Share

85. Cuma Kangen

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-23 05:18:02

"Sejak kapan perut pindah ke atas!?" tanya Aini sewot sambil mengusap kasar bibirnya. Ia hendak bergeser, tetapi Dhuha menahannya.

"Kita itu bukan suami istri lagi, Mas! Jadi gak bisa sembarangan cium! Zie na!"

"Kata siapa cerai? Nggak!" Dhuha menjauhkan tubuhnya dari Aini. Ia tahu istrinya belum benar-benar menerima keadaan seperti ini setelah fitnah yang pernah ia tuduhkan pada Aini.

"Saya mau pulang!"

"Nggak, jangan! Iya, iya, boleh pulang. Tapi kamu nunggu Alex dulu. Perut kamu udah gede gitu. Berapa bulan sekarang usianya?" Dhuha mengalah. Suaranya ia pelan kan agar Aini tidak merajuk.

"Delapan," jawab Aini singkat.

"Oh, udah lama juga ya. Terakhir itu kita yang sore-sore ya. Itu mungkin langsung jadi, Ai!" Aini memutar bola mata malasnya.

"Anaknya laki-laki atau perempuan?"

"Gak usah kepo, Mas. Bukannya Mas bilang ini bukan anak Mas? Kenapa sekarang berubah lagi?" Dhuha menghela napas. Ia tahu ia salah dan gak mudah membetulkan kembali apa yang sudah dirusak olehnya.

"Tapi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
susiana feriyanti
Tenang netizen yg Budiman..ga bkln kenapa² keduanya bkln sehat tnp kurang suatu apapun. Ini mah bisa²nya author mainin perasaan kita..wkwkwkwk
goodnovel comment avatar
Yani Hyugie
thor jangan becanda ya....yuk bisa selamat semua bayi & ibu'nya....biar hakim bisa becandain aini & dhuha ...
goodnovel comment avatar
Mimin Rosmini
selamatkan semuanya ya thor sayang..kasihan aini dong...semoga senuanya baik baik saja.dan mudah2an si mak lampir dan si luna tdk tahu aini mau melahirkan..oke thor makasih ya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   86. Aku Suapi, Ya!

    "Apa-apaan ini, Kim? Kenapa jadi begini?" tanya Dhuha sambil meremas kasar rambutnya. Hakim pun tidak tahu harus berkomentar apa karena ia pun jika menjadi Dhuha, akan sangat bingung. "Sabar, Dhu, ini ujian buat lo!" "Maaf, Pak, silakan buat keputusan sekarang." Dhuha menatap Hakim dengan mata berkaca-kaca. Perawat memberikan dua lembar pernyataan yang harus ditanda tangani oleh Dhuha. Pria itu memegang pulpen dengan tangan gemetaran. Istri atau anaknya. Dua-duanya... Apa ini teguran karena dia meragukan buah hatinya?"Istri saya, Dok. Saya pilih istri saya." Dokter pun mengangguk dan langsung masuk ke ruangan operasi. Dhuha menunggu dengan cemas. Ia bolak-balik berdiri karena tak sabar dengan hasil tindakan dokter hari ini. Kaki tangannya ikut dingin, begitu juga perutnya. "Dhuha, bagaimana Aini?" Alex tiba di samping Dhuha dengan sama paniknya. "Masih di dalam. Belum keluar sudah empat puluh lima menit." "Apa yang terjadi? Bukankah Aini baik-baik saja sebelumnya?" tanya Laex

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   87. Keputusan yang Diambil

    PoV Dhuha"Dhu, mami Maria sakit. Lo gak mau pulang nengokin? Ini udah hari kesepuluh dirawat. Dia nanyain lo terus?" Aku diam. Sejak mama terang-terangan menentangku berumah tangga dengan Aini, aku pun memutuskan untuk mengalah. Di satu sisi, ada mama, tapi di sisi lain, ada Aini yang aku sayangi, tetapi ia tidak pernah memaafkanku lagi. Kematian putri kami dan penolakan mama yang membuat Aini membenciku. Empat tahun bukan waktu yang sebentar, tetapi sampai detik ini, aku tidak bisa melupakannya. Istriku pergi setelah bayi kami dimakamkan waktu itu. Nama yang begitu indah sudah disiapkan oleh Aini untuk putri kami. Hania Rahmah binti Fajar Pratama. Nama yang sangat sederhana, tetapi aku suka. Aini marah dan tidak memaafkanku. Ia juga terang-terangan diusir mama karena mama menganggap Aini tidak becus mengandung cucunya. Strata sosial masih yang paling penting bagi mama saat itu. Tidak tahu kalau sekarang. Lalu apa kalimat talak aku ucapkan pada Aini? Aku tidak mau dan aku tidak t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   88. Keluarga Toxic

