Share

75. Digendong

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-14 23:38:03

PoV Aini

Aku membantu bu Asma memasak sarapan pagi ini. Ini hari kedua aku tiba di Jakarta lagi, setelah sekian bulan aku tinggal di Surabaya. Alasannya adalah karena sekolah baru Izzam meminta surat pindah sekolah. Padahal masih TK, aku mengira tidak perlu pakai surat pindah, tetapi kebijakan sekolah baru Izzam, membutuhkan tersebut.

"Masak apa?" tanya Alex, adik dari almarhumah mbak Listy. Wanita yang merupakan cinta pertama suamiku dan kemudian menjadi pelakor dalam rumah tanggaku.

"Mama bikin nasi goreng dan ayam goreng serundeng. Ada roti bakar untuk anak-anak. Kamu mau makan yang mana, terserah kamu aja. Tinggal pilih." Jawaban dari bu Asma.

Aku sedang menyeduh teh dalam teko saat itu.

"Ada teman Alex, Ma."

"Iya, Mama lihat dari jendela semalam. Kamu bawa temen mabuk. Dia boleh gabung di meja makan kalau sudah hilang mabuknya. Mama gak mau kalau sampai ponakan kamu melihat orang mabuk berkeliaran di rumah ini."

"Iya, Ma, lagian karena dia terlalu mabuk aja. Kalau nggak, juga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
puaaas dhuhaaa,,cinta aja gengsi
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
syukurin lho dhuha... gak suka banget dgn dhuha.. ......
goodnovel comment avatar
Mimin Rosmini
puas rasanya penulis bikin si dhuha jadi seperti orang oon ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   76. Kembali ke Surabaya

    "Dhuha, lo bisa tolong bawain paper bag belanjaan gue? Please!" "Oh, gitu, ya... baiklah. Biar gue bantu bawain." Mas Alex menggendongku untuk sampai di bangku yang terletak di pinggir dekat tenant kopi. Lalu mas Dhuha benar-benar membawakan paper bag dengan wajahnya yang ditekuk. "Mbak mau makan dulu?" tanyaas Alex. "Iya, lagi pengen makan ayam crispy." Aku menelan ludah membayangkan betapa nikmatnya makan ayam kriuk. "Tapi, kita bungkus aja ya. Saya khawatir kalau makan di tempat, Mbak Aini malah kenapa-napa. Tunggu di sini ya, saya belikan dulu.""Dhuha, lo temenin dulu mbak Aini ya." Duh, kenapa mas Alex malah minta pria itu yang menungguku. "Ya, gue di sini saja." Aku mengeluarkan ponsel berlogo apel digigit yang dibelikan bu Asma. HP canggih seperti milik mas Dhuha dan mbak Luna. HP yang selama ini hanya bisa aku lihat saja, kini bisa aku gunakan meskipun hanya untuk berkirim pesan whatsapp dan menelepon. Aku sama sekali tidak peduli dengan mas Dhuha yang ternyata sudah du

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   77. Foto dari Hakim

    PriaMas, kamu mau apa lagi ke sini, sih?" Aini mendesis kesal. Perutnya pun ikut bergolak saat emosinya meluap. "Mau lihat anak-anak. Kemarin aku gak lihat mereka." Dhuha menjawab sambil berbisik di dekat telinga Aini. Sontak wanita itu mundur."Aw!" Perutnya mendadak keram. "Eh, k-kenapa, Ai? Mau melahirkan?""Ayah Dhuha, Ayah Dhuha ikut ke Surabaya kan? Atau ayah Dhuha mau jemput Izzam sama ibu? Ibu pernah nangis loh, inget ayah katanya." Aini menarik pelan tangan Izzam agar ikut duduk di dekatnya. "Izzam, nenek Asma dan Om Alex gak boleh tahu ayah Dhuha. Nanti ayah Dhuha diomelin nenek Asma. Jadi, kita rahasia ya." Aini memberikan jari kelingkingnya pada Izzam. Anak lelaki kecil itu menoleh pada Dhuha dan pria itu pun mengangguk setuju. "Tapi nanti Ayah jemput Izzam sama ibu dan adek Intan kan?" "Iya, Ayah selesaikan dulu pekerjaan Ayah di sini ya. Izzam jagain ibu di Surabaya. Kalau ada om-om nakal deketin ibu, bilang sama Ayah.""Gak lucu!" Sela Aini kesal. "Ayah, coba peg

