Home / Romansa / Man of Love / Pria Online

Share

Pria Online

Author: nura0484
last update Last Updated: 2024-08-03 09:30:53

“Ngapain sih? Daritadi diajak bicara fokus di laptop aja, lagi deadline? Memang mau ada cerita baru lagi?”

“Bentar! Aku fokus ini dulu.”

Lita menatap malas pada Dara yang masih fokus pada laptopnya, kedatangannya memang tanpa direncanakan sama sekali. Bisa saja memang meminta Dara datang ke tempatnya, tapi sahabatnya bilang tidak bisa kemana-mana dan hasilnya Lita yang mendatangi tempatnya dengan beberapa kemungkinan bertemu Pras.

“Jadi pria yang kita lihat ciuman itu di Bali atasanmu?” Lita menganggukkan kepalanya “Ngakuin kamu sebagai calon istrinya?” Lita kembali menganggukkan kepalanya “Kamu bilang pernah lihat dia depan sini? Tinggal depan sini keluar sama wanita berbeda dan tampak usianya lebih tua, benar?” Lita lagi-lagi menganggukkan kepalanya “Aku nggak pernah lihat penghuni depan.”

Lita mengangkat bahunya “Apa dia cowok panggilan?”

“Kenapa kamu penasaran? Kamu suka sama dia?”

“Ih...ogah! Kamu itu tanya kaya nggak ada cowok lain.” Lita bergidik ngeri membayangkan bersama Pras “Pria kaya gitu pastinya punya penyakit kelamin, melakukan dengan banyak wanita.”

“Jangan sok tahu! Kamu hanya lihat dua wanita. Tapi, memang jangan deh. Kamu sudah nolak?”

“Sudah, mana mau aku sama dia! Dia tetap mau aku terima depan ayahnya, aku juga mulai jaga jarak sama dia. Aku itu ngerasa aneh, tahu nggak? Dia minta aku panggil Rendra yang katanya nama panggilan keluarga atau orang terdekat sedangkan kalau diluar dia dipanggil Pras.” Lita mengatakan tanpa menatap Dara dengan suara pelan.

“Bisa jadi kamu memang special, dia mungkin benar-benar serius sama kamu.”

Mengingat pembicaraan dan interaksi mereka berdua membuat Lita terdiam, tatapannya tertuju pada satu titik tanpa ada niatan mengganggu aktivitas sahabatnya. Lita masih sangat ingat pembicaraan mereka terakhir dengan penolakannya, seharusnya memang tidak ada masalah tapi tetap saja merasa tidak nyaman berada dalam satu ruangan dan sikap Pras yang memang semakin tidak nyaman.

“Mikirin apaan?” suara Dara membuyarkan lamunan Lita “Kamu sudah nolak, buat apa mikir? Apa mikir nama panggilan?”

“Aku nggak nyaman aja,” jawab Lita mengendikkan bahunya.

“Memang dia maksa?” tanya Dara penasaran.

“Nggak tahu bisa dibilang maksa atau nggak, aku sudah bilang sebenarnya sama dia kalau menolak, cuman....” Lita tidak bisa melanjutkan kata-katanya “Aku mau beli sesuatu, mau nitip?”

Dara menatap Lita yang tampak berantakan “Kamu yakin keluar dalam keadaan begini?”

Lita menatap pakaian yang sedang dipakai, tidak ada yang salah dimana dirinya menggunakan piyama pendek dan dirinya hanya turun ke bawah untuk membeli sesuatu. Lita menaikkan alisnya dengan tatapan tanda tanya, Dara hanya mengangkat bahunya tanda tidak peduli dengan keputusan Lita.

“Nanti aku kirim pesan saja, mungkin kopi boleh. Kamu tahu apa kesukaanku, memang kamu mau nginep sini?” Dara membuka suaranya sebelum Lita bertanya tentang apa yang diinginkannya.

“Bagaimana kalau kamu ke tempatku? Disana lebih enak.” Lita menatap Dara yang terdiam seakan berpikir dan tidak lama menggelengkan kepalanya “Aku pikirkan nginap atau gimana.”

Keluar dari tempat Dara menuju supermarket yang ada dibawah, setidaknya disini tidak perlu pusing mencari camilan atau apapun, berbeda dengan tempat tinggalnya yang sangat privacy. Lita hanya menempati tanpa mengeluarkan uang sama sekali, bahkan kakak iparnya membayar jasa bersih untuk apartemennya dan tidak lupa makanan dari cafe yang kemarin dirinya datangi bersama Pras.

