakan dengan beragam judul dibuat-buat atau dibesar-besarkan. [Hunter Jillian, Hunter Terkuat Kelahiran Surabaya Pulang Kampung ke Negaranya....] [Jillian, Sosok Hunter Terkuat Yang Mengharumkan Nama Indonesia...] [10 Hunter Tertampan dan Terkuat dari Indonesia....] dengan thumbnail dirinya. [Arian Katsuko, Sosok Wanita Cantik Yang Menjadi Istri Hunter Terkuat di....] -papakuat: Jillian terkuat, jillian dari indonesia, indonesia = negara terkuat -lordhunter: LOLLL jililan sudah menjadi warga negara jepang. Jepang = negara terkuat @papahunter -mantankuhilangdigates: USA has Novic, Rusia has Prikodov, Japan has Jillian, Indo has GATESSSSSSSSSSS -elfkoplo009: cakep cuy istr
“Kamu cukup mengantarku di sini. Aku ada urusan dan akan pulang ke hotel sendiri,” ucap Jillian pada sopir.“Ba... baik,” sopir yang ditugaskan kaget tetapi tidak berani menolak perintah seorang pejabat tinggi.Laki-laki bertudung jaket itu tersenyum menanti Jillian keluar.“Mengapa kau di sini?” tanya Jillian dengan perasaan tidak suka.“Bisakah kita berbicara berdua?”“Ikuti aku.” Jillian memandu Elma berjalan menuju hotel yang sudah tidak jauh.Saat di dalam lift, Elma berkata, “Aku kemari tidak untuk bertemu dengan dia tapi bertemu dengan kamu. Perkembanganmu sangat mengkhawatirkan para tetua, kamu semakin kuat Jillian dan apa penyebabnya?”Jillian mengerutkan alis, ia tak paham maksud Elma.“Balkanji, mereka seharusnya tidak dibunuh oleh kita. Legenda mengatakan mereka berasal dari sisa Dark One dan seharusnya ditangkap hidup-hidup untuk di
“Ikan?”Dalam gendongan ibunya, Mulan yang belum genap berumur 12 bulan meronta-meronta ke arah air mancur di lobi hotel. Putri kecilnya itu sangat menyukai ikan yang berwarna-warni. Arina duduk di tepi kolam menanti suaminya yang sedang berbicara dengan seorang pegawai kantor WH Organization. Suaminya terlihat berbicara serius atau mungkin itu memang kebiasaannya. Arina diminta menunggu di mobil tetapi putri kecilnya mengisyaratkan untuk pergi ke air mancur yang berisi ikan.“Ayo kita hitung ikannya. Satu... dua... tiga... empat... lima... Lihat itu, ikannya berwarna merah. Cantik bukan?”“Sudah selesai menghitung ikannya?” tiba-tiba Jillian sudah berada di belakangnya.“Kamu sudah selesai berbicara dengan orang tadi?”Jillian mengangguk, “Ada berapa ikannya?” Jillian berusaha mengajak bicara Mulan. Tetapi intonasi datar dan dingin sangat sulit Jillian rubah.“Ada lima,
Milati, Ibu Jillian terlihat lebih berkeriput dibandingkan terakhir saat mereka bertemu. Hampir dua tahun atau sejak pernikahan, Jillian tidak pernah mengunjungi ibunya. Terkadang dia merasa rindu tetapi masalah gates selalu menimbun di pikirannya. Tetapi saat ini ia ingin cuti beberapa minggu untuk keluarga, ibunya, Arina dan putri kecilnya.“Ibu sedang apa?” ucap Jillian saat Milati datang membawa teh hangat dan beberapa kue.“Ada pesanan dari Bu Lina, lima puluh kue lumpur untuk arisan. Jadi Aditya itu pergi menjemput kalian? Mengapa tidak bilang pada Ibu?”Jillian hanya tersenyum.“Adit, mengapa kamu tidak bilang menjemput Jillian? Ibu kan bisa siapkan makanan buat mereka.”“Itu minta Jillian biar tetangga tidak ada yang tahu. Kalau tetangga tahu mungkin di sini sudah ada wali kota. Hahaha...” canda Aditya membuat tawa di ruangan.“Apa istrimu tahu?”“Ya, tetapi dia