“Gue nggak nyangka kalau lo juga akan resign? Memang sudah dapat pekerjaan? Makan-makan kemarin termasuk perpisahan lo? Siapa yang akan gantikan lo? Big bos sudah tahu?” Cindy bertanya semua hal yang ingin diketahuinya.
“Andre yang akan gantikan gue dan gue udah bawa dia ke big bos jadi lo tenang aja, masa kalian tega minta traktiran lagi.”“Aslinya panggilan lo Pras atau Rendra? Kemarin gue denger Lita panggil lo Rendra, gue tahu sih nama depan lo Rendra tapi lo kenalin diri sebagai Pras. Gue boleh panggil Rendra juga?” Cindy menaik turunkan alisnya.“Khusus Lita, lo nggak masuk.”Cindy tertawa mendengar bentakan Rendra “Masa nggak boleh panggil Rendra?” memberikan tatapan tajam sebagai jawabannya “Lo kerja dimana nantinya? Satu perusahaan sama Lita? Dia tahu lo resign?”“Nggak, gue belum bilang kalau resign. Keterima dimana? Rahasia.”Rendra meninggalkan Cindy yang semakin banyak bertanya, lebih baik menghabiska“Apa ini?” Lita menatap ponsel yang diberikan Dara dengan tanda tanya “Kenapa sama ponsel kamu?” “Baca dulu! Heran semua cowok kalau lihat nama terkenal yang dibahas adalah kebaikan idolnya, media play apa yang dimainkan mereka pasti akan di dukung apapun itu bentuknya, tapi untung aku kenal mereka berenam jadi udah tahu kalau berita itu nggak benar.” Lita semakin mengerutkan keningnya mendengar kalimat yang keluar dari bibir Dara sambil membaca pesan yang ada di ponselnya “Damian udah tahu kalau yang ketemu sama dia itu bukan kamu?” Dara menganggukkan kepalanya “Sekarang dia pengen dekat sama aku karena tahu kalau aku dekat sama group yang disukai?” Dara kembali menganggukkan kepalanya “Bukannya mereka berenam sudah menikah? Damian nggak berniat ganggu rumah tangga mereka, kan?” Dara memukul lengan Lita pelan “Ngapain dia ganggu rumah tangga mereka? Damian itu cuman pengen kenal mereka lebih dekat.” Lita mencibir kalimat Dara “Awalnya
“Mama harusnya bilang makasih ke Lita.” “Nggak usah, ma.” Rendra menolak langsung kalimat mamanya. “Kalau mama nggak bicara sama Lita, kamu nggak akan berubah pikiran.” Aminah menatap tajam pada Rendra “Kapan kamu akan melamar dia? Mama nggak sabar jadikan dia bagian dari keluarga kita.” “Biarkan Rendra memulai masa depannya terlebih dahulu, ma.” Radian membuka suaranya. “Mama nggak sabar lihat cucu dari Rendra, pa. Memang kita mau menunggu sampai kapan? Rendra udah kumpulin uang selama ini, rumah juga ada terus apa?” Aminah membantah kalimat suaminya. “Mereka belum siap rumah tangga, ma.” Radian berdiri dengan mencium kening istrinya “Papa berangkat, kamu jangan sampai telat. Pekerjaan kamu berbeda dari sebelumnya.” “Lita tahu kamu kerja dimana sekarang?” Aminah menatap Rendra penasaran. “Kami belum ketemu, ma.” Rendra menjawab sambil mempercepat makannya “Berangkat dulu,
“Aku tahu. Tante sudah bicara berkali-kali kalau ketemu.” Lita mengatakan dengan nada santai menanggapi kalimat Rendra “Aku bilang mau lihat gimana mas dan om setuju.”Rendra menatap tidak percaya “Kapan kalian bertemu? Perasaan kita menghabiskan waktu bersama, apa mereka hubungi kamu atau ganggu kerjamu?” “Rahasia.” Lita mengedipkan matanya yang membuat Rendra mengerucutkan bibirnya “Mas sendiri nggak kasih tahu aku kerja dimana, rencana tiba-tiba resign yang barengan. Aneh tahu mas itu, dapat kerjaan cepat banget.” “Aku kan pinter, sayang.” Rendra mengatakan dengan nada bangga penuh kesombongan “Bagaimana kerjaan kamu? Masih sama cowok itu?” “Cowok mana?” Lita menatap bingung dengan mencoba mengingat “Tama? Kita jarang ketemu, ngapain sering ketemu sama dia? Kerjannya beda, Tama itu punya tanggung jawab dan tes sendiri.”“Dia saudaranya kakak ipar kamu?” Rendra mencoba mengingat sosok Tama yang pernah dilihat pada saat pern
“Pagi, sayang.” Lita mengerutkan keningnya mendapati Rendra berada di ranjang yang sama dengan tatapan lembutnya, mencoba mengingat apa yang terjadi pada mereka semalam. Membuka selimut perlahan, hembusan napas lega terdengar saat melihat semuanya masih utuh, mengalihkan pandangan kearah Rendra yang tersenyum lebar.“Mas, kenapa bisa masuk kesini? Bukannya kita bicara sampai malam? Mas nggak pulang?” Lita memberikan banyak pertanyaan pada Rendra.“Kita bicara sampai malam, kamu ketiduran di sofa jadinya aku bawa masuk kesini. Aku sendiri tidur di sofa.” Rendra menunjuk sofa yang ada di kamar “Aku nggak ngapa-ngapain kamu sesuai perjanjian kita. Buruan mandi, waktunya kita berangkat kerja. Kamu nggak mau terlambat, kan? Aku nggak pulang karena memang sudah sangat lelah, lagian harus berangkat pagi. Kalau aku pulang yang ada bisa-bisa nggak bangun dan kamu tahu kalau aku termasuk disiplin dalam hal pekerjaan.”“Mas sendiri gimana?” tanya Li