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   78. Dhuha Cengeng

    Uek! Uek! Maria memperhatikan putranya yang lari terbirit-birit menuju wastafel di dapur. Baru juga dua suap bubur ayam yang masuk ke mulutnya, tetapi sudah keluar lagi. Maria berlari menyusul Dhuha sambil membawakan minyak kayu putih. Wanita itu dengan perhatian mengurut leher belakang sang Anak. Uek! Uek! "Duh, kamu kenapa, Dhu? Udah dua hari begini loh. Masa baru diisi sedikit udah keluar lagi. Ke dokter ya?" Dhuha hanya pasrah saja karena kepalanya berkunang-kunang. Tubuhnya lemas bagaikan tak bertulang. "Mama anter ke kamar kamu ya?" Dhuha hanya mengangguk saja. Maria memapah Dhuha masuk ke kamar. Mengoleskan minyak angin di dahi putranya sebelum ia keluar dari kamar. "Ma, mangga yang di kulkas minta tolong dikupas. Dhuha mau ngilangin eneg. " Maria yang sudah diambang pintu, langsung menoleh kembali ke belakang. "Apa? Mangga? Lambung kamu nanti luka. Gak makan nasi, malah makan mangga. Semalam juga makan mangga sebelum tidur. Gak boleh, nanti kita ke dokter. Tunggu Mama te

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   79. Kabar untuk Aini

    "Bukan gitu, tapi Aini tinggal sama Alex.""Hah, apa? Serius lo?""Iya, gue mau ceritain ke lo, tapi gue lagi gak enak begini. Uek! Uek!"Baru bicara sedikit lebih banyak, Dhuha sudah kembali muntah dan tidak bisa menahannya. Padahal, sudah ada obat anti mual di suntikan ke dalam cairan infus. Hakim dan perawat pun sibuk membereskan muntahan Dhuha. Tidak ada yang keluar dari perut pria itu, hanya air saja, tapi berwarna pucat. Maria masuk ke ruangan IGD kembali, tetapi Luna tidak. Ibu hamil tidak disarankan masuk ke ruangan IGD karena khawatir banyak virus. "Ya Allah, kenapa, Dhu?" tanya Maria saat melihat perawat, petugas kebersihan membersihkan lantai dan juga seprei bed. "Dhuha muntah lagi, Mami. Mabok berat ini." Hakim menjawab sambil menahan sedikit rasa jijik. "Ya ampun, kamu kenapa sih, Nak?"Disaat Maria sibuk dengan Dhuha, Hakim keluar dari ruangan IGD, maksud hati ingin langsung menelepon Alex. Namun, hal itu belum jadi ia lakukan karena tiba-tiba sudah ada Luna yang men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   80. Tes Kesuburan

    FlashbackPoV Anton"Jadi, Bos, suaminya Mbak Aini itu nikah juga sama perempuan namanya Luna. Ini saya punya fotonya." Dedi memberikan ponselnya padaku. Ada tiga foto di sana dengan berbagai angle. "Cantik.""Iya, Bos, lulusan sarjana luar negeri. Mantan pacarnya suaminya Mbak Aini." Aku mengangguk paham. "Jauh banget bedanya sama Aini. Pantesan si Aini disia-siain lakinya. Nikah gak jelas." Aku memberikan ponsel itu lagi pada Dedi. "Tapi, Bos, kayaknya nih cewek mau menyingkirkan Mbak Aini. Biar Mbak Aini cerai dari suaminya." "Udah bisa ketebak, sih. Mana ada perempuan mau dimadu. Mau cakep, jelek, hitam, putih, yang namanya istri, pasti gak terima dimadu. Kasihan Aini ya.""Begitulah, Bos. Mm... apa saya perlu mengikuti ke mana cewek itu lagi, Bos?""Ya, ikuti trus. Pokoknya jangan sampai dia ganggu atau menyakiti Aini dan anak-anak." "Baik, Bos." Dedi keluar dari gudang tempat biasa aku bekerja. Hari ini tidak terlalu banyak masuk barang karena sudah tiga hari hujan. Kardus

