Share

79. Kabar untuk Aini

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-17 14:01:24

"Bukan gitu, tapi Aini tinggal sama Alex."

"Hah, apa? Serius lo?"

"Iya, gue mau ceritain ke lo, tapi gue lagi gak enak begini. Uek! Uek!"

Baru bicara sedikit lebih banyak, Dhuha sudah kembali muntah dan tidak bisa menahannya. Padahal, sudah ada obat anti mual di suntikan ke dalam cairan infus. Hakim dan perawat pun sibuk membereskan muntahan Dhuha. Tidak ada yang keluar dari perut pria itu, hanya air saja, tapi berwarna pucat.

Maria masuk ke ruangan IGD kembali, tetapi Luna tidak. Ibu hamil tidak disarankan masuk ke ruangan IGD karena khawatir banyak virus.

"Ya Allah, kenapa, Dhu?" tanya Maria saat melihat perawat, petugas kebersihan membersihkan lantai dan juga seprei bed.

"Dhuha muntah lagi, Mami. Mabok berat ini." Hakim menjawab sambil menahan sedikit rasa jijik.

"Ya ampun, kamu kenapa sih, Nak?"

Disaat Maria sibuk dengan Dhuha, Hakim keluar dari ruangan IGD, maksud hati ingin langsung menelepon Alex. Namun, hal itu belum jadi ia lakukan karena tiba-tiba sudah ada Luna yang men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (9)
goodnovel comment avatar
susiana feriyanti
wkakakakak diluar nurul nih rencana Hakim & Alex, kirain mo jujur aja bilang kl Dhuha lg mabok berat Krn Aini. Pengen tau aja sejauh mana rasa empati Aini. Eh ini mlh dibilang mo mati ya pasti auto meloncat jantung Aini wkwkwkwk
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
hakim ngibul aja.........
goodnovel comment avatar
Dyah Wulandari
hhhhh bisa aja Alex dan Hakim pasti bikin cerita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   80. Tes Kesuburan

    FlashbackPoV Anton"Jadi, Bos, suaminya Mbak Aini itu nikah juga sama perempuan namanya Luna. Ini saya punya fotonya." Dedi memberikan ponselnya padaku. Ada tiga foto di sana dengan berbagai angle. "Cantik.""Iya, Bos, lulusan sarjana luar negeri. Mantan pacarnya suaminya Mbak Aini." Aku mengangguk paham. "Jauh banget bedanya sama Aini. Pantesan si Aini disia-siain lakinya. Nikah gak jelas." Aku memberikan ponsel itu lagi pada Dedi. "Tapi, Bos, kayaknya nih cewek mau menyingkirkan Mbak Aini. Biar Mbak Aini cerai dari suaminya." "Udah bisa ketebak, sih. Mana ada perempuan mau dimadu. Mau cakep, jelek, hitam, putih, yang namanya istri, pasti gak terima dimadu. Kasihan Aini ya.""Begitulah, Bos. Mm... apa saya perlu mengikuti ke mana cewek itu lagi, Bos?""Ya, ikuti trus. Pokoknya jangan sampai dia ganggu atau menyakiti Aini dan anak-anak." "Baik, Bos." Dedi keluar dari gudang tempat biasa aku bekerja. Hari ini tidak terlalu banyak masuk barang karena sudah tiga hari hujan. Kardus

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   81. Malam Panas Waktu Itu

    "Den, lu di mana? Bantuin gue, mobil mogok nih!""Yah, Bos, istri saya mau lahiran nih. Udah mules, jadi gak bisa ditinggal.""Eh, cepet amat. Baru bulan lalu nikah, udah mau lahiran sekarang? Serius lu? Hamil apaan cepet banget?""Ha ha... Nikahnya udah setahun Bos. Masa lupa sih! Maaf ya Bos Anton, saya beneran lagi gak bisa. Mau saya telepon Udin?""Gak usah, si Udin nanti malah nyuruh gue. Ya udah, gue akalin dulu deh!" "Mobil yang mana dibawa, yang lama ya?""Iya, pick up lama.""Saya udah bilang itu mobil rusak. Bos masih pake aja!"Aku segera menutup telepon. Udah lagi susah, malah kena omel. Suara gemuruh langit yang akan segera menumpahkan air hujan membuatku semakin tak fokus memperbaiki mesin mobil. Mesin udah aku cek, semuanya aman. Memang mesinnya aja udah tua. Aku juga sampai masuk ke kolong mobil untuk mengecek bagian bawah. Sayangnya aku gak bawa senter. Terpaksa menggunakan senter HP. Bep! Aduh, batrei ponselku sudah mau habis pula. Mau nelepon tukang service, ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   82. Keputusan Aini

