Meskipun Liam barusan berdiri di luar pintu, tapi fasilitas pengedap suara di ruangan itu terlalu bagus!Karena itu, dia tidak mendengar apa pun!Dylan mengatakan sesuatu yang tidak bisa dia mengerti, lalu pergi. Bagaimana mungkin dia tidak penasaran?Lydia mengatupkan bibirnya. Tatapannya sedikit bergetar dan dia menunduk. “Nggak apa-apa, Kak. Berapa lama lagi kita sampai di rumah?”“Dua atau tiga hari.”Liam mengerutkan kening. Sebaiknya benar-benar tidak ada apa-apa. Kalau tidak, dia tidak akan memaafkan Dylan!Tiger yang berada dalam pelukan Lydia menjulurkan kepalanya dengan manis, lalu berkata dengan suara lembut, “Papa sudah pergi. Papa sedih sekali ....”Liam keheranan mendengarnya.Lydia berkata, “Papa .... Maksudmu Dylan?”Harimau menghela napas dengan acuh tak acuh.“Mama menolak Papa. Dia sedih sekali.”Liam berjalan dua langkah dan meraih leher Tiger.“Apa-apaan kamu? Bukankah kamu sangat membencinya? Dasar pengkhianat!”Tiger memberontak dengan keempat kakinya dan mendeng
Setelah menutup telepon, Liam memandang Dylan dengan tidak ramah.“Apa yang kamu lakukan di sini? Nggak ada yang bisa membantumu sekarang.”Sebelumnya, Dylan mengandalkan fakta bahwa banyak pengawal yang membantunya, jadi setiap kali Liam tidak mau keluar, dia menyuruh pengawal-pengawalnya itu untuk mengangkat Liam keluar. Perbuatannya itu sangat menindas, mempermalukan dan menghina orang lain!Dylan berkata dengan ekpsresi muram, “Aku punya teman seorang psikiater. Aku akan menghubunginya.”Psikiater yang direkomendasikan Dylan pasti sangat hebat.Namun, Liam langsung menolak.“Nggak perlu, kakakku sudah menyiapkannya. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal ini.” Dylan ingin mengatakan hal lain, tapi Kenny juga setuju dengan Liam dan menolak Dylan dengan sopan.Bagaimanapun juga, seseorang pasti akan mengungkapkan semua privasi dan kelemahannya pada psikiater, dan Lydia pasti tidak ingin kelemahannya diketahui oleh Dylan.Di tengah malam, Liam sedang beristirahat di sofa di luar kamar
Akun ini dari awal memang menjadi populer bukan hanya karena pria yang bernama Dilap itu sangat misterius dan kaya, tapi karena pria itu juga sangat tampan, yang membuat ribuan gadis terpesona.Yang paling penting adalah, akun ini tidak akan pernah memalsukan foto-fotonya. Proses pengambilan gambarnya sangat menegangkan, tapi pengambilan gambarnya nyata dan akan selalu mengagetkan!Sudah hampir sebulan Dilap tidak meng-update akunnya. Ketika semua orang sedang mengkhawatirkan keselamatannya, dia tiba-tiba mengunggah karya terbarunya.Hanya dalam beberapa menit, karya baru itu menimbulkan sensasi yang luar biasa.Bukan hanya karena suku pedalaman yang muncul di pulau Atlantik dalam karya tersebut, tetapi yang lebih penting adalah, Lydia juga pergi berpetualangan bersama Dilap.Lydia yang seharusnya tewas dalam kecelakaan pesawat, ternyata masih hidup!Wanita itu memang tidak banyak muncul dalam karya tersebut, tapi bagian paling seru penyuntingan video tersebut adalah malam hari ketika
