HAPPY READING
“Kay, kamu jangan pergi jauh-jauh ya, mainnya deket sini aja,” ucap Naomi.
“Iya, mami!”
Naomi memakan chiken Caesar salad, ia kembali menatap ke arah layar leptop dan menekan tombol off. Ia tadi menjemput Kayla ke sekolah, entahlah kenapa langkah kakinya bisa ke sini. Ia hanya ingin menikmati senin siang bersama Kayla. Jujur ini merupakan pertama kalinya ia ke restoran ini.
Konsep restoran ini mengusung fun dining experience. Di dalam restoran terdapat sebuah akuarium raksasa berisi enam ekor penguin humbolt. Suasana restoran ini terlihat teduh dan sejuk, ditambah dengan interior ala dunia bawah air yang menghiasi sudut ruangan. Membuat siapapun yang berkunjung betah berlama-lama di sini.
Jujur kebahagiaanya saat ini adalah melakukan kegiatan bersama Kayla. Kesibukannya sebagai pekerja dan ibu tunggal tidaklah mudah. Segudang pekerjaan membuatnya lelah. Sesekali jika waktu luang ia melakukan me-time bersama putrinya.
“Kayla makan dulu,” ucap Naomi memanggil Kayla lagi.
Kayla berlari menghampiri Naomi dan memakan soup ayamnya. Kayla memandang Naomi.
“Mami.”
“Iya sayang.”
“Kayla udah ada papi,” ucap kayla.
Naomi mengerutkan dahi, memandang Kayla cukup serius, “Papi?” Naomi bingung.
“Iya, papi Kayla yang baru.”
“Tadi Kayla bilang, mami itu mau nggak jadi papi Kayla. Om itu jawab mau jadi papi Kayla.”
“Yang mana papinya?”
“Itu,” tunjuk Kayla.
Otomatis Naomi memandang ke arah yang ditunjuk oleh Kayla. Ia menatap seorang pria mengenakan kemeja putih yang berada tiga table darinya. Seketika mata mereka bertemu, dan saling berpandangan satu sama lain. Sorot mata tajam itu seakan menusuk hatinya. Dia memiliki mata elang, hidung mancung, alis tebal dan rahang yang kokoh.
Naomi melihat pria itu menegakan tubuh, berjalan mendekati dirinya dan Kayla. Naomi menyelipkan rambut di telinga, ia tidak menyangka bahwa kini pria itu tepat di depan matanya. Dia memiliki dada yang bidang dan tubuh proporsional. Bibir pria itu sedikit terangkat tanpa senyum.
“Hai, saya Tigran Halbert,” ucapnya lalu mengulurkan tangan.
Naomi menelan ludah, suara itu terdengar berat dan sexy. Naomi tidak tahu berbuat apa ia beranjak dari kursinya. Kini mereka saling berhadapan satu sama lain. Naomi menatap tangan kokoh itu. Naomi menatap Kayla yang memandangnya.
Naomi membalas uluran tangan itu, “Saya Naomi Olaf, panggil saja Naomi.”
Naomi merasakan tangan kokoh itu menyentuhnya, seolah ada aliran listrik menjalar ke tubuhnya.
“Senang berkenalan dengan anda.”
“Iya sama-sama,” ucap Naomi, lalu melepaskan tangannya.
Akhirnya Tigran dapat memandang wajah itu dari jarak dekat. Ternyata wajah itu lebih cantik dari apa yang ia pikirkan. Benar kata pepatah mengatakan bahwa cinta datang dari mata turun ke hati. Ia tidak menyangkal bahwa mata memang jendela hati yang berperan penting dalam hubungan cinta. Dan sepertinya ia sudah menemukannya. Kontak mata memberi sinyal atas ketertarikannya.
“Ini papi Kayla, mami.” ucapan Kayla menyadarkan Tigran dan Naomi.
“Maaf, saya tidak tahu kalau Kayla menghampiri anda.”
“Enggak apa-apa, saya yang terima kasih bisa berkenalan dengan Kayla. Boleh saya duduk?”
“Oh, ya silahkan,” ucap Naomi antara bingung dan ragu menyambut pria bernama Tigran. Ia melirik Kayla yang tampak bahagia.
“Thank you, papi.”
“Iya sama-sama Kayla cantik.”
***
***
Naomi memandang Tigran duduk di hadapannya, di samping pria itu ada Kayla putrinya. Bisa-bisanya Kayla terlihat akrab dengan pria yang baru di temuinya. Ia bingung harus berbuat apa karena selama ini ia tidak pernah dekat dengan pria manapun.
