Lydia menaikkan alisnya dan melihatnya keluar dari mobil dengan santai.Dilap berjalan ke depan dan melihat bahwa mobil yang dikendarai Dylan hari ini adalah mobil Cayenne yang sederhana tapi mahal sudah ditabrak parah olehnya.Sebaliknya, Jeep Wrangler miliknya malah tidak terluka sama sekali!Namun, dia masih tidak mengerti. Bagaimana mereka bisa bertabrakan?Hanya saja, dalam situasi seperti ini, dia merasa dia yang terlihat bersalah ….Biasanya, hal semacam ini bisa diselesaikan dengan memberi pihak yang ditabrak dengan sejumlah uang. Namun, karena pihak yang ditabrak adalah Dylan, hal ini jadi tidak mudah diselesaikan!Dylan menatapnya dengan tajam dan berkata dengan nada dingin, “Mau diselesaikan sesuai prosedur normal, atau diselesaikan berdua saja?”Dilap mengerucutkan bibirnya. Memangnya dia masih bisa memilih?“Sesuai prosedur normal.”Dylan tampak acuh tak acuh dan mengeluarkan ponselnya.“Kalau begitu, aku akan menyuruh papamu datang.”Wajah Dilap menegang. Dia segera mengh
Lydia gagal melompat keluar dari mobil. Dia duduk di sana dan memandang ke samping. Matanya sedingin angin dingin di malam itu.Menikah lagi?Benar-benar mustahil!Dia tidak menyukai apa yang dikatakan Dylan barusan, meskipun itu hanya lelucon.Mata Dylan muram, gelap dan mencekam, seolah bisa menyatu dengan langit malam.“Kenapa kamu berbohong padaku? Kamu bilang orang di foto itu bukan kamu? Orang di foto itu jelas-jelas kamu.”Mengapa Lydia tidak mengakuinya?Tidak mau mengakui bahwa dia yang menyelamatkannya?Setelah memastikan bahwa orang yang menyelamatkannya adalah Lydia, dia merasa sangat lega, dan samar-samar merasa senang.Lydia mendengus.“Memangnya kenapa kalau itu aku? Memangnya kenapa kalau kamu mengetahuinya?” Pertanyaan itu membuat Dylan terdiam.Jadi, memangnya kenapa kalau dia tahu?Ekspresi di wajah Dylan seketika membeku. Bibrinya terkatup rapat membentuk garis lurus.Dia, yang biasanya selalu tenang, seperti tidak bisa menahan diri lagi.Lydia tersenyum lembut, me
Dylan berjalan ke konter. Wajah tampannya dengan cepat menjadi pusat perhatian. Pelayan di belakang konter tersipu dan merekomendasikan film romantis dan lucu kepadanya.Tanpa ragu-ragu, dia memilih film yang akan mulai dalam waktu terdekat.Dia menoleh ke samping dan melihat ada pasangan muda di sebelahnya yang memegang seember besar popcorn dan Coca Cola, dan dia pun mengeryit.Lydia memainkan ponselnya dengan bosan, sambil menumpukan dagunya di tangan.Dia melihat Gabrielle dan Bella sedang berdiskusi tentang pergi bermain ski dalam group chat. Dia juga ingin ikut bersenang-senang bersama mereka.Namun, kalau mereka tahu bahwa dia dan Dylan pergi menonton film, bola mata mereka mungkin bisa keluar!Ada seorang pemuda yang tampaknya adalah seorang mahasiswa datang menghampirinya dengan wajah memerah. “Halo, apa kamu dari Universitas Amkur? Kamu dari jurusan mana?”Lydia terkejut dan tiba-tiba teringat bahwa Universitas Amkur ada di dekat sini.Namun, ketika ditanyai begitu oleh anak
Dylan memandang Lydia di sebelahnya. Wanita itu menatap layar lebar dengan saksama. Wajahnya terlihat menawan dari samping, hidungnya mancung, dan kulitnya mulus.Wanita itu menonton film itu dengan tenang. Tidak peduli betapa mengejutkannya adegan dan suaranya, dia tidak takut sama sekali. Sebaliknya, dia menikmatinya dengan senang hati dan terkekeh ringan dari waktu ke waktu.Sepertinya, dia meremehkan adegan horor yang tidak mengerikan serta mengolok-olok efek khusus yang terlihat palsu.Dia menganggap semuanya sebagai komedi.Dylan mengepalkan tinjunya erat-erat. Situasi yang dia rencanakan dan persiapkan tidak terjadi. Antisipasi dan penantian yang menyelimuti hatinya menghilang seketika ketika mendengar tawa wanita itu.Dia mengangkat kepalanya dan menonton apa yang disebut film horor itu dengan mata dingin.Dia sangat kesal.Dari awal sampai akhir, Lydia tidak menyentuh popcorn atau Coca Cola itu.Sementara pasangan di depan mereka rasanya mungkin akan duduk di satu kursi kalau
