“Akhirnya kamu jatuh cinta juga.”
“Sialan!”Pras menatap malas pada sahabatnya, Bram. Pertemuan mereka di coffee shop untuk menceritakan apa yang ada dalam pikiran Pras beberapa hari ini, melepaskan semuanya yang terasa menyesakkan dada. Gadis yang sudah merusak dunia Pras yang selama ini baik-baik saja, gadis ini juga yang membuat Pras tidak memiliki gairah berhubungan intim dengan wanita tua.“Dia nolak kamu?”“Ya, dia selalu jaga jarak setiap aku deketin. Dia yang lihat aku ciuman sama Tita pas di Bali dan...nggak penting.”Bram memicingkan matanya “Kamu ada wanita lain? Mau sampai kapan berhenti? Kalau kamu serius sama Lita mending kamu akhiri semuanya.”“Aku sudah berakhir sama Tita,” ucap Pras yang mengejutkan Bram “Nggak usah tahu jelas ceritanya bagaimana.” Pras melanjutkan ketika Bram akan membuka mulutnya.“Jangan bilang waktu mama kamu bilang kamu punya kekasih itu Lita? Kamu sudah melamar di“Bukannya dia permanen? Aku harus adaptasi lagi? Masa kamu terima kalau cuman sekedar lewat?”“Kamu yang ambil, lagian waktu itu Teguh memang butuh karyawan sementara.” “Terus kenapa kamu tawarin ke aku?” “Kamu yang natap dia tanpa kedip, jadi aku mikirnya ya udah kasih kamu dulu aja dengan harapan siapa tahu dia bisa disini lama, tapi nyatanya tetap sama.” Pras menghela napas kasarnya, marah dengan Cindy jelas tidak mungkin. Mereka semua bekerja sesuai dengan apa yang dikatakan bos besar, perkataannya juga benar tentang Teguh yang membutuhkan sementara, jadi pastinya Lita disiapkan hanya sebentar.“Kamu suka sama dia?” tembak Cindy.Pras memilih tidak menjawab, meninggalkan ruangan Cindy dengan perasaan kesal. Sekarang tidak tahu lagi harus berbuat apa agar Lita tetap bertahan disini, memasuki ruangan dimana timnya sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.“Mas, hasil yang kemarin sudah aku kirim lew
“Kamu udah bilang kalau lembur?” “Udah, mas.”Lita sebenarnya tidak perlu bilang jika sedang lembur, tapi karena di rumah kedatangan kakak ketiganya secara otomatis ada acara makan-makan atau pertemuan kecil. Pekerjaannya memang tidak bisa ditinggal kali ini, rekan satu timnya sedang sibuk membuat design acara sedangkan dirinya menghitung pengeluaran yang akan mereka keluarkan nantinya.“Sebenarnya kamu tinggal nggak masalah.”Lita menatap Pras dan langsung menggelengkan kepalanya “Aku udah berkali-kali ikut lembur jadi tenang saja, mas.”Hembusan napas panjang dari Pras dapat didengar Lita, mencoba tidak peduli dengan apa yang ada dalam pikiran Pras. Keberadaan Lita sebenarnya tidak terlalu diperlukan, hanya saja beberapa kesempatan pasti membutuhkan dirinya dan tidak hanya itu Lita bisa belajar banyak hal. Kakak iparnya mengatakan jika dirinya harus banyak belajar di tempat ini, tidak menutup kemungkinan nanti di pekerjaan ba
“Telat?” Lita menatap tidak enak pada mereka semua “Maaf, kakak dan kakak ipar tiba-tiba datang jadinya ngobrol panjang. Udah ngapain aja?” “Mas Pras sama Andre lagi pastiin konsepnya. Minum habis itu perbaiki riasan, nanti Mas Pras lihat lo begini bisa marah.” Farah mengatakan sambil berjalan kearah lain.Lita melakukan apa yang dikatakan Farah, Pras memang tidak menyukai jika timnya memiliki penampilan yang berantakan saat bekerja. Hembusan napas lega ketika melihat penampilannya sudah seperti sebelumnya, menatap sekitar barangkali ada yang harus dilakukannya tapi tampaknya mereka semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Membuka laptopnya saat melihat tidak ada yang bisa dibantu dari teman-temannya, mengingat jika memang dirinya akan pergi bertemu dengan temannya yang paham tentang pesta rakyat. Lita sebenarnya sudah berbicara singkat dengan temannya, Malik. Pembicaraan inti saja tidak sampai terlalu dalam, pasalnya Lita sendiri t
“Kenapa, mas?” Pras menggelengkan kepalanya “Nggak papa.”“Mas berubah setelah ketemu sama teman Lita, memang kenapa?” Andre mendekati meja Pras dengan rasa penasaran.Lita yang berada tidak jauh dari Pras secara otomatis menatap kearah mereka, tatapan mereka sempat bertemu sebelum akhirnya Pras yang mengalihkan terlebih dahulu karena Andre sudah dekat dengan mejanya. Lita mengerutkan keningnya saat melihat interaksi mereka berdua, tidak lama tepukan ringan diberikan Andre sebelum melangkahkan kakinya ke mejanya.“Ada masalah, mas?” tanya Lita langsung.“Nggak ada, aku keluar bentar. Kamu selesaikan laporannya nanti aku periksa.” Lita menatap punggung Pras yang berjalan keluar dari ruangan, hembusan napas panjang dikeluarkannya. Lita tidak tahu banyak tentang informasi yang masuk, email masuk semuanya ke Pras dan nanti baru dikirim ke mereka setelah dibaca keseluruhan sama Pras. Lita mengalihkan pandangan kearah And