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   81. Malam Panas Waktu Itu

    "Den, lu di mana? Bantuin gue, mobil mogok nih!""Yah, Bos, istri saya mau lahiran nih. Udah mules, jadi gak bisa ditinggal.""Eh, cepet amat. Baru bulan lalu nikah, udah mau lahiran sekarang? Serius lu? Hamil apaan cepet banget?""Ha ha... Nikahnya udah setahun Bos. Masa lupa sih! Maaf ya Bos Anton, saya beneran lagi gak bisa. Mau saya telepon Udin?""Gak usah, si Udin nanti malah nyuruh gue. Ya udah, gue akalin dulu deh!" "Mobil yang mana dibawa, yang lama ya?""Iya, pick up lama.""Saya udah bilang itu mobil rusak. Bos masih pake aja!"Aku segera menutup telepon. Udah lagi susah, malah kena omel. Suara gemuruh langit yang akan segera menumpahkan air hujan membuatku semakin tak fokus memperbaiki mesin mobil. Mesin udah aku cek, semuanya aman. Memang mesinnya aja udah tua. Aku juga sampai masuk ke kolong mobil untuk mengecek bagian bawah. Sayangnya aku gak bawa senter. Terpaksa menggunakan senter HP. Bep! Aduh, batrei ponselku sudah mau habis pula. Mau nelepon tukang service, ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   82. Keputusan Aini

    "Jangan bohong, Mas. Dari mana Mas Alex tahu kalau mas Dhuha sakit?" tanya Aini tak yakin. "Pria bernama Hakim yang menelepon. Sepupunya kan?" Aini terkejut. "Iya, Mas Hakim." "Mau jenguk?" Aini menggelengkan kepala. "Gak, Mas. Saya sebenarnya udah selesai dengan lelaki itu hanya saja.... ""Pikirkan dulu, Ai. Ayah bayi kamu lagi sakit dan dia bilang ingin ketemu kamu. Kalau kamu mau, bisa aku anter. Gak nginep di Jakarta gak papa kalau mau langsung pulang ke Surabaya. Mumpung aku masih di sini. Biar aku temani." Aini tidak menjawab. Jujur hatinya ingin sekali menjenguk Dhuha, tetapi ia khawatir bertemu dengan Maria. Ia sudah berjanji untuk tidak muncul lagi di Jakarta, tetapi di sudut hatinya yang lain, Aini ingin mengunjungi Dhuha. Bagaimana kalau umur suaminya tidak lama lagi? Semalaman Aini tidak nyenyak tidur karena teringat Dhuha. Perutnya juga sejak tadi pagi; mendengar kabar Dhuha sakit, tak hentinya melakukan kontraksi. Wanita itu mengambil ponsel yang ada di atas naka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   83. Hakim Mendengar Semuanya

    "Mbak Aini jadi ke sini kan? Sudah di mana?"SendIstri Orang 1"Jadi, ini lagi di jalan. Saya naik kereta api.""Apinya kecil apa gede?"SendIstri Orang 1"Wkwkwkwk... bisa aja, Mas Hakim."Hakim tertawa cekikan di sofa. Dhuha menatap heran sepupunya yang sejak tadi hanya senyam-senyum di depan ponsel. "Lu lagi chatting sama siapa, Kim?" tanya Dhuha dengan suara serak. "Cewek lu? Siapa?"Hakim menoleh pada Dhuha. "Istri orang ha ha.... ""Jangan sembarangan lu, Kim. Ditembak m@ti lakinya nanti lu!" Hakim malah terbahak. "Kagak bakalan, orang lakinya lemes." Kening Dhuha mengerut. Jika saja ia bisa merampas ponsel sepupunya itu, sudah pasti ia lakukan sejak tadi. "Lakinya sakit?""Iya, mau sakaratul maut." "Oh, kasihan sekali istrinya mau ditinggal mati." Hakim malah semakin terbahak mendengar komentar Dhuha. Pria itu memutuskan untuk segera keluar dari kamar perawatan Dhuha agar tidak terus-terusan menggoda orang sakit. Dhuha hanya bisa termenung melihat langit-langit kamar p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   211. Sadar Status

