HAPPY READING
Awalnya agak susah menjalani ini, karena hanya orang tertentu saja yang dapat membelinya. Namun ia tidak patah semangat, lambat laun bisnisnya berjalan dengan sukses dan berkembang hingga saat ini. Beberkal pengalaman, menganalisa keotentikan, keaslian barang. Dan ia juga menganalisa bagaimana tas-tas itu berdampak dalam kehidupan social ekonomi Indonesia.
Akhir-akhir ini, maraknya kasus penipuan berkedok tas branded pun cukup mengusik kehidupannya. Dengan keahliannya, ia mencoba mengedukasi barang branded mulai dari tren, model, keaslian hingga fashion ia bagikan ke media social miliknya. Banyak sekali kalangan artis, pejabat dan statusnya mengenang atas, berbondong-bondong membeli tas dengannya. Hingga saat ini ia memiliki web tersendiri, dan terus mengembangkan bisnisnnya dengan baik.
***
Beberapa jam kemudian, Naomi menatap Reni yang baru masuk ke dalam butiknya. Wanita itu mengenakan bodycon dress berwarna merah, dia tampil selalu all out. Rambut panjangnya bergelombang, tangannya memegang handbag YSl. Naomi tersenyum, ia mendekati Reni. Inilah sahabatnya selalu ada suka maupun duka, tidak pernah meninggalkannya, sejak Kayla melahirkan.
Sejujurnya ia bukan tipe wanita yang memiliki banyak teman. Baginya banyak teman maupun sedikit, semuanya akan baik-baik saja. Ia sadar bahwa ungkapan quality over quantity sangatlah relateable dalam hidup.
Dulu waktu sekolah, rasanya senang memiliki banyak teman, namun setelah melewati banyak kejadian yang memerlukan bantuan seseorang, padahal ia memang butuh pertolongan dan meluangkan waktu. Sejak itu ia berfikir untuk menyaring pertemanan dan mengutamakan kualitas walaupun hanya sedikit teman. Beberapa kasus mereka hanya berteman hanya ada maunya saja.
Ia membatasi pertemanan, bukan berarti menutup diri, kerena menurutnya skill bersosialisasi itu sangat penting dan harus di jaga dengan baik. Karena pertemanan sangat berpengaruh menurutnya.
“Gue kangen banget sama lo,” ucap Reni, menatap sahabatnya, dia mengenakan dress berwarna putih.
“Gue juga kangen sama lo, lo sibuk sih.”
“Sibuk ngurusin nikah,” ucap Reni tertawa, karena itulah kenyataanya. Ia dan Enzo melakukan meeting dengan WO belum lagi fitting baju.
“Ada apa sih, tumben banget ngajakin dinner gini,” ucap Naomi, mereka melangkah keluar dari butik, ia melihat mobil HRV Reni terparkir sempurna di sana.
“Kayaknya sih, Enzo mau ngenalin lo sama temennya.”
“Gitu terus deh, udah tau kalau gue males di jodoh-jodohin,” Naomi terkekeh.
“Udahlah, nikmatin aja. Lagian betah amat single mulu.”
Reni tertawa, ia membuka hendel pintu mobil dan duduk di kemudi setir, sedangkan Naomi mendaratkan pantatnya di kursi, tidak lupa ia memasang sabuk pengaman. Ia melihat Reni sudah memanuver mobil, dia memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya.
****
Jarak butiknya di Kemang ke Sofia At Gunawarman tidak terlalu jauh, hanya ditempuh dengan hitungan belasan menit saja. Kini Reni memarkir mobilnya di plataran hotel. Mereka keluar dari mobil, dan lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
“Enzo ada di dalam?” Tanya Naomi.
“Iya, mereka udah di dalam,” ucap Reni.
Ia memperhatikan area restoran sudah dipadati dengan pengunjung, ia pernah ke Sofia sebelumnya bahkan beberapa kali pernah ke sini bersama Reni. Jadi ia tidak asing lagi menurutnya. Restoran ini memiliki interior yang menawan, layaknya dalam kastil negara-negara Eropa Barat. Suasananya sangat nyaman dan luxury.
