Share

5. Stalker di Sekitar Gauri

Matahari tepat berada di atas kepala saat Gauri berada di XLaundry, tempat kerjanya.

“Aku perhatikan mobil itu sejak tadi ada di situ.” Revi membuka obrolan sambil menunjuk sebuah mobil sedan hitam.

“Di sana memang area parkir ruko, kan?” tanya Gauri memicingkan mata ke arah yang ditunjuk oleh rekan kerjanya.

“Lihat baik-baik, Gauri!” pinta Revi. “Mobil itu terlihat sangat mahal. Aku sering melihatnya di drama Korea dan biasa dipakai oleh orang-orang kaya.”

Gauri akhirnya kembali menoleh dan memerhatikan mobil itu lebih detail.

Mobil paling bagus yang pernah parkir di area ruko adalah Mitsubishi Pajero. Mobil yang biasa dibawa oleh pasangan suami istri China pemilik Restoran Tiongkok. Restoran itu memang paling ramai dibanding usaha lain.

Maserati GranTurismo jelas terlalu mewah untuk berada di sini. Warna hitamnya jauh lebih mengilap daripada yang lain. Bukan hanya Revi dan Gauri yang menjadikan mobill itu pusat perhatian, tapi beberapa penghuni ruko juga begitu.

“Kalau kamu penasaran, mau aku tanyakan langsung?” Gauri membual penuh canda.

Revi tertawa. “Oh, tidak perlu! Kita perhatikan saja dari sini, siapa pemilik mobil itu sebenarnya.”

Gauri hanya menggeleng sambil tersenyum. Sejak kedatangan Revi beberapa bulan lalu, hari-hari Gauri di XLaundry lebih berwarna berkat kepribadiannya yang riang.

Saat Gauri sedang memeriksa data pelanggan yang akan datang mengambil pakaian, pendengarannya menajam saat penyiar televisi menyebut nama Adam Harraz. Dia menoleh ke arah televisi.

“Konglomerat Adam Harraz, yang juga dikenal sebagai CEO Harraz Mall, kembali menunjukkan kepeduliannya dengan menjadi donatur utama dalam acara penggalangan dana yang diselenggarakan oleh Heal the Hearts Club,” ujar si penyiar wanita.

Televisi mulai menampilkan Adam saat acara pesta donasi beberapa waktu lalu. Napas Gauri tertahan, dia kembali teringat kejadian yang menyayat hatinya di sana.

“Sampai sekarang, aku masih penasaran siapa wanita beruntung yang menjadi istri Adam Harraz. Dia cukup pandai menyembunyikan masalah pribadinya sampai media tidak bisa mengendus sama sekali.” Revi berkomentar.

Hanya kalangan atas yang hadir di pesta donasi yang pernah melihat Gauri sebagai istri Adam dan mereka tidak bergosip. Seperti kata Ezra, keluarga Adam memang tertutup.

Ada rasa gemetar yang menjalar dari ujung jari hingga ke seluruh tubuh Gauri. “Jangan terlalu yakin, wanita itu belum tentu beruntung,” sahutnya.

Revi mengangkat kedua bahu dan tidak bicara apa-apa lagi. Sementara Gauri kembali fokus pada pekerjaan, berharap hal itu bisa menetralkan emosinya.

Tiba-tiba sebuah ingatan melintas di kepala Gauri setelah melihat berita tentang Adam. Matanya membulat, menatap ke satu arah di depannya. Mobil itu masih ada di sana.

‘Astaga! Jangan-jangan…’ batin Gauri.

Wanita cantik itu melangkah pergi keluar tanpa berpamitan.

“Gauri, mau ke mana?” tanya Revi berteriak. Namun, Gauri mengabaikannya.

Gauri terus melangkah lebar menuju mobil Maserati GranTurismo yang tadi sempat menjadi perbincangannya dengan Revi. Jantungnya berdebar kencang, seolah akan keluar dari dada.

Tok! Tok! Tok!

Gauri mengetuk jendela mobil yang dilapisi dengan kaca film itu setelah memeriksa plat nomornya. Dia menarik napas dalam.

Si pengemudi mobil segera keluar. Pria bertubuh tegap yang dibalut kemeja dan kacamata hitam itu kini berdiri di hadapan Gauri. Dia membuka kacamata dan menatap Gauri.

“Apa yang Mas Adam lakukan di sini?” tanya Gauri menautkan alisnya.

Gauri melupakan satu fakta dan kebiasaan Adam. Saat ingin menyetir sendiri, Adam selalu menggunakan mobil ini. Berbeda dengan yang biasa dia pakai saat disetiri Denny.

“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Sejak kapan, Gauri?” tanya Adam menyugar rambutnya. “Kamu masih bekerja sebagai penatu?”

Hari ini, Adam sengaja meluangkan waktu untuk mengikuti Gauri karena mencium sesuatu yang aneh dari istrinya. Rasa penasarannya belum puas hanya dengan melihat Gauri dari jauh.

Banyak pertanyaan terus berputar di dalam benak Adam. Dan, dia harus mencari tahu jawabannya.

Gauri bersumpah, dia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Dia menggenggam tangannya yang mulai dingin.

“Kamu tidak menjawab pertanyaanku, Mas. Lagipula apa yang salah dengan bekerja?” tanya Gauri ragu-ragu. Adam sangat mengintimidasi.

“Itu pekerjaan hina!” geram Adam pelan. Otot-otot di tangannya semakin terlihat kala dia mengepalkan tangan.

Mereka sedang berada di tempat umum. Adam tidak ingin menjadi tontonan karena meningkatkan volume suaranya.

Gauri menarik napas beberapa kali sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk menatap mata Adam yang menyalang tajam. Ada nyeri dalam dada Gauri karena mata itu tidak pernah menatapnya dengan hangat.

“Pekerjaan hina ini yang membantuku melewati masa sulit karena menjadi istrimu,” sahut Gauri. Bibir ranumnya mengeluarkan kata dengan lancar, tapi tangannya tidak berhenti gemetar.

“Jangan bicara sembarangan! Banyak wanita yang ingin berada di posisimu, Gauri,” ucap Adam sombong.

“Kalau begitu, cepat akhiri pernikahan ini supaya wanita itu bisa menjadi istrimu.” Gauri menantang, berpura-pura tidak terintimidasi dengan Adam.

Adam mengernyit tak suka. “Jangan bersikap liar seperti ini.”

Gauri terkekeh.

“Pikirkanlah, Mas. Aku tidak mungkin mengajukan permintaan itu jika bukan karena kamu.”

Gauri melangkahkan kaki, meninggalkan Adam yang terpaku di tempatnya.

Kerutan di dahi Adam semakin dalam.

Adam kesal. "Apa maksudnya?! Apa yang kulakukan?!" 

Adam mengepalkan tangan dengan kuat hingga kukunya hampir melukai telapak tangannya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status