    "Jangan bohong, Mas. Dari mana Mas Alex tahu kalau mas Dhuha sakit?" tanya Aini tak yakin. "Pria bernama Hakim yang menelepon. Sepupunya kan?" Aini terkejut. "Iya, Mas Hakim." "Mau jenguk?" Aini menggelengkan kepala. "Gak, Mas. Saya sebenarnya udah selesai dengan lelaki itu hanya saja.... ""Pikirkan dulu, Ai. Ayah bayi kamu lagi sakit dan dia bilang ingin ketemu kamu. Kalau kamu mau, bisa aku anter. Gak nginep di Jakarta gak papa kalau mau langsung pulang ke Surabaya. Mumpung aku masih di sini. Biar aku temani." Aini tidak menjawab. Jujur hatinya ingin sekali menjenguk Dhuha, tetapi ia khawatir bertemu dengan Maria. Ia sudah berjanji untuk tidak muncul lagi di Jakarta, tetapi di sudut hatinya yang lain, Aini ingin mengunjungi Dhuha. Bagaimana kalau umur suaminya tidak lama lagi? Semalaman Aini tidak nyenyak tidur karena teringat Dhuha. Perutnya juga sejak tadi pagi; mendengar kabar Dhuha sakit, tak hentinya melakukan kontraksi. Wanita itu mengambil ponsel yang ada di atas naka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   83. Hakim Mendengar Semuanya

    "Mbak Aini jadi ke sini kan? Sudah di mana?"SendIstri Orang 1"Jadi, ini lagi di jalan. Saya naik kereta api.""Apinya kecil apa gede?"SendIstri Orang 1"Wkwkwkwk... bisa aja, Mas Hakim."Hakim tertawa cekikan di sofa. Dhuha menatap heran sepupunya yang sejak tadi hanya senyam-senyum di depan ponsel. "Lu lagi chatting sama siapa, Kim?" tanya Dhuha dengan suara serak. "Cewek lu? Siapa?"Hakim menoleh pada Dhuha. "Istri orang ha ha.... ""Jangan sembarangan lu, Kim. Ditembak m@ti lakinya nanti lu!" Hakim malah terbahak. "Kagak bakalan, orang lakinya lemes." Kening Dhuha mengerut. Jika saja ia bisa merampas ponsel sepupunya itu, sudah pasti ia lakukan sejak tadi. "Lakinya sakit?""Iya, mau sakaratul maut." "Oh, kasihan sekali istrinya mau ditinggal mati." Hakim malah semakin terbahak mendengar komentar Dhuha. Pria itu memutuskan untuk segera keluar dari kamar perawatan Dhuha agar tidak terus-terusan menggoda orang sakit. Dhuha hanya bisa termenung melihat langit-langit kamar p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   84. Dhuha Cemburu

