Hanya dalam beberapa hari, komentar di internet menjadi semakin ganas, dan jumlah tontonan serta komentar meningkat dengan sangat cepat.Lydia sudah hampir sembuh dan bersiap untuk keluar dari rumah sakit. Meskipun dia sudah menyamar sebaik mungkin, dia masih dikenali begitu keluar.Mikrofon dan reporter yang tak terhitung jumlahnya datang mengerumuninya.“Bu Lydia, katanya Ibu telah mengalami begitu banyak hal itu. Apa itu semua benar?”“Bu Lydia, setelah selamat dari kejadian itu, apa ada yang ingin Ibu katakan?”“Apakah menurut Ibu kecelakaan itu hanyalah sebuah kecelakaan?”“Apa hubunganmu dengan Dilap semakin dekat?”***Banyak wartawan memblokir pintu dan terus memotretnya.Para pengawal membentuk lingkaran perlindungan di sekeliling mereka, menjaga Lydia dan Liam tetap di tengah.Banyak sekali orang yang datang, dan Liam jadi sedikit tidak sabar menghadapi begitu banyak reporter. Namun, karena sudah lama hidup dalam sorotan, dia tahu bahwa orang-orang ini tidak akan mudah menyer
Tony mengikuti di belakang sambil membawa kopernya. Melihat Dylan yang terlihat kesepian dan dingin, dia mengikuti dengan hati-hati dan mengingatkan pria itu, “Pak, ponselnya Radit ….”Radit, si sopir, yang mengikuti di belakang memandangi ponselnya yang bernilai beberapa juta itu dengan ketakutan. Ponsel itu hampir hancur di tangan Dylan.Lydia tahu nomor Tony, jadi Dylan mencari nomor yang tidak diketahui wanita itu untuk menelepon.Bagaimanapun juga, dia telah menyelamatkan wanita itu. Hubungan di antara mereka tidak seharusnya seperti ini sekarang.Namun, siapa sangka, saat mendengar namanya, Lydia langsung menutup telepon tanpa ragu!Dylan menghapus nomor Lydia dengan ekspresi dingin dan melemparkan ponsel itu ke Tony. Seluruh tubuhnya seolah diselimuti dengan tulisan “orang yang tidak dikenal dilarang mengganggu”.Tony mengembalikan ponsel itu ke Radit dan segera menyusulnya.“Pak, malam ini restoran sekaligus pameran seni pelukis terkenal Pak Willy akan dibuka untuk uji coba. Ba
Tubuh Lydia seketika langsung menegang. Dia tidak bisa menghindari pria itu lagi.Dylan sudah melangkah ke depannya.Dia mengeluarkan foto yang dibawanya dari sakunya, menyipitkan matanya sedikit, dan menatap lukisan cat minyak di dinding dengan saksama.Sama persis.Wajahnya menjadi pucat. “Bagaimana mungkin ....”Pak Willy melirik foto yang dipegang Dylan dan berkata dengan santai, “Oh, kamu yang mengambil fotonya?”Ekspresi di wajah Dylan tampak serius. Dia melirik ke arah Lydia, tapi wanita itu sengaja tidak menatapnya.Lydia memakai riasan wajah yang tipis, gaun panjangnya yang berwarna merah jambu itu membuat lekuk tubuhnya tampak indah. Dia jadi terkesan tidak sedingin biasanya dan menjadi lebih lembut, membuat orang tidak bisa mengalihkan pandangan mereka.Ekspresi di wajah Dylan sedikit muram.“Pak Willy, foto ini ....”“Aku yang mengambil fotonya. Saat gadis ini menyelamatkanmu, aku sedang minum kopi di seberang jalan. Ini karyaku yang paling kusukai. Kamu menginginkannya?”P
Dilap tanpa sadar mundur selangkah. Nyalinya tetap saja kecil.Namun, dia memberanikan diri dan menghadapi Dylan.“Dia ... dia sendiri mau dipanggil begitu. Om Dylan, Om nggak boleh memisahkan dua orang yang saling mencintai, dong.”Dylan mengangkat seluruh tubuh Dilap dan menyandarkannya ke dinding. Kulit kepala Dilap sampai mati rasa, dan punggungnya sakit sekali.Sebagai seorang petualang, dia memiliki fisik yang jauh lebih baik dan kuat daripada orang biasa. Namun, dalam menghadapi Dylan, dia hanyalah orang lemah yang tidak memiliki kekuatan!Martabatnya seolah diinjak-injak oleh Dylan!Dylan menatap Dilap dengan dingin, tanpa memedulikan bahwa pria itu masih keluarganya. Tindakannya tegas dan tanpa ampun.“Dilap, kalau kamu mau mati, katakan saja dan aku akan mengirimmu ke ….”Tony melangkah maju dengan cepat dan berkata, “Pak Dylan, semuanya bisa dibicarakan baik-baik. Den Dilap juga hanya bercanda. Bu Lydia mana mungkin menyukainya?”Dilap merasa sangat tersinggung mendengarnya.