Mengambil beberapa camilan, tidak lupa minuman ringan juga ice cream. Menghentikan langkahnya saat melihat Pras bersama dengan wanita yang dilihatnya, lebih tepat wanita yang dilihat depan tempat tinggal Dara, memilih mengambil jarak karena memang tidak mau pria itu melihatnya lagi. Melangkahkan kakinya ke kasir yang lain tanpa melihat kembali mereka berdua, menyelesaikan pembayaran dan langsung mengambil kopi yang sudah dipesannya sebelum belanja.

Langkah kakinya kembali menuju tempat tinggal Dara dan melupakan pemandangan yang tadi dilihatnya, hembusan napas lega saat berada di lift seorang diri tanpa adanya pria itu. Melangkah dengan cepat dan langsung membuka pintu tanpa melihat ke belakang, Lita tidak tahu jika Pras sudah melihat keberadaannya.

“Kenapa?” Dara mengerutkan keningnya.

“Ketemu,” jawab Lita singkat sambil memberikan minuman Dara dan meletakkan belanjaannya di meja “Ngapain?”

“Mau live, ikutan?” Lita langsung menggelengkan kepalanya “Aku kenalan sama cowok, mau temani nggak?”

“Lagi?” Dara menganggukkan kepalanya “Nggak, trauma? Cowok kamu sendiri gimana?”

Dara berdecih, tidak lama kemudian menceritakan tentang pria yang dikenalnya lewat media sosial, aplikasi datting yang membuat Lita kesal. Beberapa kali mereka bertemu dengan pria-pria yang tidak sopan, lebih parahnya ada yang langsung mengajak sex karena dalam otaknya chat begini pastinya tentang sex. Lita bergidik ketika mengingat itu semua, terutama pemandangan yang baru saja dilihatnya.

“Cowok gitu ujung-ujungnya sex, memang kamu nggak kapok? Aku aja malas.” Lita menggelengkan kepalanya.

“Kamu nggak mau gantiin aku?”

Lita mengernyitkan keningnya “Gantiin apa? Ketemu sama dia? Nggak! Cukup aku ketemu cowok nggak benar! Kalau ketahuan sama ketiga akang aku bisa tamat kebebasanku dan kamu sudah tahu gimana mereka.”

“Aku janjian sama dia malam ini, tapi aku ada deadline tulisan.” Dara menatap penuh permohonan.

Lita kembali menggelengkan kepalanya “Nggak! Kamu mundurin atau batalin.”

“Dia cuman bisa sekarang, malam ini.”

“Nggak! Aku kesini menenangkan diri malah kamu buat beginian.” Lita menatap tajam Dara yang langsung menunduk lesu.

“Dia kerja di perusahaan negara, kamu kan pengen punya pasangan yang kerjanya di pemerintahan.” Dara masih berusaha agar Lita membantunya “Kamu lihat fotonya dulu, baru putusin gimananya.”

“Nggak! Aku pulang aja! Kamu malah bikin BT.”

“Masa kamu nggak mau bantuin aku?”

“Dara sayangku, cintaku dan soulmateku. Aku bukan nggak mau bantu, tapi....aku udah nggak mau berurusan sama pria-pria begitu.”

“Ketemuannya di cafe Kak Naila, jadi kalau dia macam-macam kamu tinggal teriak atau kamu lihat dia gimana dulu baru temuin.”

Lita menghembuskan napas panjang “Aku lihat, kalau nggak ok jangan marah aku pulang.”

Dara langsung menganggukkan kepalanya “Kamu memang teman paling baik.”

Lita tidak mendengarkan kata-kata pujian dari Dara, sekarang yang dilakukannya adalah mengganti pakaian santai dengan make up sederhana. Keperluan Lita juga ada di tempat ini, semua agar memudahkan jika dirinya kelelahan dan memilih tidur disini. Dara juga tidak jauh berbeda, beberapa pakaiannya juga ada di tempatnya.

“Kabarin perkembangannya.” Lita memilih tidak menjawab kata-kata Dara dengan langsung keluar.