    a ke sini untuk melihat kondisi Mas Dhuha. Ternyata benar-benar memprihatinkan. Mas sakit apa? Apa beneran gak lama lagi?" awalnya Dhuha tersenyum tipis, tetapi setelah pertanyaan Aini barusan, senyumnya hilang. Wanita itu duduk di kursi samping Dhuha. "Gak lama lagi apanya?" tanya Dhuha berpura-pura tak paham. "Kata dokter kondisi Mas Dhuha kritis ya. Namanya umur gak ada yang tahu, Mas. Mas harus.... ""Maksud kamu apa, Ai? Aku mau mati, gitu? Kamu senang jadi janda dua kali?" Aini menahan senyumnya. "Bukannya emang udah janda ya, Mas?""Kata siapa? Udah, kalau kita ngobrol, pasti akan bertengkar. Sekarang kamu suapin aku buah. Itu, di piring kecil ada buah, suapin aku. Biar kita gak usah bicara!" Aini menoleh pada meja kecil yang ditunjuk Dhuha dengan dagunya. Aini melakukan apa yang diperintahkan oleh Dhuha. Wanita itu mengambil buah jeruk, lalu mengupas kulitnya. Sabar Aini, Dhuha lagi sakit dan kamu harus ekstra sabar. Gak sakit aja menguji kesabaran, apalagi sakit. Ungkap A

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   85. Cuma Kangen

    "Sejak kapan perut pindah ke atas!?" tanya Aini sewot sambil mengusap kasar bibirnya. Ia hendak bergeser, tetapi Dhuha menahannya. "Kita itu bukan suami istri lagi, Mas! Jadi gak bisa sembarangan cium! Zie na!""Kata siapa cerai? Nggak!" Dhuha menjauhkan tubuhnya dari Aini. Ia tahu istrinya belum benar-benar menerima keadaan seperti ini setelah fitnah yang pernah ia tuduhkan pada Aini. "Saya mau pulang!""Nggak, jangan! Iya, iya, boleh pulang. Tapi kamu nunggu Alex dulu. Perut kamu udah gede gitu. Berapa bulan sekarang usianya?" Dhuha mengalah. Suaranya ia pelan kan agar Aini tidak merajuk. "Delapan," jawab Aini singkat. "Oh, udah lama juga ya. Terakhir itu kita yang sore-sore ya. Itu mungkin langsung jadi, Ai!" Aini memutar bola mata malasnya. "Anaknya laki-laki atau perempuan?""Gak usah kepo, Mas. Bukannya Mas bilang ini bukan anak Mas? Kenapa sekarang berubah lagi?" Dhuha menghela napas. Ia tahu ia salah dan gak mudah membetulkan kembali apa yang sudah dirusak olehnya. "Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   86. Aku Suapi, Ya!

    "Apa-apaan ini, Kim? Kenapa jadi begini?" tanya Dhuha sambil meremas kasar rambutnya. Hakim pun tidak tahu harus berkomentar apa karena ia pun jika menjadi Dhuha, akan sangat bingung. "Sabar, Dhu, ini ujian buat lo!" "Maaf, Pak, silakan buat keputusan sekarang." Dhuha menatap Hakim dengan mata berkaca-kaca. Perawat memberikan dua lembar pernyataan yang harus ditanda tangani oleh Dhuha. Pria itu memegang pulpen dengan tangan gemetaran. Istri atau anaknya. Dua-duanya... Apa ini teguran karena dia meragukan buah hatinya?"Istri saya, Dok. Saya pilih istri saya." Dokter pun mengangguk dan langsung masuk ke ruangan operasi. Dhuha menunggu dengan cemas. Ia bolak-balik berdiri karena tak sabar dengan hasil tindakan dokter hari ini. Kaki tangannya ikut dingin, begitu juga perutnya. "Dhuha, bagaimana Aini?" Alex tiba di samping Dhuha dengan sama paniknya. "Masih di dalam. Belum keluar sudah empat puluh lima menit." "Apa yang terjadi? Bukankah Aini baik-baik saja sebelumnya?" tanya Laex

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   87. Keputusan yang Diambil