Naomi memandang Enzo di sana, pria itu melambaikan tangan kepada mereka. Enzo itu adalah tunangan Reni, yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam atau internis. Dr. Enzo sendiri sudah sangat terkenal di Jakarta. Reni memang sangat pantas bersama Enzo, profesi mereka sama-sama dokter.
Pria itu tidak sendiri melainkan bersama seorang pria yang mengenakan kemeja biru denim. Rambutnya sedikit berantakan namun tidak mengurangi ketampannya. Tatapan mereka lalu bertemu beberapa detik. Pria itu tidak lepas memandangnya.
“Itu namanya Naomi?” Tanya Kafka, menatap seorang wanita mengenakan dress putih, rambut panjangnya bergelombang kulitnya putih bersih. Kemarin ia tanpa sengaja melihat foto tunangan Enzo dan Reni, di dalam foto itu ada seorang wanita cantik. Ia hanya penasaran siapa wanita itu, Enzo menjawab sahabatnya Reni, namanya Naomi.
Enzo mengatakan bahwa Naomi itu seorang entrepreneur, pemilik bisnis Zalori. Berbagai macam tas branded di jual di sana, yang diminati oleh kalangan atas. Di sini ia tidak ingin membahas tentang pekerjaan wanita itu.
Ia memandang sekali lagi wanita bernama Naomi, wanita itu memiliki status single parent. Ia tidak mempermasalahkan status itu, wanita itu terlihat berkharisma dalam versinya. Ia yakin, wanita itu memiliki intelektualitas yang cukup bagus, hingga memiliki perusahaan tersendiri. Ia ingin memiliki wanita yang memiliki intelektualitas yang baik jika diajak diskusi dan mengimbangi kecerdasannya.
“Menurut kamu bagaimana?” Tanya Enzo melirik Kafka.
“Cantik.”
***
“Malam sayang,” ucap Reni memeluk Enzo kekasihnya.
Enzo memeluk tubuh Reni, ia kecup kening wanitanya, “Tadi pulang di klinik kamu langsung ke sini?” Tanya Enzo kepada Reni, ia melonggarkan pelukannya.
Reni mengangguk, “Iya.”
“Hai, Naomi,” ucap Enzo, menatap Naomi yang berada di samping Reni.
“Hai juga dokter Enzo,” Naomi tersenyum kepada pria itu.
Enzo menarik nafas, niatnya di sini ingin mengenalkan Kafka kepada Naomi, “Kaf, Naomi ini sahabat Reni, mereka udah sahabatan sejak SMA.”
“Naomi, ini dokter Kafka sahabat saya, dia dokter spesialis bedah jantung.”
Kafka dan Naomi saling berpandangan satu sama lain, ketika Enzo memperkenalkan mereka.
***
HAPPY READINGKafka menatap Naomi, ia memperhatikan garis wajah wanita itu, dia memiliki struktur rahang berbentu v, hidungnya kecil mancung, bulu matanya lentik dan alisnya terukir sempurna. Ia akui bahwa waniita di hadapannya ini sangat cantik, bahkan lebih cantik dari pada yang ia lihat di layar ponselnya. Ia lalu mengulurkan tangannya kepada wanita itu.Kafka mengelurkan tangannya kepada Naomi, “Saya Kafka,” ucap Kafka.Naomi memandang sekali lagi iris mata elang itu, ia sebagai wanita beradap dan memiliki tata kerama dan sopan santun. Tentu saja tidak mengabaikan pria yang ingin berkenalan dengannya. Naomi membalas uluran tangan pria itu.“Saya Naomi,” ucap Naomi, ia merasakan kehangatan di permukaannya.Sedetik kemudian ia ingin melepaskan tangannya, namun Kafka menahannya. Naomi menatap mata elang itu lagi, pria itu menyungging senyum dan lalu melepaskan tangannya. Enzo mempersilahkannya duduk, ia memilih duduk di samping Reni.Naomi memandang Enzo menuangkan wine ke dalam gela