Cafe yang Naila miliki tidak jauh dari apartemen yang di tempatinya, menjalankan kendaraan dengan kecepatan normal. Suasana hangat cafe langsung menyambut kedatangannya, cafe yang tidak pernah sepi dengan menu yang beraneka macam. Mengenal beberapa pegawai memudahkan Lita bertanya dan meminta bantuan, tampaknya pria yang janjian dengan Dara belum datang dan bersyukur Lita diberikan tempat yang pas agar bisa melihat bagaimana sikapnya.

“Masih aja ketemu model begini,” ucap Tama yang membuat Lita memutar bola matanya malas.

“Bukan aku, Dara itu.” Lita menolak tuduhan Tama.

“Cowok yang kapan itu suka sama kamu?” Lita mengingat pertemuannya dengan Tama “Waktu kapan itu.”

“Memang kelihatan?” Tama menganggukkan kepalanya “Bukan, atasanku. Kamu ngapain disini?”

“Papa nyuruh belajar disini, aku kadang mikir kalau jadi keturunan dari H&D Group nggak seenak kata orang.” Lita hanya menggelengkan kepalanya “Dia bukan?”

Lita mengikuti arah yang diberikan Tama, menatap pria yang masuk kedalam dan duduk di tempat yang sudah mereka siapkan. Lita mengakui untuk kali ini Dara benar-benar bagus menilai pria, seketika menggelengkan kepalanya apabila tidak sesuai dengan penampilannya dan bukan hal baru.

“Damian?”

Damian mengangkat kepalanya menatap Lita “Dara?” sedikit memastikan yang langsung diangguki Lita “Kamu...beda sama yang di foto, cantik aslinya.”

Lita tertawa mendengarnya “Kamu juga tampan.”

Related chapters

  • Man of Love   Sikap Aneh

    “Lit, mending istirahat dulu sana. Lo belum makan daritadi, kan?”“Nggak papa, mas.” “Jangan, nanti kalau lo tumbang bisa berabe semuanya. Pekerjaan kita masih panjang, jadi kalau ada waktu buat makan buruan lakuin jangan ditunda.”“Belum lapar, mas.” Lita tetap dengan pendiriannya.“Bukan masalah lapar atau nggak, tapi waktu. Kerjasamanya biar berjalan lancar, jangan ngikutin diri sendiri.” Fadil sudah mulai kesal mendenhar jawaban Lita.Malas mendengarkan suara mereka yang meminta dirinya untuk makan padahal belum terlalu merasakan lapar sama sekali, kondisinya saat ini memastikan acara yang mereka buat berjalan dengan lancar. Melibatkan banyak pihak dan menggunakan banyak tenaga untuk interaksi dengan mereka semua yang berada di acara, posisi Lita sendiri adalah asisten Pras yang artinya harus memastikan semua pada tempatnya agar Pras bisa sedikit santai bekerja.“Baru makan?”Lita menganggukkan kepalan

    Last Updated : 2024-08-04
  • Man of Love   Bukti Bermain

    “Kedua orang tua aku tahu kamu sebagai calon istri.” Pras mengatakannya setelah pembicaraan dengan sang mama selesai.“Hanya orang tua mas dan jangan membuat ini kesebar, aku nggak akan diam saja dengan semua yang mas lakukan.” “Maksudmu?” “Aku akan membuka semua wanita itu.”Pras mengangkat sudut bibirnya “Kamu nggak ada bukti.”Lita memaki didalam hati, jelas saja dirinya tidak memiliki bukti. Perbuatan Pras tidak akan membuat Lita mengambil gambar dihadapannya langsung, mengalihkan pandangan kearah samping tanpa ada niatan berbicara kembali dengan Pras yang sudah merusak moodnya dari awal masuk kerja. Harapan Lita bekerja dalam suasana nyaman dan tenang sebelum memulai tesnya di perusahaan besar H&D Group.Pertemuan yang sangat tidak di prediksi, bahkan Pras juga sama terkejutnya dengan dirinya. Kedatangan mamanya membuat Pras mau tidak mau menjawab dengan lagi-lagi mengenalkan Lita sebagai kekasihnya, Pras tidak

