“Kedua orang tua aku tahu kamu sebagai calon istri.” Pras mengatakannya setelah pembicaraan dengan sang mama selesai.
“Hanya orang tua mas dan jangan membuat ini kesebar, aku nggak akan diam saja dengan semua yang mas lakukan.”“Maksudmu?”“Aku akan membuka semua wanita itu.”Pras mengangkat sudut bibirnya “Kamu nggak ada bukti.”Lita memaki didalam hati, jelas saja dirinya tidak memiliki bukti. Perbuatan Pras tidak akan membuat Lita mengambil gambar dihadapannya langsung, mengalihkan pandangan kearah samping tanpa ada niatan berbicara kembali dengan Pras yang sudah merusak moodnya dari awal masuk kerja. Harapan Lita bekerja dalam suasana nyaman dan tenang sebelum memulai tesnya di perusahaan besar H&D Group.Pertemuan yang sangat tidak di prediksi, bahkan Pras juga sama terkejutnya dengan dirinya. Kedatangan mamanya membuat Pras mau tidak mau menjawab dengan lagi-lagi mengenalkan Lita sebagai kekasihnya, Pras tidak“Kita harus mengakhiri hubungan ini.”“Suami sudah tahu?” “Kamu kaya biasa saja hubungan kita berakhir, kamu melakukannya tanpa perasaan? Padahal aku sudah memberikan semuanya.”Pras hanya bisa diam, wanita dengan segala pikirannya yang membuat pusing. Mereka sudah membuat perjanjian jika tidak melibatkan perasaan, sekarang malah bertanya tentang hal itu. Saat melakukannya jelas tidak ada perasaan didalamnya, semua yang Pras lakukan demi kepuasan sang wanita dan imbalan yang didapat.“Kamu benar akan mengakhiri hubungan kita?”“Bukannya kamu yang bilang? Lagian perjanjian kita adalah apabila suami tahu secara otomatis kegiatan kita terhenti, jadi suami sudah tahu dan artinya memang berakhir.”Pras hanya diam menatap wanita dihadapannya, wanita yang pernah menjadi dosennya dan juga yang mendesahkan namanya diatas ranjang. Membayangkan perpisahan mereka seketika satu beban telah terangkat dengan mudah, tidak perlu menc
“Lita kemana?” “Mas Pras belum dikabari? Ada di group sih, dia ijin datang terlambat.” Pras mengeluarkan ponselnya dan mendapati pesan dari Lita yang mengatakan datang terlambat, mengerutkan keningnya membaca pesan Lita. Menarik ingatan di pertemuan terakhirnya di cafe bersama kakaknya yang tidak lain mantan dosennya, hembusan napas panjang dimana tampaknya jalan mendapatkan gadis itu tidak mudah. Pras menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa berpikir tentang gadis tersebut yang hanya diakui sebagai kekasih. Pras tidak mungkin menyukai gadis itu dengan mudah, pembawaan santainya membuat Pras semakin masuk dalam pesonanya. “Mas, laporannya diminta sekarang. Lita sudah kerjain, kan?” suara Andre membuyarkan lamunan Pras “Kenapa lo, mas?” “Nggak papa, Lita udah kerjain nanti gue kirim by email. Konsep acara rumah sakit yang tiga bulan lagi gimana?” Pras mengalihkan perhatian Andre yang mengikuti langkahnya.
“Akhirnya kamu jatuh cinta juga.”“Sialan!” Pras menatap malas pada sahabatnya, Bram. Pertemuan mereka di coffee shop untuk menceritakan apa yang ada dalam pikiran Pras beberapa hari ini, melepaskan semuanya yang terasa menyesakkan dada. Gadis yang sudah merusak dunia Pras yang selama ini baik-baik saja, gadis ini juga yang membuat Pras tidak memiliki gairah berhubungan intim dengan wanita tua.“Dia nolak kamu?” “Ya, dia selalu jaga jarak setiap aku deketin. Dia yang lihat aku ciuman sama Tita pas di Bali dan...nggak penting.” Bram memicingkan matanya “Kamu ada wanita lain? Mau sampai kapan berhenti? Kalau kamu serius sama Lita mending kamu akhiri semuanya.” “Aku sudah berakhir sama Tita,” ucap Pras yang mengejutkan Bram “Nggak usah tahu jelas ceritanya bagaimana.” Pras melanjutkan ketika Bram akan membuka mulutnya.“Jangan bilang waktu mama kamu bilang kamu punya kekasih itu Lita? Kamu sudah melamar di
“Bukannya dia permanen? Aku harus adaptasi lagi? Masa kamu terima kalau cuman sekedar lewat?”“Kamu yang ambil, lagian waktu itu Teguh memang butuh karyawan sementara.” “Terus kenapa kamu tawarin ke aku?” “Kamu yang natap dia tanpa kedip, jadi aku mikirnya ya udah kasih kamu dulu aja dengan harapan siapa tahu dia bisa disini lama, tapi nyatanya tetap sama.” Pras menghela napas kasarnya, marah dengan Cindy jelas tidak mungkin. Mereka semua bekerja sesuai dengan apa yang dikatakan bos besar, perkataannya juga benar tentang Teguh yang membutuhkan sementara, jadi pastinya Lita disiapkan hanya sebentar.“Kamu suka sama dia?” tembak Cindy.Pras memilih tidak menjawab, meninggalkan ruangan Cindy dengan perasaan kesal. Sekarang tidak tahu lagi harus berbuat apa agar Lita tetap bertahan disini, memasuki ruangan dimana timnya sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.“Mas, hasil yang kemarin sudah aku kirim lew
