HAPPY READING
Alis Naomi terangkat ia tidak percaya bahwa pria bernama Tigran itu adalah pemilik dari perusaha terbesar di Indonesia. Bahkan semua produk yang di produksi dari Mayori ada di isi dapurnya. Ia menelan ludah, ia memandang Kayla meraih biscuit itu dan memasukan ke dalam mulutnya.
Naomi sebenarnya takut jika ada orang asing memberi makanan untuk anaknya, ia harus aware dengan dirinya sendiri. Ia tidak tahu apakah pria itu pemilik dari Mayori atau bukan, karena sekarang banyak sekali kasus penipuan.
“Kamu ragu?” Tigran memperhatikan gestur tubuh Naomi.
“Ah, enggak,” ucap Naomi.
Naomi sudah terlanjur melihat Kayla sudah memasukan biscuit itu ke dalam mulutnya, ia lalu mengambil biscuit itu dan melihat tekstur nya seperti biscuit pada umumnya. Ia memasukan ke dalam mulutnya, rasanya sangat enak, susunya terasa dan sangat renyah, sangat cocok untuk balita seperti Kayla.
“Papi, mau lagi,” ucap Kayla.
Tigran tersenyum, ia mengelus puncak kepala Kayla ia menyerahkan bungkusan itu kepada Kayla. Membiarkan Kayla memakannya. Ia melihat Kayla memakan itu sambil menggoyangkan kaki, karena rasanya selezat itu.
Selama ini Naomi memang tidak membiasakan Kayla memakan snack dengan bumbu MSG. Namun biscuit khusus balita ini pengecualian.
“Di pabrik banyak, nanti papi kirim satu kotak buat Kayla.”
“Beneran papi?”
“Iya, bener!”
Kayla melompat kegirangan, ia memeluk lengan Tigran, “Makasih ya, papi. Kayla seneng akhirnya, Kayla punya papi,” seru Kayla.
Ada terbesit bahagia melihat ada seorang balita cantik menyebutnya papi. Jiwa menjadi seorang ayah dalam dirinya keluar begitu saja. Jujur ia merasa lebih jantan dihadapan Kayla dibanding dengan ribuan karyawan di perusahaanya. Sebutan papi tersemat dalam dirinya begitu luar biasa, ia merasa menjadi figure seorang ayah. Rasa bahagia ini sulit ia tuangkan ke dalam kalimat.
“Mami minum,” ucap Kayla.
Naomi mengambil gelasnya, namun Tigran menahan tangannya, kulit mereka bersentuhan beberapa detik. Sentuhan itu seolah memberi aliran listrik ke dalam tubuhnya.
“Maaf, sebaiknya saya saja. Kayla ada di samping saya,” Tigran memberi alasan.
“Ah, iya,” Naomi menyerahkan gelas berisi air mineral itu kepada Tigran, dan membiarkan pria itu melakukanya.
Naomi masih memperhatikan pria bernama Tigran, sejujurnya ia masih shock atas kehadiran pria itu. Namun pria itu sudah mencuri hati Kayla, jadi ia tidak tega menjauhi Kayla dan Tigran. Setelah ini ia akan mengatakan kepada Kayla agar tidak untuk terlalu percaya dengan pria yang baru ditemuinya.
“Kamu kerja di mana?” Tanya Tigran membuka topik pembicaraan, ia yakin wanita bernama Naomi ini adalah seorang wanita karir, dilihat dari penampilannya dan leptop yang sudah tertutup di hadapannya.
“Saya reseller tas,” Naomi mengambil kartu nama di dalam tasnya, jika pria itu benar seorang pemilik Mayori, maka ini kesempatan dirinya memperkenalkan bisnisnya. Mungkin pria itu bisa membantunya menjalankan bisnisnya dengan pasar yang luas. Walaupn bukan tidak masalah, karena apa salahnya memperkenalkan produk yang dijualnya.
Tigran mengambil kartu nama itu dari tangan Naomi, ia membaca nama lengkap tertera di kartu nama itu bertulisan Naomi Olaf, dia merupakan owner dari Zalori, ia melihat di sana tertera alamat kantor, situs web dan nomor ponsel bisnis.
“Tas branded?” Tigran memastikan kepada Naomi.
“Iya.”
