“Apa yang kamu lakukan di dalam, Gauri!”
Gauri terbangun dari mimpi. Dia mendengar Arum berteriak sambil menggedor pintu kamarnya dengan kasar..
Gauri segera membuka pintu dan mendapati wajah Arum yang memerah. Dia menatap Gauri dari ujung kepala sampai kaki.
“Apa saja yang kamu lakukan hari ini? Kenapa rumah masih berantakan dan cucian kotor masih menumpuk? Coba lihat ini jam berapa? Sebentar lagi Adam pulang dan belum ada makan malam,” serang Arum bertubi-tubi.
Setiap hari Arum akan keluar rumah untuk bermain bersama teman-teman sosialitanya pada pukul 10 pagi dan baru kembali sekitar tujuh jam kemudian. Gauri harus membuat rumah rapi dan bersih selama waktu itu, juga menyiapkan makanan.
Sayangnya, hari ini Gauri tidak bisa melakukan hal yang diminta Arum. Tidak hanya urusan rumah, Gauri pun terpaksa izin bekerja untuk mendaftar kuliah.
“Aku akan pesankan makanan,” sahut Gauri santai.
“Masak, Pemalas!” hardik Arum mendorong bahu Gauri. “Kamu masuk ke rumah ini dengan gratis. Tahu diri!” tambahnya.
“Aku tidak punya cukup waktu untuk masak, kali ini pesan makanan dulu. Nyonya mau tetap di sini mengganggu saya sampai Adam tiba? Dia harus makan malam, bukan?” Gauri menekankan kata Nyonya.
Saat Adam tidak ada di rumah, Arum meminta Gauri memanggilnya Nyonya.
Gauri menutup pintu, membiarkan Arum mematung. Pertemuan dengan Thomas membuat Gauri lebih percaya diri. Apalagi Thomas memberikan Gauri seorang asisten pribadi bernama Amelia Yuan.
Amelia, asisten pribadi terlatih yang merangkap sebagai bodyguard, akan selalu ada di sekitar Gauri tanpa diketahui oleh siapa pun. Amelia adalah bentuk perlindungan Thomas untuk Gauri.
“Kamu tidak akan merapikan rumah? Banyak cucian kotor, Gauri!” teriak Arum kembali menggedor pintu kamar menantunya.
Napas Arum tersengal-sengal. Gauri tak menyahut sama sekali.
Ini di luar dugaan Arum. Biasanya Gauri akan selalu menuruti semua perintahnya.
“Ada apa, Ma?” tanya Adam mencium punggung tangan Arum.
Arum yang masih berada di depan kamar Gauri terlonjak. Seketika dia segera mengulas senyum.
“Kamu tahu tadi Gauri ke mana?” Arum balik bertanya.
Adam menggeleng dan mengernyit. “Aku pikir dia selalu di rumah.”
“Pekerjaan rumah belum selesai semua, Adam. Mama pusing!” keluh Arum memijat kepalanya.
“ART kita ke mana?” tanya Adam memegangi lengan Arum. Dia khawatir Arum akan pingsan.
Arum melebarkan mata. Dia lupa kalau Adam tidak tahu Gauri sering diperintah untuk menggantikan semua tugas ART.
“Mmm, mereka mudik.” Arum mencari alasan. Dia mencoba tersenyum dengan tulus.
“Mudik semua?” tanya Adam menaikkan salah satu alis.
Arum mengangguk. Dia harus mengalihkan perhatian Adam.
“Kamu sudah makan? Kita belum ada ma—”
Ucapan Arum terpotong oleh suara pintu kamar Gauri yang dibuka. Gauri berjalan melewati mereka tanpa menoleh.
Dia mengibaskan rambut panjangnya dan melangkah ke pintu utama. Wanita berusia 20 tahun itu juga sudah mengganti pakaian dengan piyama seksi berwarna merah marun.
Adam spontan mengikutinya. Dia menahan tangan Gauri ketika jaraknya menipis.
“Kamu mau ke mana dengan pakaian seperti itu?” tanya Adam menatap mata cokelat Gauri.
Jantung Adam memompa darah dengan ritme yang tidak terkendali. Gauri tidak pernah berpakaian seperti ini.