“Maaf kalau mengganggu waktu kamu, apalagi ini masih jam kerja. Alasan sama Rendra tadi apa? Dia agak sulit memberikan ijin teamnya pulang cepat.” “Nggak papa, tante. Pekerjaan sudah selesai juga, makanya Mas Rendra kasih ijin.” Lita tersenyum tipis menatap wanita yang ada dihadapannya. “Kamu nyaman sama Rendra? Sudah berapa lama kalian hubungan?” Lita terdiam mencoba agar jawaban yang diberikan tidak menyakitkan perasaan wanita yang melahirkan atasannya “Nyaman, tante.” “Kenapa panggil tante? Panggil mama saja.” Aminah menegur Lita dengan nada suara jengkel. Lita menelan saliva kasar, memanggil mama itu sama sekali tidak ada dalam bayangannya. Kedatangan dirinya dalam pertemuan ini karena permintaan wanita yang melahirkan atasannya, tidak hanya itu hal gila yang dilakukan pada saat itu memberikan dampak yang luar biasa. Kedua orang tuanya beberapa kali mengirim pesan, terutama wanita dihadapannya. Pesan
“Bagaimana kamu bisa bertemu sama mama? Kalian komunikasi?” “Mas kenapa nggak bilang sebenarnya tentang status kita sebenarnya?” Pertanyaan yang keluar dari mereka berdua secara bersamaan, helaan napas panjang mereka keluarkan agar bisa tenang dalam menyelesaikan masalah. Permintaan mama atasan yang sekarang dihadapannya sangat sulit, Lita tidak yakin bisa melakukannya karena akan merasa jijik setiap membayangkan penglihatannya.“Aku makan dulu.”“Mas belum makan?” Lita terkejut mengetahui Pras atau Rendra belum makan “Aku suka bingung manggil nama mas ini Pras atau Rendra.” “Rendra, kamu bisa panggil itu dan aku lebih suka kamu panggil Rendra dibandingkan Pras. Nama itu memang khusus buat keluarga dan orang terdekat. Kamu sudah makan? Pastinya kamu sudah makan tadi sama mama.” Rendra meletakkan bungkusan diatas meja.Lita yang melihat isi dari bungkusan seketika rasa lapar hadir kembali, tanpa basa-basi langsung m
“Kamu sudah yakin?” Lita menganggukkan kepalanya tanpa ragu “Pras sudah tahu?” “Kalau keluar bulan depan belum, tapi Mas Pras tahu kalau bakal resign cepat atau lambat. Pengganti aku sudah ada, mbak?” Cindy menghembuskan napas panjangnya “Harusnya udah, kemungkinan minggu depan masuk. Aku sih berharap Pras bisa cocok sama dia, kamu tahu kalau dia sulit kerjasama dengan anak baru? Aku aja kaget pas lihat kalian berdua bisa cocok dan kerjasama, bahkan anak-anak bilang Pras suka sama kinerja kamu.” Lita terdiam tidak tahu harus menanggapi apa “Selamat kamu bisa masuk di perusahaan itu, seleksinya sulit ya? Makanya aku paham kenapa Pras cocok sama kinerja kamu.”Lita hanya tersenyum mendengar semua kalimat yang dikatakan Cindy, semua orang tidak tahu Pras seperti apa dan tampaknya hanya dirinya saja yang tahu. Sekarang dirinya memiliki tugas besar dengan membuat Pras bisa cocok dengan penggantinya, tidak boleh hanya bertahan beberapa bulan saja.
“Kenalkan karyawan baru yang akan menggantikan Lita, Celine namanya.” Cindy membawa pengganti Lita dalam ruangan Pras “Kamu bisa duduk disamping Lita.”Lita menarik kursi agar Celine bisa duduk disampingnya, menatap meja yang ditempati Pras dan tidak ada reaksi apapun dari pria tersebut. Semenjak interview yang dilakukan Di rumah sakit beberapa hari lalu sikap Pras seketika berubah, Lita tidak tahu alasan dibalik perubahannya.“Lo bener resign?” Farah memecah keheningan di ruangan.“Ya, mbak.” Lita menganggukkan kepalanya sambil meminta Celine menutup kembali laptopnya dan memasukkan kedalam tas “Nanti pakai laptop ini, jadi nggak perlu bawa laptop dari rumah. Kebetulan aku masih kerja jadi kamu hanya mengamati saja sambil aku kasih tahu pekerjaan kamu nantinya.”“Formal banget, Lit.” Farah menggelengkan kepalanya “Baguslah buat image team kita. Mas, gue berangkat setelah ini ketemu klien. Mas sudah lihat kan designnya? Sudah ok juga, kan