“Kamu sudah yakin?” Lita menganggukkan kepalanya tanpa ragu “Pras sudah tahu?”
“Kalau keluar bulan depan belum, tapi Mas Pras tahu kalau bakal resign cepat atau lambat. Pengganti aku sudah ada, mbak?”Cindy menghembuskan napas panjangnya “Harusnya udah, kemungkinan minggu depan masuk. Aku sih berharap Pras bisa cocok sama dia, kamu tahu kalau dia sulit kerjasama dengan anak baru? Aku aja kaget pas lihat kalian berdua bisa cocok dan kerjasama, bahkan anak-anak bilang Pras suka sama kinerja kamu.” Lita terdiam tidak tahu harus menanggapi apa “Selamat kamu bisa masuk di perusahaan itu, seleksinya sulit ya? Makanya aku paham kenapa Pras cocok sama kinerja kamu.”Lita hanya tersenyum mendengar semua kalimat yang dikatakan Cindy, semua orang tidak tahu Pras seperti apa dan tampaknya hanya dirinya saja yang tahu. Sekarang dirinya memiliki tugas besar dengan membuat Pras bisa cocok dengan penggantinya, tidak boleh hanya bertahan beberapa bulan saja.“Kenalkan karyawan baru yang akan menggantikan Lita, Celine namanya.” Cindy membawa pengganti Lita dalam ruangan Pras “Kamu bisa duduk disamping Lita.”Lita menarik kursi agar Celine bisa duduk disampingnya, menatap meja yang ditempati Pras dan tidak ada reaksi apapun dari pria tersebut. Semenjak interview yang dilakukan Di rumah sakit beberapa hari lalu sikap Pras seketika berubah, Lita tidak tahu alasan dibalik perubahannya.“Lo bener resign?” Farah memecah keheningan di ruangan.“Ya, mbak.” Lita menganggukkan kepalanya sambil meminta Celine menutup kembali laptopnya dan memasukkan kedalam tas “Nanti pakai laptop ini, jadi nggak perlu bawa laptop dari rumah. Kebetulan aku masih kerja jadi kamu hanya mengamati saja sambil aku kasih tahu pekerjaan kamu nantinya.”“Formal banget, Lit.” Farah menggelengkan kepalanya “Baguslah buat image team kita. Mas, gue berangkat setelah ini ketemu klien. Mas sudah lihat kan designnya? Sudah ok juga, kan
“Kamu melamar di rumah sakit sebagai staf legal? Kenapa nggak bilang? Papa bisa bantuin kamu.”Rendra menggelengkan kepalanya “Aku mau masuk dengan kemampuan bukan menggunakan nama besar papa sebagai dokter senior.” Radian menganggukkan kepalanya “Tetap saja kalau kamu masuk berita negatif itu akan keluar dengan sendirinya, lagian semua yang ada disini sudah tahu kamu siapa jadi kamu nggak bisa membantah lagi.” “Aku bukan membantah, tapi aku ingin menikmati proses pada umumnya yang dialami mereka-mereka pencari kerja. Rasanya berbeda, aku bisa melihat tatapan penuh harap agar diterima di tempatnya melamar.” Radian menganggukkan kepalanya paham dengan apa yang dirasakan putranya “Apa yang membuat kamu berubah? Gadis itu? Kamu rela melakukan apapun untuk dia? Kamu mencintai dia? Kapan kita akan datang ke rumah orang tuanya? Usia kamu sudah cukup untuk menikah.”Rendra menghembuskan napas panjangnya “Memang aku hanya berubah kar
“Aku ingat dan tahu jika tidak boleh masuk dalam masalah pribadi, tapi aku hanya penasaran saja. Apa yang membuat kamu melamar di rumah sakit, padahal suamiku bilang kalau kamu nggak mau berhubungan dengan dunia kesehatan.” Evi membela dirinya dengan memberikan alasan yang masuk akal.“Rumah sakit bukan hanya tentang dunia kesehatan, bukan? Tenang saja aku nggak akan berinteraksi langsung dengan suami kamu.” Rendra menenangkan Evi dengan senyum andalannya.Evi menghembuskan napas panjangnya “Suami aku sepertinya memiliki wanita lain.” Rendra mengangkat alisnya mendengar pengakuan Evi “Bagaimana kamu tahu? Wanita itu datang ke rumah?” Evi menggelengkan kepalanya “Lalu?” “Aku nggak sengaja membuka ponselnya dan terdapat pesan yang sangat romantis, kalimat-kalimat yang pernah suamiku katakan ke aku dulu saat kita masih muda. Aku mengambil tindakan dengan menyadap ponselnya, sedikit terkejut dengan semua kalimat-kalimat romantis dan penuh go