“Ada kurir di depan pagar. Aku harus menemuinya,” jawab Gauri datar. Dia menunjukkan layar ponselnya pada Adam.
Adam melihat layar ponsel Gauri yang menyala. Dia melihat ruang obrolan Gauri dengan kurir pria.
“Mama bilang di meja makan tidak ada makanan, jadi aku pesan daring,” tambah Gauri melirik Arum. Arum mengepalkan tangan, menahan emosi yang mulai meluap.
Gauri membenarkan rambut yang ada di wajah. Berpura-pura tidak melihat Arum..
Adam merebut ponsel Gauri dengan tatapan berapi. “Biar aku saja yang ambil!”
Pria yang masih mengenakan jas kerjanya itu berlalu. Langkahnya lebar.
“Dari mana kamu dapat uang untuk beli makanan?” Arum menarik siku Gauri.
Di mata Arum, Gauri hanya menantu yang bekerja sebagai babu tanpa upah. Sama seperti Adam, dia tidak tahu kalau selama ini Gauri bekerja.
“Kamu tidak mencuri barang yang ada di rumah ini lalu menjualnya, kan? Saya bisa laporkan kamu ke polisi!” tuduh Arum memelotot.
Gauri menyentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Arum. “Tidak mungkin, Nyonya.”
Tak percaya dengan jawaban Gauri, Arum memindai penampilan Gauri.
“Atau kamu menjual diri?” tuduhnya lagi.
Sebelum Gauri sempat menimpali mertuanya, Adam kembali dengan membawa satu kantong kertas. Dia menyerahkan kantong itu pada Gauri di tangan kanan dan ponsel di tangan kiri.
Gauri diam sejenak, membiarkan tangan Adam menggantung di udara. Saat tatapan mata mereka bertemu, Gauri mengulas senyum indah.
“Terima kasih,” ucap Gauri mengambil ponsel tersebut.
“Ini?” Adam mengangkat tangan kanannya lebih tinggi.
Gauri menatap mata tajam Adam. Rahang pria itu mengeras.
“Itu punya Mas Adam dan Mama. Aku sudah makan. Aku ke kamar dulu.” Gauri melambaikan tangan dan pergi meninggalkan mereka.
Saat Gauri tidak terlihat, Arum mengambil kantong kertas tersebut dari tangan Adam.
“Biar Mama siapin, kamu mandi saja dulu,” ujar Arum.
Adam mengangguk. Dia melangkah masuk ke kamarnya.
Setelah masuk ke kamar, Adam melepas dasi dan pakaiannya. Memperlihatkan dada bidang dan otot punggung yang mempesona.
‘Ada sesuatu yang aneh dengan Gauri sejak dia minta berpisah.’ Adam membatin.
Matahari tepat berada di atas kepala saat Gauri berada di XLaundry, tempat kerjanya.“Aku perhatikan mobil itu sejak tadi ada di situ.” Revi membuka obrolan sambil menunjuk sebuah mobil sedan hitam.“Di sana memang area parkir ruko, kan?” tanya Gauri memicingkan mata ke arah yang ditunjuk oleh rekan kerjanya.“Lihat baik-baik, Gauri!” pinta Revi. “Mobil itu terlihat sangat mahal. Aku sering melihatnya di drama Korea dan biasa dipakai oleh orang-orang kaya.”Gauri akhirnya kembali menoleh dan memerhatikan mobil itu lebih detail.Mobil paling bagus yang pernah parkir di area ruko adalah Mitsubishi Pajero. Mobil yang biasa dibawa oleh pasangan suami istri China pemilik Restoran Tiongkok. Restoran itu memang paling ramai dibanding usaha lain.Maserati GranTurismo jelas terlalu mewah untuk berada di sini. Warna hitamnya jauh lebih mengilap daripada yang lain. Bukan hanya Revi dan Gauri yang menjadikan mobill itu pusat perhatian, tapi beberapa penghuni ruko juga begitu.“Kalau kamu penasara
