Share

70. Air mata

last update Last Updated: 2024-10-10 21:08:09

"Senang sekali rasanya saya boleh tidur di sini. Gak sia-sia ajak kamu tidur di hotel satu malam." Dhuha menarik garis bibirnya begitu lebar. Pria itu semangat menepuk-nepuk bantal yang persis di samping Aini. Intan sudah tidur dan sengaja ditaruh di pinggir dekat tembok. Awalnya Intan di letakkan di tengah oleh Aini, tetapi Dhuha menggernya.

"Mas kapan mau tidur? Ini sudah jam sepuluh. Emangnya besok gak kerja?" protes Aini. Sejak jam sembilan malam ia berbaring karena sudah mengantuk, tetapi suaminya terus saja mengoceh tidak jelas.

"Aku gak bisa tidur. Mungkin karena belum capek." Aini melotot pada suaminya.

"Di depan rumah Bu Ahmad lagi direnovasi. Mas Dhuha kalau mau capek, ke depan aja!" Mendengar celetukan istrinya, membuat pria itu tertawa.

"Iya, aku cuma bercanda. Lagian aku juga ngerti. Masa minta hak mulu. Nanti anak kita kenapa-napa!" Aini yang sudah memunggungi suaminya, kini tiba-tiba berbalik.

"Anak kita? Anak kita itu kalau bikinnya pakai cinta. Kalau bikinnya kar
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
krismiati sumaji
kasihan luna juga sih,
goodnovel comment avatar
Darmawati Dar
duh kok udah berantakan kyk gini sih..
goodnovel comment avatar
Syahira Maheswari
bagaimana kelanjutanya saya penasaran.ada kelanjutanya ap ngk ya bikin penasaran aja.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   71. Kemarahan Dhuha

    Dhuha sudah sampai di kantor. Emosi masih bersarang di hati dan pikirannya. Pantas saja pria bernama Anton tiba-tiba datang ke rumahnya membawa gulali. Apa karena memang pria itu adalah ayah dari bayi yang dikandung Aini? Atau sebenarnya mereka adalah komplotan? Semakin ia memikirkan peristiwa tadi, semakin sakit hatinya. Tok! Tok! "Pak, permisi!""Jangan ganggu saya! Jangan biarkan siapapun masuk ke ruangan saya, termasuk kamu! Paham!""B-baik, Pak." Sekretaris pria itu begitu syok dan hampir menangis karena dibentak oleh bosnya. Dhuha belum pernah semarah ini sejak ia ditugaskan sebagai sekretaris. "Pak Dhuha kenapa, Mit?""Gak tahu, gue dibentak kenceng banget! Baru kali ini Pak Dhuha marah besar. Ada apa ya?" "Serius? Pak Dhuha bentak lo?" "Iya, pantesan dari baru sampai gue terus juga gak nengok sama sekali. Pintu ruangannya juga dibanting keras. Duh, ada apa ya? Gue jadi takut." Kasak-kusuk antar sekretaris Dhuha dan staf lainnya tentu saja dengan mudah menyebar sampai ke

    Last Updated : 2024-10-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   72. USG

    PoV Dhuha"Dhuha, ini sudah masuk bulan kelima kehamilan Luna. Kamu gak kepengen lihat bayi kamu? " ujar mamaku saat tengah menikmati sarapan di rumahnya. Ya, sejak Aini pergi entah ke mana, aku kembali tinggal di rumah mama. "Belum pasti juga itu bayi Dhuha, Ma." Mama menghela napas. "Kalau ternyata memang bayi kamu, gimana?" aku menaruh lagi sendok yang sudah aku pegang. "Dhuha akan tanggung jawab menafkahi anak Dhuha, tapi untuk rujuk dengan ibunya, mohon maaf, Ma. Dhuha tidak bisa. Luna selingkuh.""Bukannya Aini juga? Aini juga selingkuh'kan?" Aku langsung bangun dari duduk dengan kasar. "Saya berangkat, Ma. Pulang malam." Aku langsung keluar rumah tanpa mendengar interupsi dari mamaku. "Mama gak mau tahu, sore ini kamu harus ke rumah sakit. Temani Luna USG!" Aku sempat mendengar teriakan mama dari depan pintu, tetapi aku enggan menjawab. Hari-hariku sudah seperti biasa lagi. Hanya saja, jika aku melihat anak kecil seumuran Izzam, aku kembali mengingat anak dari Aini. Sayan

    Last Updated : 2024-10-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   73. Siapa Wanita Itu?