Lydia mengerutkan keningnya sedikit saat mendengar suara di luar. “Sepertinya itu suara Gabrielle ....”Liam berkata dengan ragu, “Masa, sih?”Dia berdiri dan keluar, dan ketika kembali, dia masuk bersama Gabrielle, Bella dan Thomas.Mata mereka berkaca-kaca. Gabrielle bergegas berlari ke arah Lydia begitu melihatnya, “Lydia ....”Bella juga hendak menghampiri Lydia, tapi Liam menyambar bajunya.“Satu-satu. Jangan sampai menyentuh luka adikku!”Bella segera mengurungkan niatnya, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran di matanya.“Kamu terluka?” Lydia menepuk punggung Gabrielle dan menatap Bella sambil tersenyum.“Nggak apa-apa, aku sudah hampir sembuh!”Thomas terlihat tertekan. Dia terlihat lebih kurus dan tidak bertenaga, bahkan kumis dan janggutnya juga sudah beberapa hari tidak dicukur.Melihat Lydia baik-baik saja, dia setengah berlutut di depan ranjang Lydia dan mulai menangis ….Gabrielle terisak.Bella kaget.Suasana yang awalnya sedih itu tiba-tiba berubah dalam sek
Hanya dalam beberapa hari, komentar di internet menjadi semakin ganas, dan jumlah tontonan serta komentar meningkat dengan sangat cepat.Lydia sudah hampir sembuh dan bersiap untuk keluar dari rumah sakit. Meskipun dia sudah menyamar sebaik mungkin, dia masih dikenali begitu keluar.Mikrofon dan reporter yang tak terhitung jumlahnya datang mengerumuninya.“Bu Lydia, katanya Ibu telah mengalami begitu banyak hal itu. Apa itu semua benar?”“Bu Lydia, setelah selamat dari kejadian itu, apa ada yang ingin Ibu katakan?”“Apakah menurut Ibu kecelakaan itu hanyalah sebuah kecelakaan?”“Apa hubunganmu dengan Dilap semakin dekat?”***Banyak wartawan memblokir pintu dan terus memotretnya.Para pengawal membentuk lingkaran perlindungan di sekeliling mereka, menjaga Lydia dan Liam tetap di tengah.Banyak sekali orang yang datang, dan Liam jadi sedikit tidak sabar menghadapi begitu banyak reporter. Namun, karena sudah lama hidup dalam sorotan, dia tahu bahwa orang-orang ini tidak akan mudah menyer
Tony mengikuti di belakang sambil membawa kopernya. Melihat Dylan yang terlihat kesepian dan dingin, dia mengikuti dengan hati-hati dan mengingatkan pria itu, “Pak, ponselnya Radit ….”Radit, si sopir, yang mengikuti di belakang memandangi ponselnya yang bernilai beberapa juta itu dengan ketakutan. Ponsel itu hampir hancur di tangan Dylan.Lydia tahu nomor Tony, jadi Dylan mencari nomor yang tidak diketahui wanita itu untuk menelepon.Bagaimanapun juga, dia telah menyelamatkan wanita itu. Hubungan di antara mereka tidak seharusnya seperti ini sekarang.Namun, siapa sangka, saat mendengar namanya, Lydia langsung menutup telepon tanpa ragu!Dylan menghapus nomor Lydia dengan ekspresi dingin dan melemparkan ponsel itu ke Tony. Seluruh tubuhnya seolah diselimuti dengan tulisan “orang yang tidak dikenal dilarang mengganggu”.Tony mengembalikan ponsel itu ke Radit dan segera menyusulnya.“Pak, malam ini restoran sekaligus pameran seni pelukis terkenal Pak Willy akan dibuka untuk uji coba. Ba
Tubuh Lydia seketika langsung menegang. Dia tidak bisa menghindari pria itu lagi.Dylan sudah melangkah ke depannya.Dia mengeluarkan foto yang dibawanya dari sakunya, menyipitkan matanya sedikit, dan menatap lukisan cat minyak di dinding dengan saksama.Sama persis.Wajahnya menjadi pucat. “Bagaimana mungkin ....”Pak Willy melirik foto yang dipegang Dylan dan berkata dengan santai, “Oh, kamu yang mengambil fotonya?”Ekspresi di wajah Dylan tampak serius. Dia melirik ke arah Lydia, tapi wanita itu sengaja tidak menatapnya.Lydia memakai riasan wajah yang tipis, gaun panjangnya yang berwarna merah jambu itu membuat lekuk tubuhnya tampak indah. Dia jadi terkesan tidak sedingin biasanya dan menjadi lebih lembut, membuat orang tidak bisa mengalihkan pandangan mereka.Ekspresi di wajah Dylan sedikit muram.“Pak Willy, foto ini ....”“Aku yang mengambil fotonya. Saat gadis ini menyelamatkanmu, aku sedang minum kopi di seberang jalan. Ini karyaku yang paling kusukai. Kamu menginginkannya?”P