Lydia menaikkan alisnya dan melihatnya keluar dari mobil dengan santai.Dilap berjalan ke depan dan melihat bahwa mobil yang dikendarai Dylan hari ini adalah mobil Cayenne yang sederhana tapi mahal sudah ditabrak parah olehnya.Sebaliknya, Jeep Wrangler miliknya malah tidak terluka sama sekali!Namun, dia masih tidak mengerti. Bagaimana mereka bisa bertabrakan?Hanya saja, dalam situasi seperti ini, dia merasa dia yang terlihat bersalah ….Biasanya, hal semacam ini bisa diselesaikan dengan memberi pihak yang ditabrak dengan sejumlah uang. Namun, karena pihak yang ditabrak adalah Dylan, hal ini jadi tidak mudah diselesaikan!Dylan menatapnya dengan tajam dan berkata dengan nada dingin, “Mau diselesaikan sesuai prosedur normal, atau diselesaikan berdua saja?”Dilap mengerucutkan bibirnya. Memangnya dia masih bisa memilih?“Sesuai prosedur normal.”Dylan tampak acuh tak acuh dan mengeluarkan ponselnya.“Kalau begitu, aku akan menyuruh papamu datang.”Wajah Dilap menegang. Dia segera mengh
Lydia gagal melompat keluar dari mobil. Dia duduk di sana dan memandang ke samping. Matanya sedingin angin dingin di malam itu.Menikah lagi?Benar-benar mustahil!Dia tidak menyukai apa yang dikatakan Dylan barusan, meskipun itu hanya lelucon.Mata Dylan muram, gelap dan mencekam, seolah bisa menyatu dengan langit malam.“Kenapa kamu berbohong padaku? Kamu bilang orang di foto itu bukan kamu? Orang di foto itu jelas-jelas kamu.”Mengapa Lydia tidak mengakuinya?Tidak mau mengakui bahwa dia yang menyelamatkannya?Setelah memastikan bahwa orang yang menyelamatkannya adalah Lydia, dia merasa sangat lega, dan samar-samar merasa senang.Lydia mendengus.“Memangnya kenapa kalau itu aku? Memangnya kenapa kalau kamu mengetahuinya?” Pertanyaan itu membuat Dylan terdiam.Jadi, memangnya kenapa kalau dia tahu?Ekspresi di wajah Dylan seketika membeku. Bibrinya terkatup rapat membentuk garis lurus.Dia, yang biasanya selalu tenang, seperti tidak bisa menahan diri lagi.Lydia tersenyum lembut, me
Dylan berjalan ke konter. Wajah tampannya dengan cepat menjadi pusat perhatian. Pelayan di belakang konter tersipu dan merekomendasikan film romantis dan lucu kepadanya.Tanpa ragu-ragu, dia memilih film yang akan mulai dalam waktu terdekat.Dia menoleh ke samping dan melihat ada pasangan muda di sebelahnya yang memegang seember besar popcorn dan Coca Cola, dan dia pun mengeryit.Lydia memainkan ponselnya dengan bosan, sambil menumpukan dagunya di tangan.Dia melihat Gabrielle dan Bella sedang berdiskusi tentang pergi bermain ski dalam group chat. Dia juga ingin ikut bersenang-senang bersama mereka.Namun, kalau mereka tahu bahwa dia dan Dylan pergi menonton film, bola mata mereka mungkin bisa keluar!Ada seorang pemuda yang tampaknya adalah seorang mahasiswa datang menghampirinya dengan wajah memerah. “Halo, apa kamu dari Universitas Amkur? Kamu dari jurusan mana?”Lydia terkejut dan tiba-tiba teringat bahwa Universitas Amkur ada di dekat sini.Namun, ketika ditanyai begitu oleh anak
Dylan memandang Lydia di sebelahnya. Wanita itu menatap layar lebar dengan saksama. Wajahnya terlihat menawan dari samping, hidungnya mancung, dan kulitnya mulus.Wanita itu menonton film itu dengan tenang. Tidak peduli betapa mengejutkannya adegan dan suaranya, dia tidak takut sama sekali. Sebaliknya, dia menikmatinya dengan senang hati dan terkekeh ringan dari waktu ke waktu.Sepertinya, dia meremehkan adegan horor yang tidak mengerikan serta mengolok-olok efek khusus yang terlihat palsu.Dia menganggap semuanya sebagai komedi.Dylan mengepalkan tinjunya erat-erat. Situasi yang dia rencanakan dan persiapkan tidak terjadi. Antisipasi dan penantian yang menyelimuti hatinya menghilang seketika ketika mendengar tawa wanita itu.Dia mengangkat kepalanya dan menonton apa yang disebut film horor itu dengan mata dingin.Dia sangat kesal.Dari awal sampai akhir, Lydia tidak menyentuh popcorn atau Coca Cola itu.Sementara pasangan di depan mereka rasanya mungkin akan duduk di satu kursi kalau