Share

2. Gadis Ceroboh

“Biar saya bantu,” ucap seorang pria berambut tebal dengan kedua mata coklat menawan mengulurkan tangan. Dia tersenyum hangat. 

Gauri menyambut uluran tangan pria asing itu dan segera mengucapkan terima kasih.

Gauri kehilangan wajah di pesta pertamanya bersama Adam. Dia berjalan keluar gedung menuju tempat parkir dengan kaki terkilir dan menahan tangis.

Dada Gauri terasa sangat sesak. Adam sudah keterlaluan. Bagaimana bisa Adam melakukan hal seperti itu dengan wanita lain saat berada di satu tempat yang sama dengan Gauri.

Gauri masuk ke dalam mobil Adam setelah Denny–sopir Adam membukakan pintu. Dia meluapkan tangisannya tanpa takut mempermalukan Adam. Tangisnya sangat menyayat hati, penuh luka dan amarah.

“Sudah berapa lama ini berlangsung?” Gauri memukul dadanya berkali-kali, berharap sesak hilang dari sana.

Sejak awal pernikahan ini memang tidak dimulai dengan cinta. Namun, bukan berarti hati Gauri mati rasa hingga tidak merasa apa-apa setelah lama tinggal bersama.

Pintu mobil terbuka. Adam datang tanpa merasa bersalah sedikitpun. Dia menatap Gauri dengan datar. Mata bengkak, wajah basah dan merah milik Gauri tetap tak bisa membangkitkan empati Adam.

Gauri meremas tangannya sendiri. Dia berkata, “Mari akhiri pernikahan kontrak kita, Mas!"

Gauri sudah lelah. Suara Adam dan Amora di toilet pria tadi masih terngiang-ngiang di benak Gauri dan berhasil merobek hatinya.

Adam melirik Gauri dengan sudut matanya tanpa menoleh.

Saat dia ingin menanggapi Gauri, Denny masuk dan bertanya, “Kita langsung ke rumah?”

Gauri segera memalingkan wajah. Dia tidak ingin pekerja Adam melihatnya berantakan.

“Iya,” jawab Adam singkat.

Kemudian Adam mengalihkan perhatiannya pada Gauri. “Kita bicarakan ini setelah sampai di rumah.”

Tanpa melihat ke arah Adam, Gauri mendengarkan ucapannya. Perlahan dia mulai mengatur napas untuk melegakan diri. Mereka memang tidak mungkin membicarakan tentang pernikahan kontrak ini di depan orang lain.

Perjalanan dari Kempinski Grand Ballroom menuju rumah Adam berlangsung sangat sunyi. Tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari bibir mereka.

Gauri turun dari mobil dengan membuka mobil sendiri. Dia melangkah masuk ke rumah tanpa menunggu Adam.

Langkah Gauri terhenti di depan ruang gym lantai dua. Dia memutar tubuh dan menunggu Adam sampai. Tempat ini selalu menjadi saksi dari interaksi yang terjadi antara mereka.

“Belum waktunya pernikahan ini berakhir,” ucap Adam saat Gauri berada dalam jangkauan suaranya. Dia berdiri beberapa langkah di depan Gauri.

“Aku tidak bisa diperlakukan seperti ini, Mas,” sahut Gauri.

“Diperlakukan seperti apa? Apakah ini caramu membalas budi, Gauri?” Adam melangkah, menipiskan jarak di antara mereka.

Gauri spontan melangkah mundur. Namun, Adam terus mendesak hingga punggung Gauri menabrak pintu kamarnya.

“Kamu belum tentu bernasib baik seperti sekarang jika aku tidak menolongmu dari para lintah darat yang hampir memperkosamu itu,” geram Adam mengepalkan tangannya.

“Bagaimana bisa hidup di sangkar emas ini dianggap baik?’” sangkal Gauri mengernyitkan dahi. Dadanya naik turun menahan emosi.

Sejak Gauri menginjakkan kaki di rumah mewah ini, dia tidak pernah mendapatkan perlakuan sebagai menantu. Arum Malasari, mertua yang tinggal bersama mereka, selalu memberi Gauri pekerjaan rumah tangga yang seharusnya dikerjakan oleh ART.

“Setidaknya itu emas?” Adam menaikkan kedua alisnya.

Dagu Adam sedikit terangkat saat mengucapkan itu. Tatapannya memancing darah dalam tubuh Gauri semakin mendidih.

“Berterima kasihlah kepadaku,” ujar Adam lagi sambil menepuk dadanya. “Berkat aku, derajatmu naik. Kamu juga tidak perlu bekerja serabutan untuk membayar utang kedua orang tuamu.”

Gauri mengepalkan tangan, giginya menggertak dalam diam menahan amarah. Uang yang Adam berikan untuk melunasi utang orang tersebut memang sangat banyak. Namun, setelah itu Gauri tidak pernah menerima nafkah dari Adam.

Tanpa sepengetahuan Adam, Gauri juga masih bekerja sebagai penatu. Hanya pekerjaan itu yang bisa menjadi jembatan untuk menggapai mimpi orang tuanya.

“Masuk ke kamarmu!” perintah Adam. Dia menunjuk pintu kamar Gauri dengan dagunya.

Lalu Adam memutar tubuh dan melangkah ke kamarnya, area terlarang untuk Gauri.

Gauri tidak boleh masuk ke kamar Adam adalah pasal yang menjadi sorotan dalam kontrak pernikahan mereka.

Padahal Gauri selalu membuka pintu kamarnya untuk Adam. Dia sengaja tidak pernah mengunci pintu. Dengan harapan, suatu saat nanti Adam akan menghabiskan malam dengannya.

Sayangnya, waktu yang berjalan tidak bisa menumbuhkan cinta di hati Adam. Dia masih tetap dingin seperti saat mereka pertama bertemu.

‘Apa aku tidak cukup baik untuk Mas Adam hingga dia mencari kepuasan dengan wanita lain?’ batin Gauri. Air matanya perlahan jatuh. Dia menangis tanpa suara.

Gauri masuk ke kamar. Dia tertidur di ranjang tanpa mengganti pakaian setelah lelah membuat bantalnya basah.

Saat itu Adam masuk ke kamar Gauri dengan membawa wadah berisi air hangat dan handuk kecil.

Adam menarik gaun Gauri ke atas lutut secara perlahan. Dia melihat bengkak pada bagian mata kaki Gauri.

Pria yang sudah mengganti pakaian dengan piyama itu mengembuskan napas. Lalu, dia mulai mengompres bengkak tersebut dengan lembut.

Adam tidak ingin Gauri terbangun dan memergokinya melakukan hal seperti ini.

“Dasar gadis ceroboh,” gumam Adam.

Setelah mengompres Gauri selama beberapa jam, Adam pergi keluar kamar. Sebelum menutup pintu kamar istrinya, dia mengamati wajah Gauri sambil tersenyum tipis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status