Tatapan Dylan tajam, kejam dan penuh emosi.Itu adalah martabat, sikap acuh tak acuh, dan sikap tenangnya yang memang bawaan dari lahir.Saat dia melepaskan tangan Lydia, kepala pelayan keluarga Agustine kebetulan sampai di hadapan mereka.“Non …. Hei, kenapa Pak Dylan ada di sini juga?”Kepala pelayan itu tampak sangat terkejut, sementara ekspresi di wajah Dylan tetap tenang dan lembut seperti biasanya.Namun, raut muka Lydia tidak terlihat normal. Mukanya agak pucat, seperti sedang marah, tapi sepertinya juga tidak.Hubungan antara kedua orang ini cukup istimewa, sehingga kepala pelayan itu agak waspada.Kepala pelayan itu melihat jas yang dikenakan Lydia di atas bahunya, lalu segera mengeluarkan syal yang sudah dia siapkan dan menyerahkannya pada Lydia dengan hormat.“Non Lydia, Pak Rizal sedang menunggu di rumah dan cemas...”Lydia menarik napas dalam-dalam, mendorong bahu Dylan, dan mundur selangkah.Dia segera melepas jaket Dylan dan melemparkannya ke pria itu, lalu mengambil sya
Lydia berpikir seperti itu dan merasa jauh lebih baik.Ketika hampir jam sebelas malam, dia mandi, memakai masker wajah, dan hendak bersiap-siap untuk tidur.Dia membuka ponselku dan melihat profile picture yang familier muncul di WhatsApp-nya. Foto polos warna hitam. Dylan.Pria itu menulis pesan, “Teman biasa.”Lydia mengerutkan bibirnya dan mencibir.Pria ini baru saja mengancamnya beberapa detik yang lalu, menyuruhnya menjauh dari Dilap. Sekarang, bisa-bisanya pria ini begitu tidak tahu malu dan mengirim pesan padanya?Dia tidak menyimpan nomor pria itu.Ketika rasa kantuk datang menghampirinya, dia pun mematikan ponselnya dan tidur.Dylan melihat ponselnya dengan ekspresi muram dan dingin.Dugaannya benar. Wanita itu pasti ketakutan tadi.Dylan bekerja sepanjang malam, tetapi tidak membuahkan hasil sama sekali. Dia sangat putus asa dan tidak dapat berbuat apa-apa ….Malam itu berlalu dengan sunyi.Hanya saja, ada orang yang bisa tidur nyenyak, ada pula yang begadang semalaman.Har
Today’s Club adalah sebuah klub mewah.Setelah bertemu Shinta, Lydia datang ke sini..Ketika dia tiba, seseorang memimpin jalan dan mengantarnya ke ruangan VIP nomor 8888. Dia membuka pintu dan masuk. Gabrielle dan Bella mengadakan pesta di ruangan itu.Teman-teman dekat lainnya juga hadir, serta banyak model dan artis-artis muda di industri hiburan. Kebanyakan, semuanya adalah laki-laki. Bahkan, Chuck dan Brandon juga ada di sana. Semua orang berdiri dan menyapa Lydia.Lydia tersenyum. Ramai juga.Gabrielle menariknya ke samping, mencondongkan tubuh ke arahnya dan berkata dengan suara rendah.“Banyak pemuda tampan, disiapkan khusus untukmu. Jangan sungkan-sungkan. Pilih mana saja yang kamu suka.”Seluruh tubuh Lydia menegang. Dia memandang Gabrielle dengan ekspresi aneh.“Apa maksudmu?”“Kamu berhasil terhindar dari musibah, jadi tentu saja kamu harus bersenang-senang. Kamu sebelumnya selalu melihat orang-orang pedalaman yang liar itu, pasti tersiksa sekali. Sekarang, saatnya memandan
Lydia memandang Dilap dengan tulus. Tidak ada gunanya mendapatkan hati pria itu.Terlebih lagi, seberapa manisnya pun pria ini mengatakannya, Lydia tahu bahwa pria ini hanya mengincar uangnya. Hal ini membuatnya tidak merasa terbebani.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Dilap mengambil uang itu dan pergi untuk menyelesaikan masalahnya.Mendengar percakapan mereka, Gabrielle dan Bella tidak bisa menahan tawa. Mereka tertawa begitu keras, hingga mereka tidak bisa berdiri tegak.Gabrielle menepuk bahu Lydia dan berkata, “Bos, kamu benar-benar berpotensi menjadi wanita kaya.”Lydia merapikan rambut yang berantakan di sekitar telinganya dan berkata, “Aku memang wanita kaya.”Musik di ruangan itu memekakkan telinga.Orang-orang lain di sekitarnya sedang sibuk sendiri, dan mereka tahu diri sehingga tidak menanyakan detailnya.Lydia terlalu banyak minum dan merasa sedikit pusing. Dia berdiri dan berencana keluar ruangan untuk mencuci muka dan mencari udara segar, untuk menjernihkan pikirannya