Semakin ke sini ia tidak kepikiran untuk menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria. Di dalam benaknya saat ini adalah membesarkan Kayla dan membahagiakannya. Pernikahannya yang dulu membuatnya trauma yang mendalam. Lagi-lagi ia tidak ada kepikiran untuk menikah lagi, karena ia belum siap akan kemungkinan-kemungkinan terjadi dalam hidupnya.
Kadang ia berperang dengan hati dan pikirannya sendiri karena terlalu lelah hidup sendiri, menyelesaikan masalah sendiri, berdiskusi pada diri sendiri. Ia juga pernah berpikir bahwa, ia butuh teman untuk bertukar ide, dan menjalani hari indah bersama pasangan. Namun ia kembali mengingat masa lalu, pikiran-pikiran negative masih ada dalam dirinya. Dunia pernikahan tidak seindah yang dibayangkan.
Ada beberapa teman dan kliennya bercerita prihal rumah tangganya. Banyak sekali kisah-kisah menyeramkan, mulai dari selingkuh, mertua yang jahat, ipar yang selalu ikut campur dan suami yang otoriter. Semua kisah rumah tangga memiliki masing-masing cerita.
Ia pernah menikah, namanya menjalin hubungan, pernikahan itu sampai kapanpun tidak terlepas dari namanya pertengkaran. Mau menikah yang sudah matang dan finansial yang baik, tetap sama saja, pasti ada perbedaan. Jika melihat rumah tangga yang harmonis kemungkinan ada dua. Mereka pandai menyembunyikan masalah dan mereka mengimbangi pasangan ketika salah satu dari mereka marah.
“Papi, itu apa?” Tanya Kayla kepada salah satu bungkusan berwarna pink bertulisan huruf A.
“Ini biscuit, kamu mau coba?” Tanya Tigran memperlihatkannya kepada Kayla.
“Mau.”
Tigran lalu memandang Naomi, Naomi menatapnya balik, “Tenang saja ini biscuit aman untuk di makan balita seperti Kayla. Biscuit ini diproduksi dengan bahan-bahan premium, memang dikhususkan untuk si kecil.”
Naomi memperhatikan bukusan bertulisan Yummy Bites berwarna pink. Ia baru melihat biscuit itu dan di sana tertera tulisan apple flavor, di sana terdapat nama lebel terpercaya yaitu Mayori. Ah, siapa tidak kenal dengan perusahaan yang memprodusen sekelas Mayori.
“Ini produk baru saya. Saya akan merilis biscuit ini dipasar luas. Kamu mau mencobanya?” Tanya Tigran lagi kepada Naomi, karena Naomi terlihat sangat mengawasi apa yang di makan Kayla. Ia yakin Naomi ibu yang baik, karena memperhatikan asupan makan anaknya.
“Kamu kerja di sana?”
“Bukan, tapi saya pemiliknya. Sebenarnya itu perusahaan turun temurun, namun saat ini orang tua saya mempercayakan saya untuk mengelolanya.”