    Last Updated : 2024-08-05
  • Man of Love   Berkurang Satu

    “Kita harus mengakhiri hubungan ini.”“Suami sudah tahu?” “Kamu kaya biasa saja hubungan kita berakhir, kamu melakukannya tanpa perasaan? Padahal aku sudah memberikan semuanya.”Pras hanya bisa diam, wanita dengan segala pikirannya yang membuat pusing. Mereka sudah membuat perjanjian jika tidak melibatkan perasaan, sekarang malah bertanya tentang hal itu. Saat melakukannya jelas tidak ada perasaan didalamnya, semua yang Pras lakukan demi kepuasan sang wanita dan imbalan yang didapat.“Kamu benar akan mengakhiri hubungan kita?”“Bukannya kamu yang bilang? Lagian perjanjian kita adalah apabila suami tahu secara otomatis kegiatan kita terhenti, jadi suami sudah tahu dan artinya memang berakhir.”Pras hanya diam menatap wanita dihadapannya, wanita yang pernah menjadi dosennya dan juga yang mendesahkan namanya diatas ranjang. Membayangkan perpisahan mereka seketika satu beban telah terangkat dengan mudah, tidak perlu menc

    Last Updated : 2024-08-06
  • Man of Love   Emosi dalam Proyek

    “Lita kemana?” “Mas Pras belum dikabari? Ada di group sih, dia ijin datang terlambat.” Pras mengeluarkan ponselnya dan mendapati pesan dari Lita yang mengatakan datang terlambat, mengerutkan keningnya membaca pesan Lita. Menarik ingatan di pertemuan terakhirnya di cafe bersama kakaknya yang tidak lain mantan dosennya, hembusan napas panjang dimana tampaknya jalan mendapatkan gadis itu tidak mudah. Pras menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa berpikir tentang gadis tersebut yang hanya diakui sebagai kekasih. Pras tidak mungkin menyukai gadis itu dengan mudah, pembawaan santainya membuat Pras semakin masuk dalam pesonanya. “Mas, laporannya diminta sekarang. Lita sudah kerjain, kan?” suara Andre membuyarkan lamunan Pras “Kenapa lo, mas?” “Nggak papa, Lita udah kerjain nanti gue kirim by email. Konsep acara rumah sakit yang tiga bulan lagi gimana?” Pras mengalihkan perhatian Andre yang mengikuti langkahnya.

    Last Updated : 2024-08-07
  • Man of Love   Penolakan

    “Akhirnya kamu jatuh cinta juga.”“Sialan!” Pras menatap malas pada sahabatnya, Bram. Pertemuan mereka di coffee shop untuk menceritakan apa yang ada dalam pikiran Pras beberapa hari ini, melepaskan semuanya yang terasa menyesakkan dada. Gadis yang sudah merusak dunia Pras yang selama ini baik-baik saja, gadis ini juga yang membuat Pras tidak memiliki gairah berhubungan intim dengan wanita tua.“Dia nolak kamu?” “Ya, dia selalu jaga jarak setiap aku deketin. Dia yang lihat aku ciuman sama Tita pas di Bali dan...nggak penting.” Bram memicingkan matanya “Kamu ada wanita lain? Mau sampai kapan berhenti? Kalau kamu serius sama Lita mending kamu akhiri semuanya.” “Aku sudah berakhir sama Tita,” ucap Pras yang mengejutkan Bram “Nggak usah tahu jelas ceritanya bagaimana.” Pras melanjutkan ketika Bram akan membuka mulutnya.“Jangan bilang waktu mama kamu bilang kamu punya kekasih itu Lita? Kamu sudah melamar di

    Last Updated : 2024-08-08
  • Man of Love   Permintaan Sia-sia

    “Bukannya dia permanen? Aku harus adaptasi lagi? Masa kamu terima kalau cuman sekedar lewat?”“Kamu yang ambil, lagian waktu itu Teguh memang butuh karyawan sementara.” “Terus kenapa kamu tawarin ke aku?” “Kamu yang natap dia tanpa kedip, jadi aku mikirnya ya udah kasih kamu dulu aja dengan harapan siapa tahu dia bisa disini lama, tapi nyatanya tetap sama.” Pras menghela napas kasarnya, marah dengan Cindy jelas tidak mungkin. Mereka semua bekerja sesuai dengan apa yang dikatakan bos besar, perkataannya juga benar tentang Teguh yang membutuhkan sementara, jadi pastinya Lita disiapkan hanya sebentar.“Kamu suka sama dia?” tembak Cindy.Pras memilih tidak menjawab, meninggalkan ruangan Cindy dengan perasaan kesal. Sekarang tidak tahu lagi harus berbuat apa agar Lita tetap bertahan disini, memasuki ruangan dimana timnya sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.“Mas, hasil yang kemarin sudah aku kirim lew