Tigran tahu betul tas branded sangat popular dikalangan sosialita, selebriti dan istri pejabat. Ia tahu bahwa tas yang ada di meja itu produk original yang paling popular dan disukai wanita Indonesia. Ia sebenarnya tidak terlalu paham dengan masalah tas, biasanya adik dan mamanya di rumah sering ke store Hermes, Prada, Gucci, Chanel, LV, bahkan koleksinya di simpan di lemari kaca dan katanya penuh dengan perawatan extra. Ia yakin wanita seperti Naomi, tidak kekurangan apapun dalam dirinya. Ia hanya ingin tahu apa status Naomi. Apa wanita berstatus janda atau bukan.
“Saya merasa terhormat bisa berkenalan langsung dengan pemilik Zalori.”
“Kamu tahu Zalori?”
“Tidak terlalu tahu, hanya saja sering lihat berseliweran di branda g****e dan youtube saya.”
“Ah, iya. Tim marketing saya memang mengiklankannya di semua social media.”
“Storenya di mana.”
“Ada di Senayan City, Taman Anggrek dan Central Park. Cuma di situ saja.”
“Tapi yang kamu sebutkan dari mall besar di Jakarta. Kamu pasti sudah sukses menjalani bisnis ini.”
“Thank you. Tapi banyak penjualan di marketplace.”
“Sekarang marketplace merajai pasar. Pergerakannya sangat masif, untuk asean saja trafik nya naik hingga 87 persen. Nilai belanja daring semakin popular di tanah air. Ada 132,7 juta pengguna internet menggunakannya.”
“Really? Kamu tahu data-datanya?”
Tigran tertawa, “Saat meeting, kita selalu membahas ini. Produk-produk asing seperti shopee, Alibaba, Lazada sangat gesit, menggenjot kompetisi untuk merajai pasar lokal nusantara.”
“Yah, saya percaya itu,” ucap Naomi.
“Papi.”
Otomatis Tigran menoleh memandang Kayla, “Iya, sayang,” ucap Tigran.
“Habis. Tangan Kayla kotor,” ucap Kayla memperlihatkkan tangannya kotor dengan remahan biscuit.
“Yaudah, kita ke wastafel bersihin tangan Kayla.”
“Iya, pi,” ucap Kayla.
Naomi memandang Kayla dan Tigran menuju wastafel. Ia melihat Tigran membantu Kayla membersihkan tangannya yang kotor. Ia masih memperhatikan putrinya, terlihat jelas wajah bahagia di sana. Setelah mencuci tangan, Tigran menggendong Kayla. Jika seperti ini, mereka bertiga terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.
Naomi melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 13.10 menit. Sudah seharusnya mereka pulang karena jam tiga Kayla ada les music di rumah.
“Sudah selesai?” Tanya Naomi kepada Kayla, ketika Tigran berada di hadapannya.
“Iya sudah, mi.”
Naomi memasukan ponselnya ke dalam tas, ia tidak bisa berlama-lama di restoran ini. Ia juga tidak akan terlena dengan pria bernama Tigran. Walaupun dia pemilik Mayori sekalipun, tidak akan membuatnya langsung jatuh hati.
***
HAPPY READING“Bilang apa sama om?” Tanya Naomi.“Makasih papi,” ucap Kayla tersenyum kepada Tigran.“Iya, sama-sama,” Tigran mengelus puncak kepala Kayla.Tigran menatap Naomi yang beranjak dari duduknya, wanita itu mengemasi barang-barangnya, “Kamu mau pulang?”“Iya, jam tiga nanti Kayla ada les piano.”Tigran memandang Naomi, “Kamu ke sini pakai apa?”“Saya bawa mobil sendiri,” ucap Naomi.“Saya antar kalian hingga ke basement.”“Ah, enggak usah,” tolak Naomi.“Mau dianter papi,” rengek Kayla.Mata Naomi melotot, ia ingin mengakhiri pertemuan dengan Tigran di sini, namun Kayla justru menginginkan pria itu bersama mereka lagi. Oh Tuhan, kenapa Kayla susah sekali diajak kerja sama. Terlalu percaya dengan pria asing itu tidak baik.Tigran menyungging senyum, ia lalu menggendong tubuh Kayla, “Let’s go kita pulang.”“Tapi saya bawa mobil sendiri, Tigran,” ucap Naomi menjelaskan.“Saya antar kalian hingga ke parkiran, Naomi.”Naomi melihat Tigran menggendong Kayla keluar dari area resto