    "Ibu Luna!" Tiba-tiba tanganku ditarik oleh Luna saat seorang perawat memanggil namanya. Aku dan Anton masih saling mengunci pandangan, tetapi kemudian lelaki itu pergi. Aku menoleh pada Luna yang berekspresi biasa saja. "Wah, Mbak Luna datang bersama suami juga akhirnya." Aku hanya tersenyum tipis pada dokter yang nampak senang aku ikut datang. "Silakan langsung berbaring di ranjang, Mbak." Luna pun berbaring. Dokter mengoleskan seperti gel di atas perut Luna yang membuncit. "Mas-nya boleh mendekat, sini lihat bayinya." Aku pun mendekat, meski enggan. Bayi itu bergerak dan sudah terlihat bentuknya. Mata, hidung, kaki, telinga, semuanya ada. Jauh dalam hatiku aku bersyukur karena jika bayi yang dikandung Luna memang bayiku, paling tidak, ia sempurna secara fisik. "Gimana kondisi bayi saya, Dok?" tanya Luna. "Alhamdulillah semua kondisi baik dan sesuai ukuran bulannya. Bulan depan kontrol lagi, berarti masuk enam bulan ya. Banyak istirahat dan minum vitamin. Saya akan berikan vita

    Last Updated : 2024-10-13
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   74. Gue? Cemburu?

    "Rumah lo segede gini, gak takut dirampok, kalau sering ditinggal?" tanyaku berbasa-basi. "Nggak, ada satpam yang bantu bersih-bersih seminggu sekali. Awalnya emang di rumah ini ada CCTV, tapi sekarang udah gak berfungsi karena rumah ini emang gak ditempati mama. Ini karena kebetulan aja.""Oh, jadi lo nanti balik ke Surabaya s-sama cewek hamil tadi?" "Iya, gue ke Surabaya nganter Aini sama mama. Jadi, mama pergi ke sekolah lama Izzam. Itu nama ponakan gue yang laki. Sekalian ijin dan minta surat pindah." Aku menghela napas. Berarti Aini akan dibawa ke Surabaya. "Lex, kayaknya gue mules nih, gue pinjem kamar mandi belakang ya. Gak enak kalau ke kamar mandi di kamar lo lagi?" aku pura-pura menepuk pelan perut dengan wajah meringis. "Oh, gitu, bukan karena masakan di rumah gue kan?""Oh, b-bukan, ini gue beneran mules. Emang biasanya gue selalu rutin pagi-pagi, tapi tadi belum mules. Mungkin karena semalam gue minum." "Oh, ya, udah, terus aja, belok kiri dekat dapur kotor." "Oke,

    Last Updated : 2024-10-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   75. Digendong

    PoV AiniAku membantu bu Asma memasak sarapan pagi ini. Ini hari kedua aku tiba di Jakarta lagi, setelah sekian bulan aku tinggal di Surabaya. Alasannya adalah karena sekolah baru Izzam meminta surat pindah sekolah. Padahal masih TK, aku mengira tidak perlu pakai surat pindah, tetapi kebijakan sekolah baru Izzam, membutuhkan tersebut. "Masak apa?" tanya Alex, adik dari almarhumah mbak Listy. Wanita yang merupakan cinta pertama suamiku dan kemudian menjadi pelakor dalam rumah tanggaku. "Mama bikin nasi goreng dan ayam goreng serundeng. Ada roti bakar untuk anak-anak. Kamu mau makan yang mana, terserah kamu aja. Tinggal pilih." Jawaban dari bu Asma. Aku sedang menyeduh teh dalam teko saat itu. "Ada teman Alex, Ma.""Iya, Mama lihat dari jendela semalam. Kamu bawa temen mabuk. Dia boleh gabung di meja makan kalau sudah hilang mabuknya. Mama gak mau kalau sampai ponakan kamu melihat orang mabuk berkeliaran di rumah ini.""Iya, Ma, lagian karena dia terlalu mabuk aja. Kalau nggak, juga