    PoV Luna"Aku capek. Anak kamu nangis terus. Aku pusing karena gak tahu mau dia apa?!" omelku pada Anton. Dia pria dari anak yang aku kandung. Bukan Dhuha, mantan suamiku terdahulu. Anton baru sampai dari bekerja di tempat pengepulan sampah dan kalian tahu kan, baunya kayak apa? Jika bukan karena utang orang tuaku yang dibayarkan lelaki sampah ini, tidak mau aku menikahinya. "Mungkin lapar. Udah kamu kasih makan belum?" "Males. Kamu aja yang kasih makan. Orang dia anak kamu!" Bentakku kesal. Aku benar-benar tersandera menjadi istri dari pria yang benar-benar aku benci seumur hidupku. Pria yang mengambil kesempatan saat aku diluar kendali. Anton menaruh bajunya di keranjang cucian khusus. Ya, aku gak mau bajuku bercampur dengan bajunya. Sepulang bekerja, ia pasti menaruh pakaian motor dan baunya di sana. "Ya sudah, biar aku yang suapi." "Kamu dari luar, bau, kotor, kenapa gak mandi dulu! Cukup kamu aja yang bau sampah di rumah ini, jangan anak kamu juga. Bisa-bisa aku mati berdi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   89. Kekesalan Maria

    "Bagaimana, Kim? Apa Dhuha mau pulang ke Jakarta?" tanya Maria penuh harap. Hakim menutup pintu kamar Maria, lalu berjalan dan duduk di ujung kaki wanita yang tengah tergolek lemas itu. "Dhuha lagi ada kerjaan, Mami. Kata Dhuha secepatnya akan pulang, tapi gak bilang kapan." Wajah Maria semakin murung. "Mami punya anak satu-satunya lelaki. Mami kira, ia akan sangat sayang pada Mami, ternyata ia malah meninggalkan Mami demi perempuan janda bernama Aini.""Maaf, Mi, setahu Hakim, Dhuha pergi bukan karena Aini. Bukankah Aini sudah mengusir Dhuha? Dhuha pergi karena ia ingin memulai hidup baru." Maria tertawa miris. "Kamu pasti berasa di pihak wanita itu. Wanita itu pasti senang karena sekarang Mami kehilangan putra satu-satunya. Mendengar mamanya sakit saja, dia gak mau pulang. Pasti itu karena wanita bernama Aini.""Mami, Hakim pergi dulu ya. Ada janji meeting jam empat sore di kantor. Mami kabari aja kalau butuh sesuatu." Maria mengangguk tanpa semangat. "Mudah-mudahan urusan Dhuha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   90. Kolak Pisang

    Keesokan harinya, Hakim langsung pergi ke Bandung, menuju restoran yang kemarin disebutkan oleh Lukman. Dengan hati berdebar, Hakim memasuki area parkir restoran yang cukup luas. Akhirnya, setelah sekian tahun lamanya mencari informasi tentang Aini, barulah ini ia benar-benar mendapatkan informasi akurat tentang keberadaan wanita itu. Wanita yang sangat dicari almarhum opanya, hingga opa Fauzi menutup mata, tetapi Aini belum juga ditemukan. "Silakan, Mas, sudah reservasi?" tanya salah seorang pelayan restoran yang menyambut Hakim."Belum, Mbak.""Baik, boleh di sebelah sini, Mas." Pelayan wanita itu mengarahkan sebuah meja dengan kursi empat. Hakim sambil mengamati sekeliling restoran sambil tersenyum dalam hati. Dhuha, lo bakalan kaget kalau tahu siapa Aini sekarang. "Silakan, Mas, ini buku menunya!""Oh, saya pesan menu best seller di sini, Mbak.""Ada iga bakar madu dan leci ice lemon.""Boleh, itu saja.""Oh iya, ada lagi, Mas. Jika pembelanjaan sampai di atas dua ratus lima pul