    Last Updated : 2024-08-09
  • Man of Love   Lembur

    “Kamu udah bilang kalau lembur?” “Udah, mas.”Lita sebenarnya tidak perlu bilang jika sedang lembur, tapi karena di rumah kedatangan kakak ketiganya secara otomatis ada acara makan-makan atau pertemuan kecil. Pekerjaannya memang tidak bisa ditinggal kali ini, rekan satu timnya sedang sibuk membuat design acara sedangkan dirinya menghitung pengeluaran yang akan mereka keluarkan nantinya.“Sebenarnya kamu tinggal nggak masalah.”Lita menatap Pras dan langsung menggelengkan kepalanya “Aku udah berkali-kali ikut lembur jadi tenang saja, mas.”Hembusan napas panjang dari Pras dapat didengar Lita, mencoba tidak peduli dengan apa yang ada dalam pikiran Pras. Keberadaan Lita sebenarnya tidak terlalu diperlukan, hanya saja beberapa kesempatan pasti membutuhkan dirinya dan tidak hanya itu Lita bisa belajar banyak hal. Kakak iparnya mengatakan jika dirinya harus banyak belajar di tempat ini, tidak menutup kemungkinan nanti di pekerjaan ba

    Last Updated : 2024-08-10
  • Man of Love   Mantan Teman

    “Telat?” Lita menatap tidak enak pada mereka semua “Maaf, kakak dan kakak ipar tiba-tiba datang jadinya ngobrol panjang. Udah ngapain aja?” “Mas Pras sama Andre lagi pastiin konsepnya. Minum habis itu perbaiki riasan, nanti Mas Pras lihat lo begini bisa marah.” Farah mengatakan sambil berjalan kearah lain.Lita melakukan apa yang dikatakan Farah, Pras memang tidak menyukai jika timnya memiliki penampilan yang berantakan saat bekerja. Hembusan napas lega ketika melihat penampilannya sudah seperti sebelumnya, menatap sekitar barangkali ada yang harus dilakukannya tapi tampaknya mereka semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Membuka laptopnya saat melihat tidak ada yang bisa dibantu dari teman-temannya, mengingat jika memang dirinya akan pergi bertemu dengan temannya yang paham tentang pesta rakyat. Lita sebenarnya sudah berbicara singkat dengan temannya, Malik. Pembicaraan inti saja tidak sampai terlalu dalam, pasalnya Lita sendiri t

    Last Updated : 2024-08-11

Latest chapter

  • Man of Love   Sah

    “Cantik, Pras pasti terpesona.”“Pras atau Rendra sih?” “Pras nama buat teman-temannya, Rendra khusus keluarga.” Lita menjawab Berry yang disampingnya.“Kita manggilnya Pras, Teh.” Laras memberitahu Berry yang menganggukkan kepalanya.“Rombongan pengantin pria sudah datang.” Dona memberitahukan setelah membuka ponselnya.Mendengar informasi jantungnya kembali berdetak kencang, perasaannya sangat tidak menentu. Tepukan di bahu pelan membuyarkan semua pikiran Lita, menatap ketiga kakak iparnya yang tersenyum lebar. Lita hanya bisa membalas dengan senyum lebar, menghilangkan perasaan gugupnya dengan meremas satu sama lain.“Kamu nggak keluar?” tanya Dara yang dijawab Lita dengan gelengan kepalanya.“Nunggu kata sah baru keluar, biar Pras fokus.” Berry memberikan informasi yang diangguki Dara.Ruangan hanya mereka berlima, suara yang mendominasi adalah televisi menampilkan ke

  • Man of Love   Ancaman

    “Kamu tahu kenapa kita ajak ketemuan, kan?” Rendra menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Seno, tatapannya pada ketiga pria yang sedang menatap kearahnya dengan tatapan sama. Rendra sangat tahu apa yang akan mereka bertiga bicarakan, semua pasti berkaitan dengan hubungannya bersama adik mereka yang tidak lain calon istrinya.“Lita nggak tahu kita ketemuan? Kamu nggak kasih tahu, kan?” tanya Hardian yang dijawab Rendra dengan gelengan kepala.“Aku udah bilang kalau dia lembur,” sahut Fandi memutar bola matanya malas “Kamu tahu alasan ini, kan?” “Tahu, Kang.” Rendra menganggukkan kepalanya.“Masih mau lanjut?” tanya Hardian terlebih dahulu.“Mau mundur juga uang udah keluar, jadi apa yakin?” sambung Seno yang diangguki Rendra tanpa ragu “Apa sih yang kamu suka dari Lita? Manja gitu.”“Semua dari Lita, Kang.” Rendra mengatakan tanpa keraguan.“Halah...sekarang aja begini, nanti ka