    Last Updated : 2024-10-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   76. Kembali ke Surabaya

    "Dhuha, lo bisa tolong bawain paper bag belanjaan gue? Please!" "Oh, gitu, ya... baiklah. Biar gue bantu bawain." Mas Alex menggendongku untuk sampai di bangku yang terletak di pinggir dekat tenant kopi. Lalu mas Dhuha benar-benar membawakan paper bag dengan wajahnya yang ditekuk. "Mbak mau makan dulu?" tanyaas Alex. "Iya, lagi pengen makan ayam crispy." Aku menelan ludah membayangkan betapa nikmatnya makan ayam kriuk. "Tapi, kita bungkus aja ya. Saya khawatir kalau makan di tempat, Mbak Aini malah kenapa-napa. Tunggu di sini ya, saya belikan dulu.""Dhuha, lo temenin dulu mbak Aini ya." Duh, kenapa mas Alex malah minta pria itu yang menungguku. "Ya, gue di sini saja." Aku mengeluarkan ponsel berlogo apel digigit yang dibelikan bu Asma. HP canggih seperti milik mas Dhuha dan mbak Luna. HP yang selama ini hanya bisa aku lihat saja, kini bisa aku gunakan meskipun hanya untuk berkirim pesan whatsapp dan menelepon. Aku sama sekali tidak peduli dengan mas Dhuha yang ternyata sudah du

    Last Updated : 2024-10-15
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   77. Foto dari Hakim

    PriaMas, kamu mau apa lagi ke sini, sih?" Aini mendesis kesal. Perutnya pun ikut bergolak saat emosinya meluap. "Mau lihat anak-anak. Kemarin aku gak lihat mereka." Dhuha menjawab sambil berbisik di dekat telinga Aini. Sontak wanita itu mundur."Aw!" Perutnya mendadak keram. "Eh, k-kenapa, Ai? Mau melahirkan?""Ayah Dhuha, Ayah Dhuha ikut ke Surabaya kan? Atau ayah Dhuha mau jemput Izzam sama ibu? Ibu pernah nangis loh, inget ayah katanya." Aini menarik pelan tangan Izzam agar ikut duduk di dekatnya. "Izzam, nenek Asma dan Om Alex gak boleh tahu ayah Dhuha. Nanti ayah Dhuha diomelin nenek Asma. Jadi, kita rahasia ya." Aini memberikan jari kelingkingnya pada Izzam. Anak lelaki kecil itu menoleh pada Dhuha dan pria itu pun mengangguk setuju. "Tapi nanti Ayah jemput Izzam sama ibu dan adek Intan kan?" "Iya, Ayah selesaikan dulu pekerjaan Ayah di sini ya. Izzam jagain ibu di Surabaya. Kalau ada om-om nakal deketin ibu, bilang sama Ayah.""Gak lucu!" Sela Aini kesal. "Ayah, coba peg

    Last Updated : 2024-10-15
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   78. Dhuha Cengeng