HAPPY READINGNaomi menarik nafas, di satu sisi ia malas untuk berhubungan pria dan di satu sisi ia sudah lama tidak makan malam bersama sahabatnya itu. Ia tidak enak jika sudah diajak seperti ini. Semenjak Reni bertunangan kemarin, dirinya dan Reni jarang bertemu, karena mereka sama-sama sibuk dengan pekerjaan, terlebih Reni mempersiapkan pernikahannya yang sebentar lagi dalam hitungan hari.“Jam berapa?” Tanya Naomi.“Jam tujuh. Nanti gue jemput lo.”“Oke, jemput di butik Kemang aja ya.”“Oke.”“Lo lagi di mana?” Tanya Naomi penasaran, ia melepaskan jam tangannya, ia melangkah menuju walk in closet, menaruh jamnya di tempat semula.“Gue lagi klink, pasien gue banyak banget. Ini gue berhenti break bentar, karena dari tadi nggak sempet makan.”“I see, kirain di mana, soalnya berisik,” ucap Naomi terkekeh.Reni tertawa, “Biasa sih, anak-anak therapist ada yang ulang tahun gitu, tapi udahlah biarin aja, asal di room nggak berisik aja sih.”“Gue liat Kayla dulu ya, soalnya sebentar lagi
HAPPY READINGAwalnya agak susah menjalani ini, karena hanya orang tertentu saja yang dapat membelinya. Namun ia tidak patah semangat, lambat laun bisnisnya berjalan dengan sukses dan berkembang hingga saat ini. Beberkal pengalaman, menganalisa keotentikan, keaslian barang. Dan ia juga menganalisa bagaimana tas-tas itu berdampak dalam kehidupan social ekonomi Indonesia.Akhir-akhir ini, maraknya kasus penipuan berkedok tas branded pun cukup mengusik kehidupannya. Dengan keahliannya, ia mencoba mengedukasi barang branded mulai dari tren, model, keaslian hingga fashion ia bagikan ke media social miliknya. Banyak sekali kalangan artis, pejabat dan statusnya mengenang atas, berbondong-bondong membeli tas dengannya. Hingga saat ini ia memiliki web tersendiri, dan terus mengembangkan bisnisnnya dengan baik.***Beberapa jam kemudian, Naomi menatap Reni yang baru masuk ke dalam butiknya. Wanita itu mengenakan bodycon dress berwarna merah, dia tampil selalu all out. Rambut panjangnya berge
HAPPY READINGKafka menatap Naomi, ia memperhatikan garis wajah wanita itu, dia memiliki struktur rahang berbentu v, hidungnya kecil mancung, bulu matanya lentik dan alisnya terukir sempurna. Ia akui bahwa waniita di hadapannya ini sangat cantik, bahkan lebih cantik dari pada yang ia lihat di layar ponselnya. Ia lalu mengulurkan tangannya kepada wanita itu.Kafka mengelurkan tangannya kepada Naomi, “Saya Kafka,” ucap Kafka.Naomi memandang sekali lagi iris mata elang itu, ia sebagai wanita beradap dan memiliki tata kerama dan sopan santun. Tentu saja tidak mengabaikan pria yang ingin berkenalan dengannya. Naomi membalas uluran tangan pria itu.“Saya Naomi,” ucap Naomi, ia merasakan kehangatan di permukaannya.Sedetik kemudian ia ingin melepaskan tangannya, namun Kafka menahannya. Naomi menatap mata elang itu lagi, pria itu menyungging senyum dan lalu melepaskan tangannya. Enzo mempersilahkannya duduk, ia memilih duduk di samping Reni.Naomi memandang Enzo menuangkan wine ke dalam gela