“Ada tamu, Bu. Dia ingin bertemu dengan Pak Adam,” ucap Andri, satpam rumah Adam, melalui telepon saat Gauri berada di dapur. Keluarga Harraz baru saja selesai makan siang.Gauri mengernyit. “Oke, terima kasih, Pak.”Tanpa menunggu lebih lama, Gauri mengelap tangan dan melepas apron. Dia melangkah menuju pintu utama.Tok! Tok! Tok!Gauri segera membuka pintu tersebut.Detak jantungnya seakan berhenti saat melihat siapa yang datang. Sosok yang menjadi pusat rasa cemburu kini berdiri di hadapannya.“Pak Adam ada?” tanya Amora memainkan ujung rambut panjangnya.Siang itu penampilan Amora dan Gauri sangat berbanding terbalik, bagai tuan putri dan upik abu. Pakaian bermerek yang dikenakan Amora begitu mencolok dibanding dengan kaus rumahan yang dipakai Gauri.Namun, tetap saja pesona Gauri tidak terkalahkan. Dia masih terlihat cantik dan menawan tanpa perlu bantuan pakaian merek mewah seperti Amora.“Mas Adam tidak pernah menerima rekan kerja saat akhir pekan di rumah,” sergah Gauri member
“Hamil?” tanya Arum memastikan.Sesaat setelah Amora meminta Adam untuk bercerai, Gauri pergi menjauh dari kamar Adam. Dia sempat pergi ke kamarnya untuk menumpahkan seluruh air mata dan amarahnya.Namun, Gauri tidak bisa terus mengurung diri di kamar. Dia ingin mendengar keputusan Adam secara langsung. Sekalipun dia tidak bisa menyembunyikan mata bengkaknya.Amora mengangguk. Wanita itu tak segan menggenggam tangan Adam yang duduk di sebelahnya saat mereka ada di ruang tamu.“Aku akan kasih Mama cucu pertama,” ujar Amora percaya diri.Gauri melirik tautan tangan mereka yang terlihat jelas dari posisi duduknya. Amora sangat mahir menuang minyak dalam api cemburu yang membakar hati Gauri.Bahkan, Adam tak berusaha menghindar. Bahasa tubuh yang diartikan Gauri sebagai persetujuan Adam atas ide Amora.“Itu berita baik, Amora! Mama sudah lama ingin menimang cucu,” sahut Arum. Dia menatap Amora dengan penuh harap.“Bukannya terakhir kali Mama bilang kalau keponakan Adam yang masih berusia
“Berapa yang harus aku bayar?” tanya Gauri memberanikan diri menatap mata Adam. Gauri tidak yakin dia bisa membayar itu atau tidak. Nilainya pasti besar, mengingat Adam adalah pebisnis yang pandai melihat celah. Pria itu tidak mungkin melepaskan lawan tanpa menghancurkannya. Dalam surat yang legal, Gauri adalah istri sah Adam. Namun, hal itu tidak lantas menjadikan Gauri berdiri di belakang barisan Adam. Terpaksa menikah, tidur di kamar yang terpisah, dijadikan babu, dan tidak dinafkahi bukanlah perlakuan yang seharusnya diterima jika memang Adam menganggap Gauri sebagai orangnya. Jari lentik Gauri bergerak seperti orang yang sedang menghitung dalam gerakan samar. Gaji yang tidak seberapa dari bekerja sebagai penatu selalu Gauri tabung. Uang yang Gauri gunakan untuk mendaftar kuliah juga sudah dikembalikan oleh pihak kampus atas permintaan Ezra dan Thomas. ‘Apa benar tabunganku tidak akan cukup seperti kata Adam?’ Gauri bertanya dalam hati sambil menarik napas panjang. Ad
“Kamu harus menandatangani surat perceraian itu setelah aku mendapatkan uangnya, Mas,” pinta Gauri sambil meremas kedua telapak tangannya.“Tentu, aku tidak perlu menahan kucing liar yang ingin kembali ke jalanan. Sekarang silakan keluar!” Adam menunjuk pintu dengan dagunya.Kesal karena Adam mempersulitnya, Gauri berbalik badan dan keluar dari ruang kerja suaminya. Tak lupa, Gauri juga sengaja menutup pintu keras. Dua pintu, satu di ruang kerja dan satu di kamar Adam.Gauri melangkahkan kakinya keluar rumah. Dia harus menemui Amelia. Walaupun masih terasa sungkan, harus Gauri akui bahwa kali ini dia membutuhkan bantuan Thomas.Saat Gauri berjalan melewati ruang tamu, Amora dan Arum yang sejak tadi masih berbincang mendadak menutup mulut mereka.“Sudah ingin pergi?” tanya Amora menaikkan kedua alisnya. Bibirnya tersenyum miring.Gauri mendengar itu, tapi memilih untuk mengabaikannya dan tetap berlalu. Dia justru merasa beruntung karena kali ini Arum tidak menahannya. Terima kasih kepa