HAPPY READING***“Rumah kamu di mana?” Tanya Kafka, membuka topik pembicaraan.“Di Pondok Indah.”“Tinggal sendiri?”Naomi mengangguk, “Iya. Kalau kamu?” Tanya Naomi.“Tinggal sendiri juga, saya tinggal di Kelapa Gading.”“I see, lumayan jauh juga ya kalau dari sini,” ucap Naomi.“Lumayan kalau macet-macetan, tapi jam segini udah nggak macet lagi,” ucap Kafka.Kafka memegang kemudi setir, ia menatap Naomi, “Katanya kamu punya anak?”“Pasti Enzo yang cerita.”Kafka tertawa, “Iya, Reni dan Enzo yang cerita sama saya. Namanya siapa?” Tanya Kafka penasaran.“Namanya Kayla, Tahun ini Kayla akan saya masukan primary school.”“Sekarang berarti masih TK?”“Iya, benar.”“TK mana?”“TK Cikal.”“Pasti Kayla cantik seperti kamu,” ucap Kafka.Naomi tersenyum, “Banyak yang bilang begitu.”Kafka melirik Naomi, wanita itu hanya diam dan tersenyum kepadanya, “Katanya kamu punya butik tas?”“Kok kamu tau?”“Tau dari Reni dan Enzo. Butik kamu sangat sukses, saya sering melihatnya di iklan di branda so
HAPPY READINGTigran memasang earphone ke telinganya, ia mendengar suara sambungan pada telinganya. Ia menunggu hingga sang pemilik ponsel mengangkat panggilannya.“Selamat pagi pak,” ucap seorang wanita dibalik speakernya.“Selama pagi juga,” ucap Tigran.“Ada yang bisa saya bantu pak.”“Elina, saya datang ke kantor agak telat. Kalau soal meeting nanti, tolong cancel besok pagi saja.”“Baik pak.”Tigran lalu mematikan sambungan telfonnya, ia perlu konfirmasi kedatangannya ke kantor, agar jika ada beberapa staff nya datang, maka sekretarisnya itu tidak kebingungan. Ia mengarahkan mobilnya ke TK Cikal yang berada di Cilandak. Ia tahu betul bahwa TK itu bertaraf Internasional dan telah terakreditasi Internasional Baccaulaureatte (IB).Beberapa menit berlalu, akhirnya ia tiba di depan bangunan taman kanak-kanak itu. Banyak sekali anak-anak yang status sosialnya di kalangan atas bersekolah di sini. Ia yakin Naomi memang memberikan pendidikan terbaik untuk masa depan putrinya.Ia melihat
HAPPY READINGNaomi memandang Tigran cukup serius. Ia perlu berbicara kepada Tigran secara empat mata nanti. Masalah akan semakin rumit jika satu sekolah percaya bahwa Tigran sudah menjelma menjadi ayah dari Kayla. Ia melihat guru-guru sedang mengantar anak-anak ke pintu gerbang, ada juga di jemput oleh asistennya.“Makasih ya pak Tigran atas bingkisannya,” ucap salah satu guru yang melintas di hadapan mereka.“Iya sama-sama bu,” ucap“Ibu Naomi, maaf sebelumnya. Tadi saya mempersilahkkan pak Tigran masuk menjemput Kayla.”“Ah, enggak apa-apa bu.”“Syukurlah kalau begitu. Ayahnya Kayla baru datang dari luar negri, bu?” Tanyanya penasaran.Naomi menatap Tigran, pria itu menatapanya, seolah dirinya mempunyai hak untuk menjawab, “Iya, baru pulang dari New York, miss,” ucap Naomi.“Syukurlah kalau begitu bu. Kalau bisa bersama lagi sama bapaknya, saya dukung bu. Kasihan Kayla, pasti ingin sosok ayah di sampingnya.”“Makasih, miss, nasehatnya,” ucap Naomi kikuk.“Mari bu Naomi, pak Tigran
HAPPY READINGTigran lalu tertawa, ia melirik Naomi, “Hanya karena saya mengajak kamu mampir ke rumah saya, lunch di sana, kamu lalu mengambil kesimpulan menjaga jarak dengan saya. Come on, inilah yang terjadi di antara kita bertiga.”“Saya nggak mau terjadi ke salah pahaman antara kamu dan saya.”“Salah pahamnya di mana?” Tanya Tigran diplomatis.Naomi dan Tigran lalu beradu pandang, tatapan mereka bertemu. Hatinya seketika berdesir menatap iris mata tajam itu. Naomi menelan ludah, bibirnya seketika kelu, ia bingung akan menjawab apa. Sebenarnya kesalah pahaman itu terjadi ketika kemarin Kayla melabeli pria itu dengan sebutan papi. Lalu sekarang, seakan-akan Tigran sudah menjadi ayah dari anaknya.Beberapa detik kemudian, ia alihkan pandangan ke arah Kayla, ia tidak seharusnya berdebat seperti ini di hadapan Kayla.“Kita makan di food court Pondok Indah saja,” ucap Naomi seketika.Tigran menyungging senyum, ia lalu mengarahkan mobilnya ke mall Pondok Indah dua. Ia menuruti kemauan Na