    Uek! Uek! Maria memperhatikan putranya yang lari terbirit-birit menuju wastafel di dapur. Baru juga dua suap bubur ayam yang masuk ke mulutnya, tetapi sudah keluar lagi. Maria berlari menyusul Dhuha sambil membawakan minyak kayu putih. Wanita itu dengan perhatian mengurut leher belakang sang Anak. Uek! Uek! "Duh, kamu kenapa, Dhu? Udah dua hari begini loh. Masa baru diisi sedikit udah keluar lagi. Ke dokter ya?" Dhuha hanya pasrah saja karena kepalanya berkunang-kunang. Tubuhnya lemas bagaikan tak bertulang. "Mama anter ke kamar kamu ya?" Dhuha hanya mengangguk saja. Maria memapah Dhuha masuk ke kamar. Mengoleskan minyak angin di dahi putranya sebelum ia keluar dari kamar. "Ma, mangga yang di kulkas minta tolong dikupas. Dhuha mau ngilangin eneg. " Maria yang sudah diambang pintu, langsung menoleh kembali ke belakang. "Apa? Mangga? Lambung kamu nanti luka. Gak makan nasi, malah makan mangga. Semalam juga makan mangga sebelum tidur. Gak boleh, nanti kita ke dokter. Tunggu Mama te

    Last Updated : 2024-10-17

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   234. Jagain Jodoh Orang

    Hari-hari berlalu, dan ketegangan di panti asuhan semakin terasa. Diana semakin sering menunjukkan sikap tidak peduli terhadap anak-anak panti. Ia juga semakin terang-terangan memperhatikan Rio, meskipun pria itu selalu menjaga jarak. Diana terlihat cari perhatian saat di depan Rio. Ia akan bersikap manis pada anak-anak jika Rio ada di sana, tapi ketika Rio tidak ada, Diana kembali acuh. Aini menyaksikan semua itu dengan perasaan campur aduk. Di tengah kehidupannya yang sudah penuh tekanan, ia tetap berusaha menjalani hari-harinya di dapur dan merawat anak-anak dengan sepenuh hati. Meski kehadiran Rio membawa sedikit ketenangan, ia tahu bahwa situasinya tidak akan bertahan lama tanpa adanya perubahan besar."Besok saya sudah mulai bekerja, Ai," kata Rio saat menghampiri Aini yang tengah menyiram tanaman. "Oh, ya, Mas, Alhamdulillah. Kerjaan Mas yang lama bagaimana? Apa maksudnya Mas kembali kerja di luar negeri gitu?" Rio menggeleng. "Di sini, mungkin naik motor sekitar empat pulu

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   233. Suami Goib

    Ganteng, tinggi, putih, baik, murah senyum, siapa yang gak suka melihat pemandangan pria seperti itu? Diana berdiri di balkon lantai dua, memandang ke halaman panti tempat Rio sedang bermain bola dengan anak-anak. Ia tidak bisa memungkiri, ada sesuatu pada pria itu yang menarik perhatiannya. Wajah tampannya, sikap tegasnya, dan bagaimana ia memperhatikan anak-anak membuat Diana semakin sulit mengalihkan pikirannya.Berbeda sekali dengan suaminya yang memang cukup ramah pada anak-anak panti, tapi gesturnya tidak seluwes Rio. “Aku tidak mengerti kenapa dia selalu mempermasalahkanku,” gumam Diana sambil memandangi Rio yang tertawa bersama anak-anak.Meskipun Rio sering menegurnya karena ketidakpeduliannya terhadap panti, Diana tidak pernah benar-benar merasa terganggu. Sebaliknya, ia justru menikmati setiap interaksi mereka, bahkan yang penuh ketegangan sekalipun.Kenapa sampai sekarang, pria itu belum menikah? Sepertinya wanita manapun yang ia tunjuk jadi istri, pasti akan langsung se

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   232. Tak Berkutik

    Keesokan paginya, Rio memutuskan untuk mulai menyelidiki laporan keuangan panti yang baru dikirim oleh Diana. Ia tahu bahwa masalah terbesar yang disampaikan ibunya adalah mengenai kebutuhan anak-anak panti yang tidak terpenuhi. Hal ini hanya bisa dijelaskan jika ia menemukan sesuatu yang tidak beres dalam pengelolaan dana panti yang semuanya diatur oleh Diana. Rio langsung menuju ruang kantor yang biasa digunakan oleh Diana. Ia menemukan meja yang penuh dengan tumpukan kertas, dokumen, dan beberapa map yang terlihat acak-acakan. Saat membuka laci, ia menemukan sebuah buku besar yang tampaknya menjadi catatan keuangan utama panti.Ia membawa buku itu ke ruang tamu dan mulai memeriksa halaman demi halaman. Di situ, tercatat pemasukan dari donatur tetap, sumbangan insidental, serta beberapa pengeluaran utama seperti makanan, pakaian, dan biaya operasional. Namun, semakin lama ia membaca, semakin banyak hal yang mencurigakan.Rio memusatkan perhatiannya pada kolom pengeluaran. Di sana

