Share

Bab. 27. Suara Khas Nafisa

Arzan mengangguk, menyerahkan jeruk yang sebelumnya ia kupas terlebih dulu. Lalu, setelah melihat Mariam memakannya dengan begitu lahap, ia meraih ponsel dari saku celana. Buru-buru ia mengetik sebuah pesan, kalau dirinya sudah sampai. Pesan terkirim, tapi tak kunjung Nafisa buka.

[Neng?] Pesannya lagi.

Tak kunjung dibaca juga, buru-buru Arzan menekan tombol hijau. Panggilan telepon tersambung cepat, walau akhirnya tetap tak mendapatkan jawaban. Khawatir, ia yang semula duduk tenang berubah gusar. Takut, kalau sampai terjadi sesuatu pada istrinya seperti tempo lalu.

Namun, baru saja Arzan hendak menelepon, Nafisa meneleponnya lebih dulu.

[Halo, A. Assalamualaikum.]

Arzan bernapas lega sebelum menjawab salam. Itu artinya, ia hanya terlalu cemas menanggapi pesannya yang telat dibalas.

[Maaf, A. Barusan Neng lagi ngaji.]

[Wah, Aa ganggu, dong.]

Arzan melirik ibunya barang sebentar, seolah memberi kode kalau ia harus keluar dulu un

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status