“Kamu udah bilang kalau lembur?” “Udah, mas.”Lita sebenarnya tidak perlu bilang jika sedang lembur, tapi karena di rumah kedatangan kakak ketiganya secara otomatis ada acara makan-makan atau pertemuan kecil. Pekerjaannya memang tidak bisa ditinggal kali ini, rekan satu timnya sedang sibuk membuat design acara sedangkan dirinya menghitung pengeluaran yang akan mereka keluarkan nantinya.“Sebenarnya kamu tinggal nggak masalah.”Lita menatap Pras dan langsung menggelengkan kepalanya “Aku udah berkali-kali ikut lembur jadi tenang saja, mas.”Hembusan napas panjang dari Pras dapat didengar Lita, mencoba tidak peduli dengan apa yang ada dalam pikiran Pras. Keberadaan Lita sebenarnya tidak terlalu diperlukan, hanya saja beberapa kesempatan pasti membutuhkan dirinya dan tidak hanya itu Lita bisa belajar banyak hal. Kakak iparnya mengatakan jika dirinya harus banyak belajar di tempat ini, tidak menutup kemungkinan nanti di pekerjaan ba
“Telat?” Lita menatap tidak enak pada mereka semua “Maaf, kakak dan kakak ipar tiba-tiba datang jadinya ngobrol panjang. Udah ngapain aja?” “Mas Pras sama Andre lagi pastiin konsepnya. Minum habis itu perbaiki riasan, nanti Mas Pras lihat lo begini bisa marah.” Farah mengatakan sambil berjalan kearah lain.Lita melakukan apa yang dikatakan Farah, Pras memang tidak menyukai jika timnya memiliki penampilan yang berantakan saat bekerja. Hembusan napas lega ketika melihat penampilannya sudah seperti sebelumnya, menatap sekitar barangkali ada yang harus dilakukannya tapi tampaknya mereka semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Membuka laptopnya saat melihat tidak ada yang bisa dibantu dari teman-temannya, mengingat jika memang dirinya akan pergi bertemu dengan temannya yang paham tentang pesta rakyat. Lita sebenarnya sudah berbicara singkat dengan temannya, Malik. Pembicaraan inti saja tidak sampai terlalu dalam, pasalnya Lita sendiri t
“Kenapa, mas?” Pras menggelengkan kepalanya “Nggak papa.”“Mas berubah setelah ketemu sama teman Lita, memang kenapa?” Andre mendekati meja Pras dengan rasa penasaran.Lita yang berada tidak jauh dari Pras secara otomatis menatap kearah mereka, tatapan mereka sempat bertemu sebelum akhirnya Pras yang mengalihkan terlebih dahulu karena Andre sudah dekat dengan mejanya. Lita mengerutkan keningnya saat melihat interaksi mereka berdua, tidak lama tepukan ringan diberikan Andre sebelum melangkahkan kakinya ke mejanya.“Ada masalah, mas?” tanya Lita langsung.“Nggak ada, aku keluar bentar. Kamu selesaikan laporannya nanti aku periksa.” Lita menatap punggung Pras yang berjalan keluar dari ruangan, hembusan napas panjang dikeluarkannya. Lita tidak tahu banyak tentang informasi yang masuk, email masuk semuanya ke Pras dan nanti baru dikirim ke mereka setelah dibaca keseluruhan sama Pras. Lita mengalihkan pandangan kearah And
“Maaf kalau mengganggu waktu kamu, apalagi ini masih jam kerja. Alasan sama Rendra tadi apa? Dia agak sulit memberikan ijin teamnya pulang cepat.” “Nggak papa, tante. Pekerjaan sudah selesai juga, makanya Mas Rendra kasih ijin.” Lita tersenyum tipis menatap wanita yang ada dihadapannya. “Kamu nyaman sama Rendra? Sudah berapa lama kalian hubungan?” Lita terdiam mencoba agar jawaban yang diberikan tidak menyakitkan perasaan wanita yang melahirkan atasannya “Nyaman, tante.” “Kenapa panggil tante? Panggil mama saja.” Aminah menegur Lita dengan nada suara jengkel. Lita menelan saliva kasar, memanggil mama itu sama sekali tidak ada dalam bayangannya. Kedatangan dirinya dalam pertemuan ini karena permintaan wanita yang melahirkan atasannya, tidak hanya itu hal gila yang dilakukan pada saat itu memberikan dampak yang luar biasa. Kedua orang tuanya beberapa kali mengirim pesan, terutama wanita dihadapannya. Pesan