    PoV Dhuha"Dhu, mami Maria sakit. Lo gak mau pulang nengokin? Ini udah hari kesepuluh dirawat. Dia nanyain lo terus?" Aku diam. Sejak mama terang-terangan menentangku berumah tangga dengan Aini, aku pun memutuskan untuk mengalah. Di satu sisi, ada mama, tapi di sisi lain, ada Aini yang aku sayangi, tetapi ia tidak pernah memaafkanku lagi. Kematian putri kami dan penolakan mama yang membuat Aini membenciku. Empat tahun bukan waktu yang sebentar, tetapi sampai detik ini, aku tidak bisa melupakannya. Istriku pergi setelah bayi kami dimakamkan waktu itu. Nama yang begitu indah sudah disiapkan oleh Aini untuk putri kami. Hania Rahmah binti Fajar Pratama. Nama yang sangat sederhana, tetapi aku suka. Aini marah dan tidak memaafkanku. Ia juga terang-terangan diusir mama karena mama menganggap Aini tidak becus mengandung cucunya. Strata sosial masih yang paling penting bagi mama saat itu. Tidak tahu kalau sekarang. Lalu apa kalimat talak aku ucapkan pada Aini? Aku tidak mau dan aku tidak t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   237. Ceraikan Aini!

    Suasana rumah terasa berbeda pagi itu. Erwin yang biasanya penuh energi terlihat lemas terbaring di kamar. Sejak semalam, tubuhnya demam tinggi. Diana, yang sedang hamil muda, hanya bisa duduk di sofa ruang tamu dengan wajah lelah, sementara Rio sibuk berkeliling memastikan anak-anak panti mendapatkan perhatian yang cukup sebelum ia berangkat ke kantor. Aini berada di dapur, mengaduk bubur di panci dengan gerakan lamban. Rasa kesalnya tidak bisa ia sembunyikan. Siapa lagi kalau bukan tentang Diana dan Erwin. “Kenapa harus aku lagi?” gumam Aini dengan nada gerutu. Ia memindahkan bubur ke dalam mangkuk sambil menghela napas panjang. “Dia suami Diana, bukan aku. Tapi kenapa aku yang harus turun tangan? Giliran sakit, baru ngandelin aku!"Meski hatinya kesal, Aini tetap melangkahkan kaki menuju kamar Erwin. Ia tahu Rio yang memintanya dan bagaimanapun, ia tidak bisa menolak permintaan Rio, terutama karena Rio sudah banyak membantunya selama ini.Saat Aini masuk ke kamar, Erwin terbaring

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   236. Istri Sah vs Istri Siri

    Pagi itu, suasana di meja makan terasa tegang. Diana duduk dengan wajah murung, sesekali mengelus perutnya yang masih rata. Erwin tampak tidak sabar, terus menatap Aini yang sedang menyiapkan sarapan di dapur. Rio duduk di sisi lain meja, mengamati situasi tanpa bicara."Aini!" suara Erwin terdengar tajam, memecah keheningan.Aini menghentikan gerakannya, menoleh dengan wajah cemas. "Ya, Mas Erwin?""Masih lama? Istriku ini udah lapar." Erwin sedikit berteriak pada Aini. "Masih.""Kenapa?""Saya masak untuk semua orang yang ada di panti dan anggota rumah. Bibik yang biasa bantu-bantu dipecat Kak Diana, jadi saya repot. Kalau mau cepat, Mas Erwin bantuin saya!" Suara Aini pun terdengar bernada kesal. “Kamu ini bagaimana? Diana bilang kamu bersikap kasar padanya kemarin. Dia hamil muda, Aini. Kamu seharusnya lebih hati-hati,” kata Erwin dengan nada penuh teguran.Aini tertegun, berusaha mengingat apa yang mungkin ia lakukan salah. “Saya tidak bermaksud kasar, Mas. Saya hanya mengingat

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   235. Menyusahkan

    Pagi itu, suasana meja makan terasa lebih hangat dari biasanya. Rio sedang sibuk membantu Aini menyiapkan makanan, sementara Erwin duduk sambil membaca koran. Diana, yang biasanya terlambat bangun, pagi ini datang lebih awal dan langsung duduk di sebelah suaminya. Aini yang sibuk di dapur membawa hidangan terakhir, memastikan semua sudah tersedia untuk mereka."Mas Erwin, mau tambah kopi?" tanya Diana dengan suara manis.Erwin menggeleng sambil tersenyum. "Tidak, terima kasih. Perutku terlalu penuh nanti. Mas Rio mungkin mau?" Erwin menatap Rio. "Aku tidak bisa minum kopi terlalu pagi," jawab Rio. Rio melirik Diana, yang tampak lebih ceria dari biasanya. Ia hanya menggeleng pelan, tak ingin terlibat lebih jauh dalam urusan rumah tangga adiknya. Aini, yang berdiri tak jauh dari meja makan, memperhatikan kehangatan itu dengan hati yang berat.Beberapa tahun lalu, ia pernah berhayal bahwa suatu hari ia akan mendapatkan keluarga utuh layaknya orang lain. Bercerita, tertawa, berdiskusi