HAPPY READINGTigran menatap Naomi, ia tidak menyangka bahwa Naomi selama itu sendiri. Sekarang ia taksir umur Kayla sudah hampir enam tahun. Tigran tidak perlu bertanya di mana mantan suaminya, alasan kenapa mereka berpisah, karena itu dalam membuka luka batin Naomi.Ia tidak bisa membayangkan hidup Naomi seperti apa. Mengasuh serta mendidik anak dengan status single parent, sekaligus menjadi ayah seorang Kayla, itu bukanlah hal yang mudah. Ia tahu bahwa Naomi pasti mengalami namanya titik terendah dalam hidup.Bagaimana cara dia menghasilkan uang sendiri, menambah pemasukan, membaca buku tentang pengasuhan anak, karena dia sadar ada banyak keterbatasan dalam dimensi ngasuh anak dibanding diri sendiri. Apalagi Naomi harus memainkan karakter dalam satu waktu. Kadang anak memang harus didik tegas, menerapkan disiplin pada anak, kadang juga harus bersikap lemah lembut dalam memberikan penjelasan sederhana tentang hal-hal di tanyakan anak.Ia tahu bahwa menjadi single parent seperti
HAPPY READINGBeberapa menit kemudian mereka kini sudah berada di plataran mall. Tigran membuka kunci central lock. Naomi dan Kayla masuk ke dalam, tidak lupa memasang sabuk pengaman. Setelah itu mobil meninggalkan area mall.“Makasih ya papi udah beliin Kayla boneka,” ucap Kayla sambil memeluk lengan Tigran.Tigran mengelus puncak kepala Kayla, “Iya sayang. Nanti weekend kita ke taman bermain ya,” ucap Tigran.Otomatis Naomi menoleh menatap Tigran, sudah cukup hari ini pria itu akan seharian dengan Kayla, ditambah dengan weekend pria itu ingin bersamanya.“Biasa Kayla weekend sama orang tua saya Tig, nggak bisa kamu ajak weekend,” sanggah Naomi.“Tapi Kayla mau sama papi, mami,” rengek Kayla.“Biasa Kayla sama mami ke kebun binatang berdua. Kali ini mau sama papi ya, mi,” rengek Kayla lagi.“Enggak bisa sayang, om nya banyak kerjaan, nggak bisa ikut kita terus,” timpal Naomi, ia berharap Kayla tidak merengek-rengek dihadapan Tigran lagi.Tigran tersenyum penuh arti, “Saya nggak apa-
HAPPY READINGBibi hampir tidak percaya bahwa ini lah ayah dari Kayla. Dua tahun ia bekerja di sini, baru kali ini ia melihat Kayla menyebut papi pada pria. Bibi memperhatikan Tigran, pria itu sangat tampan, postur tubuhnya bagus dan wajahnya hampir mirip dengan Kayla.Selama ini majikannya sama sekali tidak menceritakan siapa ayah dari Kayla. Sekarang ia tahu ternyata pria itu adalah ayah Kayla. Ia merasa bersyukur bahwa Kayla sekarang dipertemukan dengan ayah biologisnya.“Jadi bapak ini ayah dari Kayla?” Tanya bibi.“Iya,” Ucap Tigran tenang.“Mari pak silahkan duduk,” ucap bibi, ia mempersilahkan pria itu duduk di sofa ruang keluarga.“Selama ini ibu Naomi, nggak pernah cerita tentang papinya Kayla. Jadi sekarang saya baru tau bahwa bapak inilah ayahnya Kayla,” ucap bibi antusias.“Kalau boleh tau, bapak selama ini ada di mana?” Tanya bibi penasaran.Tigran menarik nafas, ia tahu bahwa orang-orang bertanya seperti ini, “Saya ada di luar negri.”“Pantas saja. Maaf pak, kalau saya l