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   231. Kedatangan Rio

    Pagi itu, suasana di panti yatim piatu milik Nara sedikit lebih riuh dari biasanya. Anak-anak berlarian ke halaman, saling bersahutan dengan suara ceria. Mereka jarang terlihat seantusias ini. Sebuah mobil hitam baru saja berhenti di depan gerbang panti, dan seorang pria bertubuh tinggi, berkulit cerah, serta berpenampilan rapi keluar dari kendaraan itu.Pria itu adalah kakak sulung Erwin yang telah menetap di luar negeri selama beberapa tahun terakhir. Meskipun jarang pulang, Rio selalu mengirimkan kabar dan sumbangan untuk membantu panti. Namun kali ini, ia datang karena ingin melihat kondisi ibunya. “Om Rio!” teriak salah satu anak kecil sambil berlari ke arahnya.Rio tersenyum hangat, menunduk untuk mengangkat bocah itu ke pelukannya. “Hei, Nia, kamu makin besar ya!” ucapnya dengan tawa ringan."Udah, dong, Om Rio juga udah besar." Rio tertawa. "Bukan sudah besar, Nia, tapi sudah tua." Rio pum tertawa. Anak-anak yang lain mengikuti gerakan Nia yang mencium punggung tangan Rio.

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   230. Diana yang Licik

    Tiga tahun kemudian…Aini berdiri di dapur, mengaduk panci besar berisi bubur yang ia siapkan untuk makan siang anak-anak panti. Asap mengepul, memenuhi ruangan kecil itu dengan aroma sederhana. Meski lelah, ia tetap memastikan makanan itu matang sempurna. Namun, hatinya terasa berat. Ia tahu bubur itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak.Tiga tahun yang lalu, ia masih disibukkan dengan agenda kursus anak-anak panti dan juga berhubungan dengan donatur, meskipun ia bukan orang sekolahan. Namun, kini ia hanya bisa berdiri di depan kompor dan mesin cuci. “Aini, jangan terlalu banyak pakai susu,” suara Diana terdengar dari ambang pintu. Perempuan itu berdiri dengan tangan terlipat, matanya mengawasi setiap gerakan Aini.Aini menoleh, mencoba menahan perasaan kesal yang muncul. “Kalau susu tidak cukup, anak-anak akan semakin kekurangan gizi. Anak-anak terlihat kurus, Kak. Sudah ada donatur yang berkomentar."“Jangan berlagak tahu segalanya,” Diana memotong tajam. “Aku

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   229. Kamu Salah Orang!

    Diana duduk di sofa ruang keluarga, menatap Erwin dengan mata penuh amarah. Tangannya yang kurus mengepal erat di atas meja, napasnya pendek-pendek."Berapa lama lagi aku harus bersabar, Mas?" tanyanya dingin. "Kamu bilang pernikahan ini hanya formalitas, tapi lihat apa yang terjadi. Dia masih di sini, menjalani hidup seperti istrimu yang sah. Ibumu juga sangat membelanya." Diana melipat kedua tangannya di dada. Erwin mendesah panjang, menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sayang, aku sudah bilang, ini tidak semudah itu. Sabar sedikit lagi ya.""Tidak semudah itu?" Diana mencemooh, matanya menyala. "Kalau memang hanya formalitas, kenapa kamu tidak bisa mengusirnya? Apa kamu lupa? Dia hanya istri kedua yang bahkan tidak pantas ada di sini!"Erwin memijat pelipisnya, mencoba menahan kesabarannya yang mulai terkikis. "Diana, aku tidak bisa begitu saja menyuruhnya pergi. Kamu tahu bagaimana ibu memandang Aini. Dia menganggap Aini seperti anak sendiri. Kalau aku tiba-tiba menceraikannya atau