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   234. Jagain Jodoh Orang

    Hari-hari berlalu, dan ketegangan di panti asuhan semakin terasa. Diana semakin sering menunjukkan sikap tidak peduli terhadap anak-anak panti. Ia juga semakin terang-terangan memperhatikan Rio, meskipun pria itu selalu menjaga jarak. Diana terlihat cari perhatian saat di depan Rio. Ia akan bersikap manis pada anak-anak jika Rio ada di sana, tapi ketika Rio tidak ada, Diana kembali acuh. Aini menyaksikan semua itu dengan perasaan campur aduk. Di tengah kehidupannya yang sudah penuh tekanan, ia tetap berusaha menjalani hari-harinya di dapur dan merawat anak-anak dengan sepenuh hati. Meski kehadiran Rio membawa sedikit ketenangan, ia tahu bahwa situasinya tidak akan bertahan lama tanpa adanya perubahan besar."Besok saya sudah mulai bekerja, Ai," kata Rio saat menghampiri Aini yang tengah menyiram tanaman. "Oh, ya, Mas, Alhamdulillah. Kerjaan Mas yang lama bagaimana? Apa maksudnya Mas kembali kerja di luar negeri gitu?" Rio menggeleng. "Di sini, mungkin naik motor sekitar empat pulu

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   233. Suami Goib

    Ganteng, tinggi, putih, baik, murah senyum, siapa yang gak suka melihat pemandangan pria seperti itu? Diana berdiri di balkon lantai dua, memandang ke halaman panti tempat Rio sedang bermain bola dengan anak-anak. Ia tidak bisa memungkiri, ada sesuatu pada pria itu yang menarik perhatiannya. Wajah tampannya, sikap tegasnya, dan bagaimana ia memperhatikan anak-anak membuat Diana semakin sulit mengalihkan pikirannya.Berbeda sekali dengan suaminya yang memang cukup ramah pada anak-anak panti, tapi gesturnya tidak seluwes Rio. “Aku tidak mengerti kenapa dia selalu mempermasalahkanku,” gumam Diana sambil memandangi Rio yang tertawa bersama anak-anak.Meskipun Rio sering menegurnya karena ketidakpeduliannya terhadap panti, Diana tidak pernah benar-benar merasa terganggu. Sebaliknya, ia justru menikmati setiap interaksi mereka, bahkan yang penuh ketegangan sekalipun.Kenapa sampai sekarang, pria itu belum menikah? Sepertinya wanita manapun yang ia tunjuk jadi istri, pasti akan langsung se

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   232. Tak Berkutik

    Keesokan paginya, Rio memutuskan untuk mulai menyelidiki laporan keuangan panti yang baru dikirim oleh Diana. Ia tahu bahwa masalah terbesar yang disampaikan ibunya adalah mengenai kebutuhan anak-anak panti yang tidak terpenuhi. Hal ini hanya bisa dijelaskan jika ia menemukan sesuatu yang tidak beres dalam pengelolaan dana panti yang semuanya diatur oleh Diana. Rio langsung menuju ruang kantor yang biasa digunakan oleh Diana. Ia menemukan meja yang penuh dengan tumpukan kertas, dokumen, dan beberapa map yang terlihat acak-acakan. Saat membuka laci, ia menemukan sebuah buku besar yang tampaknya menjadi catatan keuangan utama panti.Ia membawa buku itu ke ruang tamu dan mulai memeriksa halaman demi halaman. Di situ, tercatat pemasukan dari donatur tetap, sumbangan insidental, serta beberapa pengeluaran utama seperti makanan, pakaian, dan biaya operasional. Namun, semakin lama ia membaca, semakin banyak hal yang mencurigakan.Rio memusatkan perhatiannya pada kolom pengeluaran. Di sana