“Istirahat?” Lita terkejut mendengar suara yang sangat dikenalnya, suara pria yang sudah ditolaknya dan tidak menyangka akan bertemu di cafe dekat kantor pusat. Pertanyaan yang diberikan memang benar jika dirinya sedang istirahat, seorang diri karena tidak ada yang dikenalnya sama sekali walaupun mereka sudah mengajak makan bersama tapi tetap saja rasanya aneh. Kembali ke saat sekarang dimana Lita kembali berhadapan dengan pria tersebut yang tidak lain adalah Damian, kebetulan yang sangat kebetulan.“Kamu kerja disini?” tanya Damian kembali karena tidak mendapatkan jawaban dari Lita “Boleh duduk bersama? Rasanya nggak enak makan sendirian.” Lita menatap sekitar dan akhirnya menganggukkan kepalanya, merasa tawaran Damian tidak ada yang salah dan memang makan seorang diri itu sangat tidak enak. Hubungan mereka sebenarnya baik-baik saja, kecuali bagian dari penolakan yang dilakukan Lita.“Pertanyaan aku nggak dijawab,” ucap Damian yang men
“Dona di Singapore, aku ada seminar besok. Sampai apartemen ada mobil kamu di basement, hubungi Leo katanya kamu belum pulang.” “Gitu nggak ngabarin.” Lita mengerucutkan bibirnya “Berapa lama akang disini?” “Besok malam juga udah balik, kenapa? Kamu lagi nggak mau aneh-aneh, kan? Kamu hubungan sama Pras?” “Rendra namanya, Kang. Aku panggil dia Rendra, lagian nama depannya Rendra kenapa malah dipanggil Pras.”“Nggak penting nama panggilannya! Kamu masih hubungan sama dia?” ulang Fandi dengan nada seriusnya “Akang nggak melarang, tapi kamu harus pastikan kalau dia nggak mengulangi hal yang sama nantinya.”“Hal yang sama? Memang apaan?” Lita menatap bingung.“Nggak usah sok nggak tahu!” Fandi berdecih pelan mendengar pertanyaan Lita.Tahu, tapi Lita membutuhkan kepastian jika kakaknya ini tahu tentang perbuatan Rendra. Mendengar kalimat yang keluar tadi sudah menjadi jawaban dari rasa penasarannya tentang p
“Bukankah perjanjian kita sudah selesai? Ada apa hubungi lagi?”Rendra mendatangi mantan dosennya yang secara tiba-tiba mengirim pesan dengan isi membuat bertanya-tanya, selama mereka bersama tidak pernah merasakan pesan yang dikirim Tita menakutkan dirinya. Kedatangan dirinya ke tempat mereka dulu tidak lain untuk menghormati wanita yang pernah membantunya, saat ini dirinya melihat wanita tersebut dalam keadaan tidak seperti biasanya.“Apa ada masalah?” tanya Rendra lagi.“Suami aku menikah...wanita itu sedang hamil.” Tita menundukkan kepalanya “Aku sama sekali nggak menyangka kalau dia....”Informasi yang sangat mengejutkan bagi Rendra, selama ini rumah tangga mereka baik-baik saja dan perbuatan dirinya dengan wanita dihadapannya karena tidak mendapatkan kepuasan. Alasan yang dibuat ternyata memang benar, bisa jadi suaminya tidak merasakan gairah dengan istrinya sehingga mencari wanita lain begitu juga dengan dia.“Impas berar
“Akhirnya kamu datang, maaf mengganggu waktu kamu.” Panggilan yang sangat mengejutkan saat bangun tidur, dihadapannya adalah mantan dosen dan juga kakak dari kekasihnya. Rendra bisa saja beralasan sibuk, tapi jelas tidak mungkin. Memilih menerima ajakan bertemu di jam istirahat dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah sakit dan tempat sang dosen seminar, menggunakan kendaraan online adalah jalan yang harus dilakukannya.“Bagaimana kabarmu?” tanya Fandi kembali setelah pelayan mengantarkan pesanan mereka “Kamu sudah pindah kerja? Masuk ke department HRD bagian GA? Bagaimana kesannya?” “Bapak tahu pekerjaan GA yang pastinya sempat membuat terkejut karena tidak sesuai bayangan.” Rendra meringis ketika mengingat pekerjaannya “Kabar saya baik, bagaimana dengan bapak?” “Sangat baik, apalagi istri saya sedang hamil. Lita pasti cerita tentang kehamilan istri saya. Mereka berdua akan sangat berisik jika sudah bertemu.” Fandi menggelengkan