    Suci berdiri mematung di depan tangga, menatap punggung Alex yang memeluk kedua anaknya. Izzam masih menggenggam erat tangan ayahnya, sementara Intan berlari kecil dari dapur untuk bergabung. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang hangat—tanpa dirinya."Papa..." Intan memanggil dengan suara manja sambil mengulurkan tangan kecilnya, meminta digendong. Alex merendah dan meraih tubuh mungil itu, membawanya ke pelukan. Bibirnya tersenyum tipis, meski kelelahan jelas terlukis di wajahnya."Maafkan kalau Papa sering lembur ya." "Iya, Pa, gak papa. Di rumah ada bibik sama tante."Suci mengalihkan pandangannya. Dadanya bergemuruh, marah bercampur sedih. Kata-kata Alex tadi masih menggema di benaknya. Tamu? Aku hanya tamu di rumah ini? Padahal aku yang menjaga anak-anak ini, aku yang memastikan semuanya berjalan seperti semestinya.Ia menggeretakkan gigi. Matanya basah, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis di depan Alex. Ia menegakkan bahu, mencoba mempertahankan sisa-sisa martabat y

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   210. Dikurung di Kamar

    Langit Bandung sore itu kelabu, seperti hati yang sedang muram. Hujan turun rintik-rintik, membasahi dedaunan dan jalanan yang masih ramai kendaraan. Udara dingin merayap masuk ke dalam rumah mewah di kawasan Dago, tempat Suci duduk bersandar santai di sofa ruang keluarga. Suara televisi menyala pelan, menayangkan program komedi, tapi perhatiannya setengah saja tertuju ke layar. Di sebelahnya, dua anak kecil, Izzam dan Intan, duduk diam, menikmati cemilan sambil sesekali melirik televisi.Izzam, delapan tahun, mengenakan kaos biru dengan celana pendek. Wajahnya serius, mungkin karena ia tahu bahwa satu gerakan yang salah bisa memancing amarah Suci. Adiknya, Intan, hanya terpaku pada mainan di tangannya, tak banyak bicara.Ini pemandangan yang berbeda dari biasanya. Dua anak itu dulu kerap membuat rumah berantakan—berlarian ke sana kemari, bertengkar, atau berteriak memanggil papa mereka, Alex. Tapi, setelah ancaman serius dari Suci beberapa minggu lalu, semuanya berubah. "Kalau kalia

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   209. Bicara pada Monic

    Dhuha berdiri di balkon apartemennya, pandangannya menembus pemandangan kota Bandung yang mulai dihiasi lampu-lampu malam. Angin dingin berembus lembut, membawa aroma hujan yang tersisa sejak sore tadi. Tapi bukan itu yang memenuhi pikirannya. Melainkan bayangan seorang perempuan, dengan senyum lembut yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar. Aini.Wanita yang dulunya ia tak sudi menyentuhnya, tapi sekarang, dia bisa mati jika berjauhan dengannya. Ada sebuah kalimat petuah bertuliskan, membencilah sewajarnya, karena suatu saat kalian bisa jadi sangat mencintainya. Kini ia tidak tahu kapan tepatnya jatuh cinta lagi kepada mantan istrinya itu. Mungkin sejak pertama kali Aini datang kembali ke kehidupannya, meminta bantuan untuk menyelesaikan perceraian dengan Alex. Atau mungkin sejak mereka mulai berbagi ruang lagi di apartemen ini, saat Dhuha melihat sisi rapuh Aini yang selama ini jarang ia perhatikan. Namun, situasi mereka jauh dari kata sederhana. Aini masih terikat dalam per

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   208. Ai, Aku Boleh Tidur Di sini gak?