  • Man of Love   Gemas

    “Sudah yakin? Kamu nggak akan menyesal nantinya? Kamu tahu masa lalu Pras, yakin dia benar berubah? Kalau dia nanti balik lagi gimana? Kamu siap?” Lita menatap tidak percaya mendengar pertanyaan Dara, pertanyaan yang keluar setiap kali membahas tentang Rendra dan sudah dijawabnya berulang kali dengan jawaban yang sama, tapi tampaknya sang sahabat memang tidak ingin dirinya menyesal nantinya.“Pertanyaan kamu sudah aku jawab berulang kali, apa nggak bosan? Aku harus yakin kalau dia berubah, lagian taruhannya besar kalau sampai dia nggak berubah dan asal kamu tahu aku bukan wanita lemah.” Lita menatap malas pada Dara, mengatakan tujuannya datang ke tempat sang sahabat “Aku kesini mau minta bantuan.” “Bantuan apa?” tanya Dara penasaran.“Bantu aku menyiapkan proses pernikahan.” Lita menatap penuh harap kearah Dara.“Memang kapan? Masih lama, kan? Kaya diburu apa aja, kebiasaan semua serba dadakan.” Lita menggelengkan

  • Man of Love   Rencana Pernikahan

    “Akhirnya! Kita akan menjadi keluarga.” “Ya, Pak.”“Masa masih panggil begituan? Bentar lagi jadi keluarga loh.” Rendra menatap tidak enak pada Fandi mendengar nada protes dari Berry yang diangguki lainnya, Fandi sendiri memilih diam tidak menghiraukan kalimat godaan tersebut.“Grogi tadi?” tanya Dona yang duduk disamping Fandi, Rendra memilih menganggukkan kepala sambil tersenyum “Aku dengar mau lanjut kuliah? Kerja di rumah sakit juga jadi staf GA, benar?” “Nggak usah tarik dia.” Seno memberikan peringatan.“Aku hanya tanya, Kang. Nggak ada niat begitu.” Dona mengerucutkan bibirnya.“Aku udah punya perjanjian sama Pras, sayang.” Fandi memberikan informasi yang membuat semua tertarik “Masalah kantor lawyer yang aku buat, aku butuh orang yang bisa dipercaya dan karena hubungan Pras dan Lita akhirnya kepikiran itu.”“Lita panggil Rendra, Fandi panggil Pras. Memang nama yang benar siapa? Kita ma

  • Man of Love   Bersyukur

    “Malah ketawa! Aku itu kesal sama papa dan mama yang malah mau ikut campur rencana lamaran, malah hubungi keluarga besar buat datang ke acara lamaran. Aku udah bilang kalau acaranya sederhana.” Rendra melupakan rasa kesal pada kedua orang tuanya “Mama katanya udah hubungi mama kamu?” Lita menghentikan tawanya sambil menganggukkan kepalanya ketika melihat ekspresi Rendra yang mengerucutkan bibirnya “Papanya mas memang benar, aku tahu kalau mas sedang menahan diri selama sama aku. Makasih, sayang sudah bisa bertahan selama ini. Mama memang hubungi mama aku, mereka bicara banyak hal dan kayaknya bakal berubah dalam lamaran besok.” Lita membelai pipi Rendra pelan dengan tatapan lembut sambil menjelaskan apa yang terjadi “Jadi sekarang sudah yakin melamar? Kang Fandi datang jumat malam, aku langsung ke Bandung sama mereka.”“Jadilah, mama udah booking hotel dekat rumah kamu. Mama bilang karena hanya keluarga jadinya nggak enak kalau nggak buka kamar, pantas bookin