***
HAPPY READINGAlis Naomi terangkat ia tidak percaya bahwa pria bernama Tigran itu adalah pemilik dari perusaha terbesar di Indonesia. Bahkan semua produk yang di produksi dari Mayori ada di isi dapurnya. Ia menelan ludah, ia memandang Kayla meraih biscuit itu dan memasukan ke dalam mulutnya.Naomi sebenarnya takut jika ada orang asing memberi makanan untuk anaknya, ia harus aware dengan dirinya sendiri. Ia tidak tahu apakah pria itu pemilik dari Mayori atau bukan, karena sekarang banyak sekali kasus penipuan.“Kamu ragu?” Tigran memperhatikan gestur tubuh Naomi.“Ah, enggak,” ucap Naomi.Naomi sudah terlanjur melihat Kayla sudah memasukan biscuit itu ke dalam mulutnya, ia lalu mengambil biscuit itu dan melihat tekstur nya seperti biscuit pada umumnya. Ia memasukan ke dalam mulutnya, rasanya sangat enak, susunya terasa dan sangat renyah, sangat cocok untuk balita seperti Kayla.“Papi, mau lagi,” ucap Kayla.Tigran tersenyum, ia mengelus puncak kepala Kayla ia menyerahkan bungkusan it
HAPPY READING“Bilang apa sama om?” Tanya Naomi.“Makasih papi,” ucap Kayla tersenyum kepada Tigran.“Iya, sama-sama,” Tigran mengelus puncak kepala Kayla.Tigran menatap Naomi yang beranjak dari duduknya, wanita itu mengemasi barang-barangnya, “Kamu mau pulang?”“Iya, jam tiga nanti Kayla ada les piano.”Tigran memandang Naomi, “Kamu ke sini pakai apa?”“Saya bawa mobil sendiri,” ucap Naomi.“Saya antar kalian hingga ke basement.”“Ah, enggak usah,” tolak Naomi.“Mau dianter papi,” rengek Kayla.Mata Naomi melotot, ia ingin mengakhiri pertemuan dengan Tigran di sini, namun Kayla justru menginginkan pria itu bersama mereka lagi. Oh Tuhan, kenapa Kayla susah sekali diajak kerja sama. Terlalu percaya dengan pria asing itu tidak baik.Tigran menyungging senyum, ia lalu menggendong tubuh Kayla, “Let’s go kita pulang.”“Tapi saya bawa mobil sendiri, Tigran,” ucap Naomi menjelaskan.“Saya antar kalian hingga ke parkiran, Naomi.”Naomi melihat Tigran menggendong Kayla keluar dari area resto
HAPPY READINGNaomi menarik nafas, di satu sisi ia malas untuk berhubungan pria dan di satu sisi ia sudah lama tidak makan malam bersama sahabatnya itu. Ia tidak enak jika sudah diajak seperti ini. Semenjak Reni bertunangan kemarin, dirinya dan Reni jarang bertemu, karena mereka sama-sama sibuk dengan pekerjaan, terlebih Reni mempersiapkan pernikahannya yang sebentar lagi dalam hitungan hari.“Jam berapa?” Tanya Naomi.“Jam tujuh. Nanti gue jemput lo.”“Oke, jemput di butik Kemang aja ya.”“Oke.”“Lo lagi di mana?” Tanya Naomi penasaran, ia melepaskan jam tangannya, ia melangkah menuju walk in closet, menaruh jamnya di tempat semula.“Gue lagi klink, pasien gue banyak banget. Ini gue berhenti break bentar, karena dari tadi nggak sempet makan.”“I see, kirain di mana, soalnya berisik,” ucap Naomi terkekeh.Reni tertawa, “Biasa sih, anak-anak therapist ada yang ulang tahun gitu, tapi udahlah biarin aja, asal di room nggak berisik aja sih.”“Gue liat Kayla dulu ya, soalnya sebentar lagi
HAPPY READINGAwalnya agak susah menjalani ini, karena hanya orang tertentu saja yang dapat membelinya. Namun ia tidak patah semangat, lambat laun bisnisnya berjalan dengan sukses dan berkembang hingga saat ini. Beberkal pengalaman, menganalisa keotentikan, keaslian barang. Dan ia juga menganalisa bagaimana tas-tas itu berdampak dalam kehidupan social ekonomi Indonesia.Akhir-akhir ini, maraknya kasus penipuan berkedok tas branded pun cukup mengusik kehidupannya. Dengan keahliannya, ia mencoba mengedukasi barang branded mulai dari tren, model, keaslian hingga fashion ia bagikan ke media social miliknya. Banyak sekali kalangan artis, pejabat dan statusnya mengenang atas, berbondong-bondong membeli tas dengannya. Hingga saat ini ia memiliki web tersendiri, dan terus mengembangkan bisnisnnya dengan baik.***Beberapa jam kemudian, Naomi menatap Reni yang baru masuk ke dalam butiknya. Wanita itu mengenakan bodycon dress berwarna merah, dia tampil selalu all out. Rambut panjangnya berge
