Jillian kagum pada kapal besar itu, Kapal Bedroom pantas di sebut sebagai kapal induk yang mampu memuat ribuan orang dengan ratusan kuda, gajah atau kendaraan sebesar bus. Satu cerobong asap besar mengepulkan gumpalan asap hitam, manusia mana pun yang melihatnya bisa menebak bahwa Bedroom merupakan jenis kapal uap. Meriam-meriam besar tidak diragukan lagi sebagai aksesori kapal itu. Di ujung kapal terdapat tiang kecil untuk mengibarkan bendera. Kerajaan Slat memiliki logo bintik-bintik putih yang membentuk kapal dengan cerobong asap yang menyerupai tempat garam.
Bedroom mulai berlayar menuju barat di mana Kerajaan Elapu berada. Matahari tenggelam bagaikan arah yang dituju, tapi langit sore tidak berubah menjadi jingga dan matahari dari Anora berwarna putih seperti bohlam yang tenggelam. Jillian berdiri di pinggir geladak kapal, mencoba menyalakan rokok dengan kesusahan. Angin bertiup sedikit kencang hingga mudah mematikan korek api. Saat asap rokok mulai mengepul, seorang men
Anatasia dan Carlos datang membawa baki besar penuh mangkuk-mangkuk sup dari dapur. Sup kentang dan keju kering telah menjadi makanan mereka selama 3 hari. Mereka berlayar tanpa ada gangguan atau badai pun tak pernah muncul. Meski bukan kapal pesiar, Bedroom patut diberi pujian karena memberikan tempat yang cukup untuk menginap 1000 orang. Tidak ada kamar khusus bagi prajurit elf tetapi Komandan Ebr sengaja meminta kamar untuk Tim Adam.“Di mana Mika?” Jillian memandang sekeliling ruangan yang penuh prajurit elf. Tak ada tanda-tanda Mika atau Tahlia yang sedang sarapan dan rasa kecurigaannya muncul.Satu per satu mangkuk di berikan oleh Anatasia, “Makanlah Jillian.”Tetapi saat mangkuk terakhir diletakkan, Jillian merasakan kecurigaan yang meningkat. Seharusnya ada satu mangkuk tersisa untuk Mika, atau Anatasia tahu Mika tidak akan hadir sarapan ini. Jillian berdiri tanpa menyentuh sarapannya.“Kamu mau pergi ke mana?”
Aula Kerajaan Elapu cukup ramai dipenuhi orang-orang yang berperan penting dalam perang ini. Panglima perang dipimpin oleh Raja Nozar dan para komandan menjadi pemimpin batalion-batalion elf. Batalion dwarf dipimpin oleh Raja Sehana dan batalion The Horn di pimpin oleh Kanta— Kepala Suku Seikalija. Keempat kepala suku The Horn telah hadir di sana sama seperti saat konferensi di bumi. Para kepala suku memiliki empat hingga lima tanduk yang berarti mereka adalah The Horn terkuat yang pantas menyandang gelar mereka.“Lama tidak berjumpa, Hunter Jillian,” Kanta menyapa dengan aksen bahasa Inggris yang baru belajar. Di kepalanya terdapat lima tanduk yang melengkung bagaikan rambut dan di lehernya terdapat trompet berbentuk tanduk. Konon trompet tersebut bisa memanggil Kepala Suku Agung Soar, Dewa dari Zalen dan veteran perang yang setara dengan para Tetua Elf.“Anda berbahasa Inggris dengan baik,” puji Jillian.Raja Nozar melangkah ke si
Padang rumput luas dengan hutan lebat tumbuh subur, Tanah Alk bagikan surga yang tidak pantas dihuni oleh monster. Satu-satunya tempat di Dunia Siklus yang memberikan kedamaian dan sekaligus rumah bagi para Balkanji. Monster yang haus kekuatan itu kini terkurung dengan damai di tanah mereka. Monster itu kini hidup tanpa tujuan setelah tuan mereka mati – Lord of Almighty. Balkanji lahir bersama dengan perpisahan The One dan ketika perang pertama muncul mereka berada di sisi Dark One. Mereka ada dalam jumlah yang tetap yaitu 177 monster yang mengalami siklus kehidupan dan kematian. Balkanji hidup dalam perkembangan kekuatan yang sangat pesat dari makhluk lain yang mereka bunuh. Sisi inilah yang menjadi propaganda ras Iblis Kuno untuk memanfaatkan para Balkanji. Tapi ras mereka bagaikan kutukan, makhluk yang membunuh Balkanji akan berubah menjadi monster. Khaaa... Raungan keras mereka terdengar, puluhan Balkanji meraung dan menyerang. Leng