“Apa Kakek marah?” tanya Gauri yang sudah duduk di kursi bagian belakang mobil.Amelia dan Santo, sopir Gauri, duduk di kursi depan.Mobil melaju dalam kecepatan sedang membelah aspal jalan tol yang cukup ramai menjelang jam pulang kerja.Sesaat setelah 200 juta berhasil ditransfer ke rekening Gauri, Thomas menelepon dan memintanya untuk datang ke rumah.Gauri tentu saja gugup.“Semoga tidak, Nona,” sahut Amelia datar.Nyatanya, jawaban Amelia sama sekali tidak membantu meredakan kecemasan Gauri. Dia justru semakin gugup.Sore ini akan jadi pertemuan kedua Gauri dengan Thomas. Dan, pertama kali Gauri mendatangi kediaman Thomas.“Kita hampir sampai,” ujar Amelia ketika sebuah gerbang besar berhadapan dengan mobil mereka.Gerbang itu terbuka otomatis setelah mengenali mobil yang ditumpangi Gauri.Mobil melaju pelan saat melewati halaman rumah yang dipenuhi dengan pohon pinus.Gauri menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Rumah bergaya Eropa yang berdiri gagah di depan sana m
“Syarat apa, Kek?” tanya Gauri semakin menegakkan punggung.Gauri sedikit merasa bersyukur karena dia tidak perlu menjelaskan kondisi rumah tangganya pada Thomas.Walaupun Gauri menginginkan perpisahan dengan Adam, bukan berarti Gauri juga ingin Adam hancur. Thomas pasti akan melakukan sesuatu.Menyakiti hati satu-satunya keluarga Thomas berarti sama saja menghina Keluarga Uno. Efeknya tidak akan biasa-biasa saja.“Sebelumnya saya akan bertanya, apa setelah datang ke rumah ini kamu masih belum ingin tinggal di sini?” Thomas mengangkat kedua alisnya dan memajukkan tubuhnya.“Belum.” Gauri menggunakan suara lembut dengan nada sesopan mungkin supaya tidak menyinggung Thomas.“Kalau begitu, kamu harus sering mengunjungi saya, minimal seminggu dua kali. Itu syarat dari saya,” ucap Thomas dengan tegas.Thomas mengulurkan tangannya ke arah Bergas, seperti meminta sesuatu. Bergas mengeluarkan sebuah dompet berwarna hitam dan memberikannya pada Thomas.Kini giliran Gauri yang mengangkat kedua
“Apakah kamu bisa mencarikan tempat tinggal yang baru untuk aku malam ini juga, Amelia?” tanya Gauri pada Amelia setelah mobil mereka keluar dari gerbang rumah Thomas.Setelah menemukan kesempatan untuk keluar dari rumah Keluarga Harraz dan membayar biaya penalti, Gauri tidak ingin kembali lagi.Pergi dengan tangan kosong bukan masalah untuk Gauri. Dia pun masuk ke rumah itu dengan tidak membawa apa-apa.Gauri tidak perlu tetap berada di rumah itu hanya untuk menunggu Adam menandatangani surat perceraian.Amora pasti akan sering datang ke rumah Adam. Gauri tidak ingin menyakiti hatinya sendiri dengan bersikap bodoh.Mengingat nama Amora, hati Gauri mendadak terasa sesak. Padahal Gauri sudah mencoba mengabaikannya.Gauri memukul pelan dadanya untuk meredakan sesak. Amelia dan Santo spontan melirik Gauri dari kaca spion tengah.“Saya bisa carikan tempat tinggal untuk Nona.” Amelia menjawab pertanyaan Gauri sebelumnya dan mengeluarkan ponsel. “Nona baik-baik saja?” tanyanya.“Apa Nona pe