HAPPY READINGKafka menatap Naomi, ia memperhatikan garis wajah wanita itu, dia memiliki struktur rahang berbentu v, hidungnya kecil mancung, bulu matanya lentik dan alisnya terukir sempurna. Ia akui bahwa waniita di hadapannya ini sangat cantik, bahkan lebih cantik dari pada yang ia lihat di layar ponselnya. Ia lalu mengulurkan tangannya kepada wanita itu.Kafka mengelurkan tangannya kepada Naomi, “Saya Kafka,” ucap Kafka.Naomi memandang sekali lagi iris mata elang itu, ia sebagai wanita beradap dan memiliki tata kerama dan sopan santun. Tentu saja tidak mengabaikan pria yang ingin berkenalan dengannya. Naomi membalas uluran tangan pria itu.“Saya Naomi,” ucap Naomi, ia merasakan kehangatan di permukaannya.Sedetik kemudian ia ingin melepaskan tangannya, namun Kafka menahannya. Naomi menatap mata elang itu lagi, pria itu menyungging senyum dan lalu melepaskan tangannya. Enzo mempersilahkannya duduk, ia memilih duduk di samping Reni.Naomi memandang Enzo menuangkan wine ke dalam gela
HAPPY READING***“Rumah kamu di mana?” Tanya Kafka, membuka topik pembicaraan.“Di Pondok Indah.”“Tinggal sendiri?”Naomi mengangguk, “Iya. Kalau kamu?” Tanya Naomi.“Tinggal sendiri juga, saya tinggal di Kelapa Gading.”“I see, lumayan jauh juga ya kalau dari sini,” ucap Naomi.“Lumayan kalau macet-macetan, tapi jam segini udah nggak macet lagi,” ucap Kafka.Kafka memegang kemudi setir, ia menatap Naomi, “Katanya kamu punya anak?”“Pasti Enzo yang cerita.”Kafka tertawa, “Iya, Reni dan Enzo yang cerita sama saya. Namanya siapa?” Tanya Kafka penasaran.“Namanya Kayla, Tahun ini Kayla akan saya masukan primary school.”“Sekarang berarti masih TK?”“Iya, benar.”“TK mana?”“TK Cikal.”“Pasti Kayla cantik seperti kamu,” ucap Kafka.Naomi tersenyum, “Banyak yang bilang begitu.”Kafka melirik Naomi, wanita itu hanya diam dan tersenyum kepadanya, “Katanya kamu punya butik tas?”“Kok kamu tau?”“Tau dari Reni dan Enzo. Butik kamu sangat sukses, saya sering melihatnya di iklan di branda so
HAPPY READINGTigran memasang earphone ke telinganya, ia mendengar suara sambungan pada telinganya. Ia menunggu hingga sang pemilik ponsel mengangkat panggilannya.“Selamat pagi pak,” ucap seorang wanita dibalik speakernya.“Selama pagi juga,” ucap Tigran.“Ada yang bisa saya bantu pak.”“Elina, saya datang ke kantor agak telat. Kalau soal meeting nanti, tolong cancel besok pagi saja.”“Baik pak.”Tigran lalu mematikan sambungan telfonnya, ia perlu konfirmasi kedatangannya ke kantor, agar jika ada beberapa staff nya datang, maka sekretarisnya itu tidak kebingungan. Ia mengarahkan mobilnya ke TK Cikal yang berada di Cilandak. Ia tahu betul bahwa TK itu bertaraf Internasional dan telah terakreditasi Internasional Baccaulaureatte (IB).Beberapa menit berlalu, akhirnya ia tiba di depan bangunan taman kanak-kanak itu. Banyak sekali anak-anak yang status sosialnya di kalangan atas bersekolah di sini. Ia yakin Naomi memang memberikan pendidikan terbaik untuk masa depan putrinya.Ia melihat
HAPPY READINGNaomi memandang Tigran cukup serius. Ia perlu berbicara kepada Tigran secara empat mata nanti. Masalah akan semakin rumit jika satu sekolah percaya bahwa Tigran sudah menjelma menjadi ayah dari Kayla. Ia melihat guru-guru sedang mengantar anak-anak ke pintu gerbang, ada juga di jemput oleh asistennya.“Makasih ya pak Tigran atas bingkisannya,” ucap salah satu guru yang melintas di hadapan mereka.“Iya sama-sama bu,” ucap“Ibu Naomi, maaf sebelumnya. Tadi saya mempersilahkkan pak Tigran masuk menjemput Kayla.”“Ah, enggak apa-apa bu.”“Syukurlah kalau begitu. Ayahnya Kayla baru datang dari luar negri, bu?” Tanyanya penasaran.Naomi menatap Tigran, pria itu menatapanya, seolah dirinya mempunyai hak untuk menjawab, “Iya, baru pulang dari New York, miss,” ucap Naomi.“Syukurlah kalau begitu bu. Kalau bisa bersama lagi sama bapaknya, saya dukung bu. Kasihan Kayla, pasti ingin sosok ayah di sampingnya.”“Makasih, miss, nasehatnya,” ucap Naomi kikuk.“Mari bu Naomi, pak Tigran