Dilap tanpa sadar mundur selangkah. Nyalinya tetap saja kecil.Namun, dia memberanikan diri dan menghadapi Dylan.“Dia ... dia sendiri mau dipanggil begitu. Om Dylan, Om nggak boleh memisahkan dua orang yang saling mencintai, dong.”Dylan mengangkat seluruh tubuh Dilap dan menyandarkannya ke dinding. Kulit kepala Dilap sampai mati rasa, dan punggungnya sakit sekali.Sebagai seorang petualang, dia memiliki fisik yang jauh lebih baik dan kuat daripada orang biasa. Namun, dalam menghadapi Dylan, dia hanyalah orang lemah yang tidak memiliki kekuatan!Martabatnya seolah diinjak-injak oleh Dylan!Dylan menatap Dilap dengan dingin, tanpa memedulikan bahwa pria itu masih keluarganya. Tindakannya tegas dan tanpa ampun.“Dilap, kalau kamu mau mati, katakan saja dan aku akan mengirimmu ke ….”Tony melangkah maju dengan cepat dan berkata, “Pak Dylan, semuanya bisa dibicarakan baik-baik. Den Dilap juga hanya bercanda. Bu Lydia mana mungkin menyukainya?”Dilap merasa sangat tersinggung mendengarnya.
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Lydia merasa tidak seharusnya dia menerima berlian begitu saja. Lydia berencana untuk memberikan kejutan yang lebih besar untuk ulang tahun Mike nanti.Di dalam mobil, Ruben dan sopir duduk di depan, sedangkan Lydia dan Dylan duduk di belakang. Dylan duduk dengan mata tertutup, tampak dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Lydia memberikan sedikit jeda, tiba-tiba dia teringat bahwa Dylan meminta pendapatnya tentang makan malam tadi malam, dan dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun! Lydia memberi isyarat dengan batuk kecil."Sebenarnya koki restoran itu cukup bagus, rasa dan tampilannya sangat baik. Apa pendapatmu?" Dylan mengangkat sedikit alisnya. Wajahnya terlihat sedikit lebih baik."Hmm, yang penting kamu suka." Lydia lega. Dia merasa tidak seharusnya dirinya makan gratis dan membuat Dylan marah. Lydia melihat Ruben di depan."Ruben, gimana menurut kamu?" Ruben menjawab, "Rasanya biasa saja, tampilannya saja bagus. Nggak bikin kenyang."Lydia mengernyitkan
Dylan merasakan pandangannya sedikit gemetar. Diam-diam dia merasa terganggu. Semua persiapan yang telah Dylan buat kini tertinggal oleh seikat berlian dari seorang bocah? Mengapa Charter bisa memiliki anak sepayah itu.Ekspresi Lydia berubah. Bagaimana mungkin Mike menyimpan barang-barang seharga itu, yang seharusnya ada di brankas, dalam kantongnya begitu saja? Lydia tersenyum. Dia tampak bingung dan geli melihat kepolosan Mike."Kamu harus simpan ini kembali, ya. Kakak nggak bisa terima," kata Lydia dengan lembut.Mike tampak kecewa, merengek sambil menarik tangan Lydia."Kakak nggak suka? Aku punya yang lebih besar lagi!" katanya dengan polos.Lydia hanya bisa tersenyum getir. Sulit menjelaskan hal-hal seperti ini kepada seorang anak kecil.Dengan senyum yang dipaksakan, Lydia menerima berlian itu."Aku suka, kok. Tapi Mike jangan kasih yang begini lagi ya nanti."Lydia berencana menyerahkannya kembali kepada Charter. Mike tampak sangat bahagia karena Lydia menerima hadiahnya.