    Pagi-pagi sekali, bik Emi sudah sampai di apartemen Dhuha dengan membawa bahan masakan. Semalam Dhuha mengirimkan pesan pada wanita itu agar bisa datang lebih pagi dan membawa bahan masakan. Wanita itu sudah sibuk di dapur, sambil terus melihat ke arah ruang tengah, dimana bosnya sedang tidur pulas. Mendengar suara sedikit berisik di dapur, Dhuha terbangun. "Oh, udah datang, Bik," sapanya. "Sudah, Pak. Bapak tidur di luar? Lagi ada tamu ya?" Dhuha mengangguk "Iya, ada mama dan saudara saya. Makanya kamu semalam saya suruh datang cepat untuk masak. Biar Aini gak usah masak.""Baik, Pak, saya masak kwetiau kuah seafood, nasi goreng, dan ada jus buah. Apa itu cukup, Pak?""Cukup, Bik. Lanjutkan saja pekerjaan kamu." Dhuha berjalan masuk ke kamar mandi yang berada di luar. Ia tidak mau menganggu tidur mamanya dan juga Monic. Suara gemericik air dari wastafel dan aroma tumisan bawang putih memenuhi dapur apartemen Dhuha. Bik Emi sibuk mengaduk wajan sambil memotong sayuran di sampingn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   207. Biarkan Aku Menyentuhmu

    Tok! Tok! Anton menoleh ke arah pintu kamar yang diketuk dua kali. Siapa lagi kalau bukan Luna. Pria itu menekan layar ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam dua belas malam. Di luar hujan dan saat ini baru saja mati lampu. "Anton." Pria itu menghela napas. "Kenapa?""Maaf, apa kamu punya lilin lagi? Lilin di kamar udah mau habis." Anton melirik lilin yang ada di lantai kamar yang juga tinggal kurang lebih lima senti saja. Pria itu akhirnya membuka pintu kamar. "Di dapur gak ada?" Luna menggelengkan kepala. "Ya sudah, tunggu sebentar." Anton berjalan ke dapur, sedangkan Luna masuk ke kamar yang dulu pernah ia tiduri selama empat tahun lamanya. Kamarnya masih sama, ranjangnya juga. Ia bisa melihat keadaan kamar itu dari temaram cahaya lilin. Lalu ia melihat ke arah dinding yang biasanya ada foto pernikahannya, tetapi kini sudah tidak ada. Foto pernikahan di mana posenya seperti singa yang hendak menerkam mangsa. Beda dengan Anton yang tersenyum. "Ngapain kamu di sini?" tanya Anto

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   206. Siapa Suruh Cium Bibirku?

    "Jadi, lo berangkat malam ini ke Surabaya?" Dhuha mengaduk latte-nya dengan malas, matanya mengamati Hakim yang tampak sibuk memeriksa pesan di ponselnya. Kedua sepupu itu ketemu di sebuah kafe dekat dengan kantor Hakim. "Iya, gue udah pesen tiket tadi pagi," jawab Hakim tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Resepsi pernikahannya Kinanti kan besok pagi. Gue nggak mungkin datang telat. Mama, papa, sama Amel udah di sana dari jumat karena menyaksikan aksi nikah. Lo beneran gak datang?" "Kayaknya bakal rame, ya. Semua keluarga ngumpul," Dhuha menyesap minumannya."Iya, kalau lagi ada momen nikahan, emang selalu kumpul kan. Mami Maria juga gak datang kayaknya karena masih belum pulih ya?" tanya Hakim. Dhuha pun mengangguk. Ia yang melarang mamanya terbang ke Surabaya karena kondisi kesehatan. "Gue udah transfer langsung ke Kinanti. Dari gue sama mama. Mungkin kalau mama udah enakan, baru ke sana." Hakim pun mengangguk mafhum. "By the way, gimana kabar Amel? Udah lama gue n

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   205. Siapa yang Harus Aku Pilih?