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   228. Salah Sendiri

    "Kak Diana! Apa yang terjadi?!" Aini segera berlutut, mencoba membantu Diana duduk. Wanita itu msih terus memegang perutnya. Aini pun ikut gemetar dan takut. Keringat tiba-tiba membanjiri kening dan lehernya. Diana tidak menjawab. Ia hanya menangis, mengerang, dan mencengkeram tangan Aini dengan kuat. "Tolong... perutku sakit... darah...!"Tanpa berpikir panjang, Aini memanggil Pak Zainal penjaga panti untuk membantu mengangkat Diana ke mobil. Dengan tangan gemetar, Pak Zainal menyetir secepat mungkin menuju rumah sakit terdekat. Dalam perjalanan, Diana terus merintih kesakitan, suaranya memecah keheningan malam."Aku tidak mau kehilangan dia!" isak Diana, matanya berlinang air mata."Sabar, Kak. Kita hampir sampai," jawab Aini, meski hatinya berdegup kencang. Ia tak tahu apa yang sedang terjadi, namun rasa paniknya tak bisa ia kendalikan."Kalian terlalu lama, aku takut... Aarg!""I-iya, Mbak, sedikit lagi sampai. Maaf, ini tumben macet sekali," tambah pak Zainal. Sesampainya di ru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   227. Nyonya Rumah

    Hari-hari di Panti Asuhan Cahaya Kasih menjadi jauh lebih sunyi bagi Aini. Setelah percakapan terakhir dengan Erwin, ia terpaksa menerima kenyataan pahit: ia tetap menjadi istri Erwin, namun harus berbagi peran dengan Diana, wanita yang begitu jelas tak menginginkannya ada.Keputusan itu bukan pilihan yang Aini buat dengan hati ringan, melainkan pengorbanan demi menghormati Nara, sosok yang sudah ia anggap seperti ibu sendiri.Namun, hidup sebagai istri kedua sama sekali tidak mudah. Erwin semakin jarang bicara dengannya, dan jika pun mereka berbicara, nada suara pria itu dingin dan sering kali terdengar seperti perintah. Diana, di sisi lain, dengan terang-terangan memandang Aini sebagai ancaman.Suatu pagi, Aini sedang sibuk menyusun berkas administrasi yayasan di ruang kerja kecil di lantai dua. Diana tiba-tiba masuk tanpa mengetuk, membawa tumpukan pakaian di tangannya."Aini!" panggil Diana dengan nada tinggi.Aini menoleh cepat, berdiri dari kursinya. "Ada apa, Kak Diana?""Pakai

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   226. Kedatangan Istri Tua

    Pagi pertama setelah pernikahan, Aini bangun dengan mata yang masih sembab akibat tangis semalam. Kamar itu terasa sunyi, dan ia mendapati tempat tidur di sampingnya kosong. Erwin sudah bangun lebih dulu, atau mungkin ia memang tak pernah tidur di sana.Aini menatap cermin di depan meja rias. Wajahnya tampak lelah, namun ia berusaha menguatkan diri. Ia tahu, hidupnya kini sudah berubah, meski tak sesuai dengan harapannya.Di ruang makan, Nara sudah menunggu dengan senyum hangat. Wanita tua itu tampak lebih bersemangat daripada biasanya, mungkin karena merasa salah satu keinginannya telah terpenuhi."Aini, bagaimana malam pertamamu?" tanya Nara dengan nada bercanda, membuat Aini tersipu."Baik, Bu," jawab Aini sambil tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan luka di hatinya. Tidak ada apapun yang terjadi semalam. Jangankan menyentuh, melihat dirinya saja, Erwin enggan. Tak lama kemudian, Erwin muncul dari arah pintu belakang. Ia mengenakan kemeja putih yang dilipat hingga siku, rambutn

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status