  • Man of Love   Berita Mengejutkan

    “Uang itu uang kamu, mau dipakai apa terserah. Lagian kenapa dulu nggak dipakai? Sekarang terserah mau dipakai buat apa, kami mempersiapkan semua kebutuhan kamu selama kuliah. Papa tahu kalau kamu memang nggak ada minat di kedokteran, tapi bukan berarti kami nggak memberikan kamu uang untuk kuliah. Memang kamu pakai buat apa? Lamaran?.”Rendra menggelengkan kepalanya “Aku mau lanjutin kuliah, pa.”Suasana seketika hening ketika Rendra mengatakan niatnya, melanjutkan kuliah dengan jam kerja yang dirasa sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya. Mengambil jam kuliah malam, sedangkan paginya akan kerja. Lita sudah tahu dan membantunya memilih kampus, awalnya akan kembali ke kampus lamanya tapi kakak kedua Lita yang tidak lain mantan dosennya memberikan saran kampus lain.“Kamu tetap melamar Lita, kan?” tanya Amelia memecah keheningan.Rendra tersenyum mendengar nada suara sang mama khawatir “Ya, ma. Minggu depan kita lamar Lita, kakaknya bisa

  • Man of Love   Mencintaimu

    “Beneran, mas?” Lita memicingkan matanya menatap Rendra yang duduk dihadapannya, informasi yang diberikan menurut penilaiannya adalah lampu hijau, hanya saja Lita tidak percaya begitu saja apa yang dikatakan pria dihadapannya.“Kamu nggak percaya sama aku?” Rendra menatap penuh selidik.“Bukan nggak percaya, mungkin memang nggak percaya.” Lita memutuskan terus terang “Kang Seno ini termasuk sulit dalam percaya sama orang, pastinya Kang Seno sudah tahu mas bagaimana dari Kang Fandi, walaupun nggak akan percaya penuh. Kang Seno beranggapan apa yang dikatakan orang lain adalah informasi berharga dan akan menjadi penilaian sendiri ketika bertemu nantinya.” Rendra mengangguk menyetujui kalimat yang keluar dari Lita, sepanjang mereka berbicara tadi semua yang dikatakan Lita memang benar adanya. Sebenarnya kalimat terakhir bukan sebuah restu, melainkan keseriusan dirinya dengan Lita dan semua rencana masa depan yang sudah dibuat ketika bertemu

  • Man of Love   Sebelum Sah

    “Kesana sama teteh! Akang mau bicara sama pacarmu, urusan pria.”Lita menghentakkan kakinya menatap tajam pada Seno, kakak pertamanya. Kedatangan tiba-tiba ke apartemen ditambah keinginannya bertemu dengan Rendra, setidaknya tidak mengganggu kegiatan walaupun sekarang sedang weekend. Melihat Rendra yang tampak tenang, walaupun Lita tahu jika kekasihnya dalam keadaan tidak baik-baik saja.“Akang jangan aneh-aneh! Aku kasih tahu papa dan mama!” Lita memberikan ancaman.“Siapa lagi? Fandi dan Hardian? Semua akan dukung aku.” Seno mengatakan dengan sangat santai.“Aku nggak papa,” ucap Rendra menenangkan Lita yang langsung mengalihkan pandangannya.“Mas nggak tahu gimana Kang Seno.” Lita mengerucutkan bibirnya.“Mau ke tempat Berry atau nggak restui hubungan kalian?” Lita membelalakkan matanya menatap tajam Seno “Makanya kalau dibilang nurut, nggak aku apa-apain cowok ini.” Lita menghentakkan kakinya melangkah

  • Man of Love   Perjodohan

    “Segar sekali.” Rendra hanya tersenyum mendengar kalimat rekan kerjanya, Danu. Memilih tidak menghiraukan kalimat godaannya dengan fokus pada pekerjaan. Suasana ruangannya seketika hening, semua sibuk pada pekerjaan masing-masing, bahkan mereka tidak menyadari waktu istirahat jika sang bos menegur mereka bertiga.“Kalian itu memang fokus sekali, sampai-sampai istirahat nggak tahu. Makan siang dimana?” Gani menatap mereka bertiga gantian.Rendra membuka ponselnya dimana Lita sedang istirahat dengan teman-temannya, mungkin lebih baik istirahat di kantin atau keluar dari rumah sakit mencari tempat makan yang enak dan murah. “Pras, kamu mau makan dimana?” suara Danu membuyarkan lamunannya “Pak Gani tanya itu.” “Sekitar sini, Pak.” Rendra menjawab tidak enak.“Kita makan siang bareng, gimana?” ajak Gani menatap mereka bertiga.“Pak, saya ajak anak HRD ya? Rina.” Amel membuka suaranya.“Rina yang jo

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status