Lydia mengelus rambut Mike yang lembut. Dia tak bisa menolaknya."Tentu saja!"Mata Dylan yang tadinya berbinar, perlahan meredup. Suaranya terasa lebih dingin."Kamu keluar sendiri gini, memangnya Charter tahu?"Mike takut. Dia merapat ke pelukan Lydia.Paman yang menyebalkan itu, bahkan saat sakit pun tetap saja menjengkelkan!Dengan angkuhnya, Dylan mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Charter."Anakmu kabur. Sekarang sama aku dan Lydia."Maksudnya jelas: Segera jemput.Dylan sengaja menyalakan speaker, agar Mike mendengar suara Charter.Charter terdengar datar dan dingin di telepon."Oh begitu? Tolong jaga dia, aku sedang rapat, bye."Telepon terputus.Mereka bertiga terdiam sejenak. Mike menyadari apa yang terjadi. Dia segera memeluk Lydia dengan gembira."Hore! Aku bisa sama kakak cantik!"Wajah Dylan pucat sembari melihat layar ponsel yang sudah mati, napasnya tak karuan.Sudah susah-susah merencanakan kencan, malah berakhir dengan menjaga anak Charter? Sungguh menjengk
Keesokan harinya, Lydia menerima telepon dari Liam."Nielson Group ada masalah. Apa ini berkaitan dengan Dylan?"Lydia sudah menduga Liam pasti akan menyadari sesuatu. Dia sedang berada di luar negeri, berita dari dalam negeri seharusnya belum sampai kepadanya dengan secepat itu.Lydia dengan tenang menjelaskan kepada Liam tentang Preston yang ternyata adalah pelaku di balik semua ini.Liam terdiam lama, suaranya terdengar sangat dingin."Pastikan Ruben selalu melindungi kamu, jangan lengah. Urusan lainnya jangan kamu urusi, kita bicarakan nanti setelah aku kembali."Lydia hanya menjawab "oke".Mereka kemudian membicarakan beberapa hal lain, lalu menutup teleponnya.Lydia mengerahkan seluruh perhatiannya pada proyek kerjasama mereka. Dia pergi ke Julist Group pagi-pagi sekali.Victor yang masih kurang berpengalaman, menghadapi beberapa masalah rumit. Dia belum bisa mengambil keputusan dengan cepat. Lydia menghabiskan sehari penuh bersama Victor, dengan sabar mengajarinya. Tak terasa,
Ketika Bobby sedang duduk sendirian di ruang tamu, wajahnya tampak cemas dan khawatir tentang Dylan, ia tiba-tiba mendengar suara di pintu. Dylan sudah pulang. Dengan penuh semangat, Bobby bergegas menyambutnya."Pak Dylan, sudah pulang? Meski kondisi tubuh Pak Dylan begini, masih saja Pak Dylan kerja keras. Pak Dylan itu orang paling hebat yang pernah saya temui, loh …."Dylan tadi sudah merasa cukup baik setelah berhasil menangani Preston. Saat itu, Dylan menjadi kesal mendengar ucapan Bobby. Pujian yang tak berbobot.Sambil menahan emosi marahnya, Dylan bertanya, "Lydia sudah pulang?""Iya, Pak Dylan. Hari ini kayaknya mood Bu Lydia kurang baik. Sebaiknya Pak Dylan nggak menemuinya dulu, deh. Biar nggak nambah masalah ...."Mata Dylan yang dalam dan penuh arti membuat Bobby merinding. Bobby terbatuk kecil, mencoba memperbaiki suasana."Tadi ikut Bu Lydia ke pesta. Pemandangan kayak gitu biasanya cuma bisa lihat di TV. Tapi saya rasa, sih, pesta tadi kurang oke karena nggak ada Pa