    “Amel, kamu yakin nggak mau mencoba mengenal Levi lebih jauh?” suara Viona terdengar lembut, tapi tetap mendesak.Amel menatap ibunya dengan alis bertaut. Ia baru saja turun ke ruang makan untuk sarapan, tapi Viona sudah memulai lagi topik yang sama. “Ma, aku sudah bilang, aku masih sama Anton. Aku nggak tertarik untuk mengenal siapa pun lagi. Mama tahu kan, aku perempuan yang jarang sekali pacaran dan baru kali ini aku senang sama lelaki dewasa yang bertanggung jawab."Viona menghela napas panjang, menahan diri agar tidak meledak. Fahri yang duduk di sebelahnya ikut menimpali. “Amel, kami hanya ingin yang terbaik buat kamu. Anton itu... ya, kamu tahu sendiri, dia punya banyak masalah. Dia duda dengan satu anak. Kami nggak yakin dia bisa membuatmu bahagia. Apalagi dia duda bercerai, bukan ditinggal meninggal istrinya. Mama dan papa harap, kamu mau memikirkan perkenalan dengan Levi. Just friends, girl!"“Papa, Mama, aku tahu kalian nggak setuju sama hubungan kami,” jawab Amel, suaranya

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   204. Maafkan Aku

    “Mas, Luna masih di sana?” suara Amel terdengar di ujung telepon, nadanya penuh kehati-hatian namun sarat kecurigaan.Anton menghela napas panjang sebelum menjawab, “Iya, Sayang. Luna masih di sini. Tapi, percayalah, dia cuma di sini sampai urusan perceraian kami selesai.”“Tapi kenapa dia harus tinggal di rumahmu? Bukankah itu bisa diselesaikan tanpa harus tinggal bersama?” suara Amel sedikit bergetar. “Aku ini cemburu, Mas. Aku nggak bisa bohong soal itu. Aku takut kalau kalian berdua jadi rujuk. Apalagi, aku harus di Surabaya sampai tiga hari. Ck, ingin banget aku buru-buru pulang, tapi gak bisa. Acara nikahan sodaraku rumit."“Amel, dengarkan aku.” Anton menekankan suaranya, mencoba meyakinkan Amel. “Aku dan Luna sudah selesai. Tidak ada lagi apa-apa di antara kami selain tanggung jawab sebagai orang tua untuk Aris. Dia hanya di sini demi anak kami. Aku mohon, percayalah padaku. Kamu masih gak percaya sama aku?"Namun, jawaban itu tidak sepenuhnya membuat hati Amel tenang. Ia ter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   203. Aku Masih Istrimu, Mas!

    “Luna, kamu sebaiknya pergi dari sini,” ujar Anton dengan nada tegas, meski suaranya terdengar lelah. Ia berdiri di ruang tamu, menatap Luna yang sedang menyapu lantai dengan gerakan santai, seolah-olah dia adalah pemilik sah rumah itu. Dan memang saat ini statusnya masih istri Anton, tentu saja tak ada masalah dengan kegiatannya membereskan rumah. “Aku tidak akan pergi, Mas,” jawab Luna tanpa menoleh, tetap melanjutkan pekerjaannya. “Aku istrimu, dan sampai pengadilan memutuskan sebaliknya, aku akan tetap di sini.”Tumben sekali panggil, Mas! Apa dia kesambet? Batin Anton. “Kita sedang dalam proses perceraian,” balas Anton, suaranya meninggi. “Kamu tahu itu. Apa yang kamu harapkan dengan tinggal di sini? Rumah tangga ini gak ada harapan. Sejak awal rumah tangga ini berdiri tanpa cinta."Luna berhenti menyapu. Dia menatap Anton dengan mata yang tenang, seolah kata-kata pria itu tidak ada artinya. “Aku tidak di sini untuk cinta, Mas. Aku di sini untuk Aris. Untuk rumah ini. Dan untuk

DMCA.com Protection Status