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   231. Kedatangan Rio

    Pagi itu, suasana di panti yatim piatu milik Nara sedikit lebih riuh dari biasanya. Anak-anak berlarian ke halaman, saling bersahutan dengan suara ceria. Mereka jarang terlihat seantusias ini. Sebuah mobil hitam baru saja berhenti di depan gerbang panti, dan seorang pria bertubuh tinggi, berkulit cerah, serta berpenampilan rapi keluar dari kendaraan itu.Pria itu adalah kakak sulung Erwin yang telah menetap di luar negeri selama beberapa tahun terakhir. Meskipun jarang pulang, Rio selalu mengirimkan kabar dan sumbangan untuk membantu panti. Namun kali ini, ia datang karena ingin melihat kondisi ibunya. “Om Rio!” teriak salah satu anak kecil sambil berlari ke arahnya.Rio tersenyum hangat, menunduk untuk mengangkat bocah itu ke pelukannya. “Hei, Nia, kamu makin besar ya!” ucapnya dengan tawa ringan."Udah, dong, Om Rio juga udah besar." Rio tertawa. "Bukan sudah besar, Nia, tapi sudah tua." Rio pum tertawa. Anak-anak yang lain mengikuti gerakan Nia yang mencium punggung tangan Rio.

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   230. Diana yang Licik

    Tiga tahun kemudian…Aini berdiri di dapur, mengaduk panci besar berisi bubur yang ia siapkan untuk makan siang anak-anak panti. Asap mengepul, memenuhi ruangan kecil itu dengan aroma sederhana. Meski lelah, ia tetap memastikan makanan itu matang sempurna. Namun, hatinya terasa berat. Ia tahu bubur itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak.Tiga tahun yang lalu, ia masih disibukkan dengan agenda kursus anak-anak panti dan juga berhubungan dengan donatur, meskipun ia bukan orang sekolahan. Namun, kini ia hanya bisa berdiri di depan kompor dan mesin cuci. “Aini, jangan terlalu banyak pakai susu,” suara Diana terdengar dari ambang pintu. Perempuan itu berdiri dengan tangan terlipat, matanya mengawasi setiap gerakan Aini.Aini menoleh, mencoba menahan perasaan kesal yang muncul. “Kalau susu tidak cukup, anak-anak akan semakin kekurangan gizi. Anak-anak terlihat kurus, Kak. Sudah ada donatur yang berkomentar."“Jangan berlagak tahu segalanya,” Diana memotong tajam. “Aku

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   229. Kamu Salah Orang!

    Diana duduk di sofa ruang keluarga, menatap Erwin dengan mata penuh amarah. Tangannya yang kurus mengepal erat di atas meja, napasnya pendek-pendek."Berapa lama lagi aku harus bersabar, Mas?" tanyanya dingin. "Kamu bilang pernikahan ini hanya formalitas, tapi lihat apa yang terjadi. Dia masih di sini, menjalani hidup seperti istrimu yang sah. Ibumu juga sangat membelanya." Diana melipat kedua tangannya di dada. Erwin mendesah panjang, menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sayang, aku sudah bilang, ini tidak semudah itu. Sabar sedikit lagi ya.""Tidak semudah itu?" Diana mencemooh, matanya menyala. "Kalau memang hanya formalitas, kenapa kamu tidak bisa mengusirnya? Apa kamu lupa? Dia hanya istri kedua yang bahkan tidak pantas ada di sini!"Erwin memijat pelipisnya, mencoba menahan kesabarannya yang mulai terkikis. "Diana, aku tidak bisa begitu saja menyuruhnya pergi. Kamu tahu bagaimana ibu memandang Aini. Dia menganggap Aini seperti anak sendiri. Kalau aku tiba-tiba menceraikannya atau

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status