Langit malam dengan bulan merah tidak pernah berganti menjadi pagi dan tanah tandus hanya menubuhkan pohon-pohon mati. Sudah 3 hari menurut perhitungan waktu di bumi Shido Katsuko dan timnya berperang melawan monster setengah kelelawar yang tidak ada habisnya. Reruntuhan kastel tempat gate dibuka telah dikuasai namun monster pembuka gerbang tak pernah menampakkan diri.“Bagaimana kondisinya?” Anssi Toivonen mendatangi Shido Katsuko di reruntuhan menara tertinggi.“Kita harus segera menemukan monster pembuka gate itu.” Ke mana pun Shido Katsuko memandang, ia hanya melihat hutan hitam lebat dengan pohon-pohon mati. Kondisi ini mirip dengan laporan gate tingkat S yang muncul di Indonesia beberapa bulan yang lalu. Kini yang mereka tunggu adalah satu monster dengan sayap kelelawar terbesar dan mulut yang bersilang tiga.“Tim Henokh sudah tiba.” Anssi Toivonen menyalakan rokok. Hari-hari berat yang mereka lalu mungkin akan segera be
Tegukan terakhir dari gelas anggurnya telah habis tetapi itu tidak cukup untuk menghilangkan rasa gugup Kapten Vosien. Badai tidak pernah membuatnya takut atau cemas tetapi daratan hitam itu lebih buruk dari badai. Ada kengerian yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata mungkin seperti insting yang merasakan bahaya. Kapten Vosien menarik tuas untuk mempercepat laju kapal, dua orang dwarf mengamati nilai jarum-jarum parameter dan salah satu dwarf mengintip di batu-batu kristal khusus. Batu itu berguna sebagai kamera pengawas di berbagai sisi kapal. Setidaknya dibutuhkan empat dwarf untuk mengemudikan kapal bedroom dan sekitar seratus dwarf sebagai anak buah kapal. “Bagaimana jaraknya?” Kapten Vosien bertanya pada batu suara yang terhubung dengan teknisi kapal. “Masih kurang dua ribu kaki!” balas anak buah kapal yang bertugas menyiapkan gate. “Laporkan bila sudah pada jarak itu, aku tidak mau kapalku mencium pantat kapal lain.” Tiap
Jillian memimpin kuda terdepan melewati pasukan dark elf dan pasukan aliansi yang saling bentrok. Rintihan kesakitan dan teriakan semangat bercampur dengan suara adu tombak dan pedang. Sekilas Jillian merasa ada yang aneh dari pasukan musuh, jumlah mereka tak kunjung berkurang meski telah menerima serangan sihir dan menghadapi serangan kavaleri.“Sacha apa kamu merasakan hal yang aneh?” Jillian memelankan kuda mereka ketika berhadapan dengan pasukan dark elf yang lebih banyak.“Berapa jumlah mereka?” tanya balik Sacha.“Mereka banyak sekali,” Anatasi menembakkan anak panah dari energi sihir.“Tetap maju!” Jillian mengeluarkan sihir hitam yang membentuk sebuah pedang, kini dirinya terbayang dengan sosok Guardian of Nightfall lagi.Pendang hitam Jillian dan tombak Sacha memimpin di baris terdepan untuk membersihkan jalan. Jauh di depan mereka terlihat Lord of Pollution yang sedang duduk dan
Formasi kuda Tim Adam melingkar membentuk pertahanan. Jillian akui ketiga dark elf itu tidak bisa diremehkan, mereka memiliki kemampuan setingkat hunter tingkat S dan bahkan salah satu dari mereka telah mengalahkan Komandan March. Jillian sedang berpikir kritis, bagaimana dia harus membagi Tim Adam untuk menghadapi mereka. Saat itu pula dark elf berpedang api itu melemparkan penggalan kepala Komandan March tepat di depan kuda Sacha. Jillian kenal Sacha sebagai seorang rasional dan tak mudah terpancing emosi tapi kali ini berbeda, Sacha terpancing provokasi dark elf berpedang api itu. Sacha memacu kudanya dan mengarahkan tombaknya ke depan, saat itu pula Jillian tidak punya pilihan selain memecah formasi.“Beryl! Mika! Bantu Sacha melawan monster itu!”“Ya!” Jawab Mika dan Beryl kompak dengan spontan memacu kuda mereka mengikuti Sacha.“Carlos! Cari keberadaan Lord of Pollution!Aku hadapi dark elf wanita itu. Sisanya kala
“Di mana dia?” gerang Jillian.“Di balik hutan ini akan terlihat sabana yang sangat luas. Lord of Pollution disana. Ketua harus segera melihatnya sendiri.” jawab Carlos.Jillian mengamati keadaan sekeliling, kelompok Sacha masih belum mengalahkan dark elf berpedang api itu, sepertinya mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk mengalahkannya. Wylus masih menahan monster-monster ilusi, kini lebih banyak giant elf yang dihadapi, dan Anatasia beradu punggung di belakang Wylus untuk membantu. Ia mencari sosok Issac Hamis, ternyata dia telah mencengkeram kepala si dark elf pembuat ilusi hingga tubuh dark elf itu terangkat.Jillian melihat kristal kuning keemasan itu tepat di dahi si dark elf pembuat ilusi dan sedikit tertutup oleh jari-jari Issac. Jillian yakin dark elf itu tersenyum, entah apa yang ada dipikirkannya, tidakkah dia tahu bahwa Issac Hamis sesungguhnya lebih mirip monster.“Carlos, ikuti aku ke Issac.”Ji