HAPPY READING***“Rumah kamu di mana?” Tanya Kafka, membuka topik pembicaraan.“Di Pondok Indah.”“Tinggal sendiri?”Naomi mengangguk, “Iya. Kalau kamu?” Tanya Naomi.“Tinggal sendiri juga, saya tinggal di Kelapa Gading.”“I see, lumayan jauh juga ya kalau dari sini,” ucap Naomi.“Lumayan kalau macet-macetan, tapi jam segini udah nggak macet lagi,” ucap Kafka.Kafka memegang kemudi setir, ia menatap Naomi, “Katanya kamu punya anak?”“Pasti Enzo yang cerita.”Kafka tertawa, “Iya, Reni dan Enzo yang cerita sama saya. Namanya siapa?” Tanya Kafka penasaran.“Namanya Kayla, Tahun ini Kayla akan saya masukan primary school.”“Sekarang berarti masih TK?”“Iya, benar.”“TK mana?”“TK Cikal.”“Pasti Kayla cantik seperti kamu,” ucap Kafka.Naomi tersenyum, “Banyak yang bilang begitu.”Kafka melirik Naomi, wanita itu hanya diam dan tersenyum kepadanya, “Katanya kamu punya butik tas?”“Kok kamu tau?”“Tau dari Reni dan Enzo. Butik kamu sangat sukses, saya sering melihatnya di iklan di branda so
HAPPY READINGTigran memasang earphone ke telinganya, ia mendengar suara sambungan pada telinganya. Ia menunggu hingga sang pemilik ponsel mengangkat panggilannya.“Selamat pagi pak,” ucap seorang wanita dibalik speakernya.“Selama pagi juga,” ucap Tigran.“Ada yang bisa saya bantu pak.”“Elina, saya datang ke kantor agak telat. Kalau soal meeting nanti, tolong cancel besok pagi saja.”“Baik pak.”Tigran lalu mematikan sambungan telfonnya, ia perlu konfirmasi kedatangannya ke kantor, agar jika ada beberapa staff nya datang, maka sekretarisnya itu tidak kebingungan. Ia mengarahkan mobilnya ke TK Cikal yang berada di Cilandak. Ia tahu betul bahwa TK itu bertaraf Internasional dan telah terakreditasi Internasional Baccaulaureatte (IB).Beberapa menit berlalu, akhirnya ia tiba di depan bangunan taman kanak-kanak itu. Banyak sekali anak-anak yang status sosialnya di kalangan atas bersekolah di sini. Ia yakin Naomi memang memberikan pendidikan terbaik untuk masa depan putrinya.Ia melihat
HAPPY READINGNaomi memandang Tigran cukup serius. Ia perlu berbicara kepada Tigran secara empat mata nanti. Masalah akan semakin rumit jika satu sekolah percaya bahwa Tigran sudah menjelma menjadi ayah dari Kayla. Ia melihat guru-guru sedang mengantar anak-anak ke pintu gerbang, ada juga di jemput oleh asistennya.“Makasih ya pak Tigran atas bingkisannya,” ucap salah satu guru yang melintas di hadapan mereka.“Iya sama-sama bu,” ucap“Ibu Naomi, maaf sebelumnya. Tadi saya mempersilahkkan pak Tigran masuk menjemput Kayla.”“Ah, enggak apa-apa bu.”“Syukurlah kalau begitu. Ayahnya Kayla baru datang dari luar negri, bu?” Tanyanya penasaran.Naomi menatap Tigran, pria itu menatapanya, seolah dirinya mempunyai hak untuk menjawab, “Iya, baru pulang dari New York, miss,” ucap Naomi.“Syukurlah kalau begitu bu. Kalau bisa bersama lagi sama bapaknya, saya dukung bu. Kasihan Kayla, pasti ingin sosok ayah di sampingnya.”“Makasih, miss, nasehatnya,” ucap Naomi kikuk.“Mari bu Naomi, pak Tigran
HAPPY READINGTigran lalu tertawa, ia melirik Naomi, “Hanya karena saya mengajak kamu mampir ke rumah saya, lunch di sana, kamu lalu mengambil kesimpulan menjaga jarak dengan saya. Come on, inilah yang terjadi di antara kita bertiga.”“Saya nggak mau terjadi ke salah pahaman antara kamu dan saya.”“Salah pahamnya di mana?” Tanya Tigran diplomatis.Naomi dan Tigran lalu beradu pandang, tatapan mereka bertemu. Hatinya seketika berdesir menatap iris mata tajam itu. Naomi menelan ludah, bibirnya seketika kelu, ia bingung akan menjawab apa. Sebenarnya kesalah pahaman itu terjadi ketika kemarin Kayla melabeli pria itu dengan sebutan papi. Lalu sekarang, seakan-akan Tigran sudah menjadi ayah dari anaknya.Beberapa detik kemudian, ia alihkan pandangan ke arah Kayla, ia tidak seharusnya berdebat seperti ini di hadapan Kayla.“Kita makan di food court Pondok Indah saja,” ucap Naomi seketika.Tigran menyungging senyum, ia lalu mengarahkan mobilnya ke mall Pondok Indah dua. Ia menuruti kemauan Na