“Nggak ada pesta perpisahan, mas? Lita terakhir loh hari ini dan mumpung semua ada.” Andre membuka suaranya.“Sekalian pajak jadian kalian,” sambung Farah dengan tatapan menggoda.“Kalian cari aja mau makan-makan dimana.” Suara heboh mulai terdengar di ruangan, membuat mereka yang berada diluar mendatangi ruangan untuk melihat apa yang terjadi. Lita hanya menggelengkan kepalanya melihat team mereka sibuk mencari tempat makan untuk perpisahan dirinya, mengalihkan pandangan dimana Celine juga melakukan hal yang sama.“Ada apa ini?” suara Cindy menghentikan mereka semua “Perpisahannya Lita?”“Keluar, Lit? Pantas ada makhluk cantik disamping kamu.” Teguh mengeluarkan nada menggoda pada Celine.“Kalau mau tebar pesona sama team sendiri.” Pras menegur Teguh yang memilih tidak peduli dengan mendatangi Celine.“Nggak ngajak aku, Lit?” tanya Cindy yang membuat Lita menatap kearahnya.“Ini bukan hanya per
“Gue nggak nyangka kalau lo juga akan resign? Memang sudah dapat pekerjaan? Makan-makan kemarin termasuk perpisahan lo? Siapa yang akan gantikan lo? Big bos sudah tahu?” Cindy bertanya semua hal yang ingin diketahuinya.“Andre yang akan gantikan gue dan gue udah bawa dia ke big bos jadi lo tenang aja, masa kalian tega minta traktiran lagi.” “Aslinya panggilan lo Pras atau Rendra? Kemarin gue denger Lita panggil lo Rendra, gue tahu sih nama depan lo Rendra tapi lo kenalin diri sebagai Pras. Gue boleh panggil Rendra juga?” Cindy menaik turunkan alisnya.“Khusus Lita, lo nggak masuk.” Cindy tertawa mendengar bentakan Rendra “Masa nggak boleh panggil Rendra?” memberikan tatapan tajam sebagai jawabannya “Lo kerja dimana nantinya? Satu perusahaan sama Lita? Dia tahu lo resign?”“Nggak, gue belum bilang kalau resign. Keterima dimana? Rahasia.” Rendra meninggalkan Cindy yang semakin banyak bertanya, lebih baik menghabiska
“Apa ini?” Lita menatap ponsel yang diberikan Dara dengan tanda tanya “Kenapa sama ponsel kamu?” “Baca dulu! Heran semua cowok kalau lihat nama terkenal yang dibahas adalah kebaikan idolnya, media play apa yang dimainkan mereka pasti akan di dukung apapun itu bentuknya, tapi untung aku kenal mereka berenam jadi udah tahu kalau berita itu nggak benar.” Lita semakin mengerutkan keningnya mendengar kalimat yang keluar dari bibir Dara sambil membaca pesan yang ada di ponselnya “Damian udah tahu kalau yang ketemu sama dia itu bukan kamu?” Dara menganggukkan kepalanya “Sekarang dia pengen dekat sama aku karena tahu kalau aku dekat sama group yang disukai?” Dara kembali menganggukkan kepalanya “Bukannya mereka berenam sudah menikah? Damian nggak berniat ganggu rumah tangga mereka, kan?” Dara memukul lengan Lita pelan “Ngapain dia ganggu rumah tangga mereka? Damian itu cuman pengen kenal mereka lebih dekat.” Lita mencibir kalimat Dara “Awalnya
“Mama harusnya bilang makasih ke Lita.” “Nggak usah, ma.” Rendra menolak langsung kalimat mamanya. “Kalau mama nggak bicara sama Lita, kamu nggak akan berubah pikiran.” Aminah menatap tajam pada Rendra “Kapan kamu akan melamar dia? Mama nggak sabar jadikan dia bagian dari keluarga kita.” “Biarkan Rendra memulai masa depannya terlebih dahulu, ma.” Radian membuka suaranya. “Mama nggak sabar lihat cucu dari Rendra, pa. Memang kita mau menunggu sampai kapan? Rendra udah kumpulin uang selama ini, rumah juga ada terus apa?” Aminah membantah kalimat suaminya. “Mereka belum siap rumah tangga, ma.” Radian berdiri dengan mencium kening istrinya “Papa berangkat, kamu jangan sampai telat. Pekerjaan kamu berbeda dari sebelumnya.” “Lita tahu kamu kerja dimana sekarang?” Aminah menatap Rendra penasaran. “Kami belum ketemu, ma.” Rendra menjawab sambil mempercepat makannya “Berangkat dulu,
“Aku tahu. Tante sudah bicara berkali-kali kalau ketemu.” Lita mengatakan dengan nada santai menanggapi kalimat Rendra “Aku bilang mau lihat gimana mas dan om setuju.”Rendra menatap tidak percaya “Kapan kalian bertemu? Perasaan kita menghabiskan waktu bersama, apa mereka hubungi kamu atau ganggu kerjamu?” “Rahasia.” Lita mengedipkan matanya yang membuat Rendra mengerucutkan bibirnya “Mas sendiri nggak kasih tahu aku kerja dimana, rencana tiba-tiba resign yang barengan. Aneh tahu mas itu, dapat kerjaan cepat banget.” “Aku kan pinter, sayang.” Rendra mengatakan dengan nada bangga penuh kesombongan “Bagaimana kerjaan kamu? Masih sama cowok itu?” “Cowok mana?” Lita menatap bingung dengan mencoba mengingat “Tama? Kita jarang ketemu, ngapain sering ketemu sama dia? Kerjannya beda, Tama itu punya tanggung jawab dan tes sendiri.”“Dia saudaranya kakak ipar kamu?” Rendra mencoba mengingat sosok Tama yang pernah dilihat pada saat pern