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   91. Strata Sosial

    "Bagaimana kabarnya, Mbak?" tanya Viona, mama dari Hakim pada Maria; iparnya yang masih terbaring lemas. "Kamu lihat aja begini, Vi. Bisa sih ke kamar mandi, tapi gak bisa berdiri lama-lama. Kakiku lemes." Viona duduk di ujung kaki kakak iparnya. "Udah dapat kabar dari Dhuha?" tanya Viona lagi. Maria menggelengkan kepala. "Nomorku dia blokir. Katanya dia gak mau diganggu siapapun. Ada anak yang bisa begitu sama orang tua. Apa cuma anakku saja? Hem... beda banget sama Hakim yang penurut. Gak pernah macam-macam di luaran sana. Beruntung kamu punya Hakim. Seandainya Dhuha itu seperti Hakim yang selalu tunduk apa kata orang tua." Viona mengulum senyum getir. Ia tahu maksud ucapan sang Ipar. "Setiap anak pasti ada kekurangannya, Mbak. Kalau Hakim sesempurna itu, sudah pasti sekarang dia punya istri. Lihat saja, aneka model wanita sudah saya sodorkan padanya, tetapi gak ada yang cocok. Minta yang sederhana katanya, bukan yang menor." Viona tertawa, begitu juga Maria. "Selera Hakim dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   92. Akun Media Sosial Alex

    "Pak Dhuha mau ke mana, Pak?" tanya Agnes pada Dhuha yang saat itu tengah merapikan meja kerjanya. Agnes masuk sambil membawa beberapa dokumen yang dibutuhkan Dhuha. "Saya hanya sedang ingin beres-beres saja, Nes. Berkasnya taruh saja di meja saya ya.""Perlu saya bantu, Pak?""Gaka usah, makasih, Nes. Kamu masih ada pekerjaan lain yang lebih penting. Lagian ini cuma beresin biasa kok." Wajah Agnes berubah sendu. Sejak Agnes dan tantenya berkunjung ke rumah Dhuha beberapa tempo hari, Dhuha langsung menjaga jarak. Ia tetap berkomunikasi baik dengan Agnes hanya untuk urusan pekerjaan. Sesekali ia mentraktir Agnes kopi saat pulang bekerja, tetapi sekarang tidak lagi. "Bapak nanti mau balik bareng saya lagi?" tanya Agnes sebelum benar-benar keluar dari ruangan Dhuha. "Tidak, kamu boleh duluan." Dhuha sekali lagi memberikan senyumnya. "Boleh ditutup pintunya, Nes!" Agnes pun tersentak dan langsung mengangguk paham. Setelah Agnes keluar, Dhuha bergegas merapikan bagian laci meja kerjany

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   93. Tentang Dhuha

    PoV AiniBiasanya aku bisa bangun jam lima pagi, tetapi hari ini rasanya malas. Jam tujuh aku masih santai di kamar. Apalagi hari ini aku sedang datang bulan. Izzam dan Intan sudah diurus bibik. Biasanya aku ikut sarapan, tapi pagi ini rasanya malas melakukan apapun. Mungkin karena si Tamu bulanan yang datang tiba-tiba. Aku menandai kalender duduk yang ada di samping ranjangku. Tersenyum melihat tanda hati di tanggal 31 di bulan Oktober. Hari pernikahan yang selama ini aku impikan. Menikah dengan orang yang mencintai kita itu lebih baik daripada menikah tanpa cinta atau hanya kita saja yang cinta. Berarti tepat di hari pernikahan aku masa subur. Semoga saja nanti kembali diberi keturunan. Cklek"Ibu!" Izzam berjalan mendekat ke arahku dengan baju kaus dan celana gunung. Tidak ada seragam sekolah seperti sekolah lainnya jika anak kita bersekolah di sekolah alam. "Udah rapi anak solih Ibu. Ada apa?""Hari ini jadwalnya aku jualan di sekolah. Aku harus bawa uang kembalian.""Oh, iya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   211. Sadar Status

    Suci berdiri mematung di depan tangga, menatap punggung Alex yang memeluk kedua anaknya. Izzam masih menggenggam erat tangan ayahnya, sementara Intan berlari kecil dari dapur untuk bergabung. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang hangat—tanpa dirinya."Papa..." Intan memanggil dengan suara manja sambil mengulurkan tangan kecilnya, meminta digendong. Alex merendah dan meraih tubuh mungil itu, membawanya ke pelukan. Bibirnya tersenyum tipis, meski kelelahan jelas terlukis di wajahnya."Maafkan kalau Papa sering lembur ya." "Iya, Pa, gak papa. Di rumah ada bibik sama tante."Suci mengalihkan pandangannya. Dadanya bergemuruh, marah bercampur sedih. Kata-kata Alex tadi masih menggema di benaknya. Tamu? Aku hanya tamu di rumah ini? Padahal aku yang menjaga anak-anak ini, aku yang memastikan semuanya berjalan seperti semestinya.Ia menggeretakkan gigi. Matanya basah, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis di depan Alex. Ia menegakkan bahu, mencoba mempertahankan sisa-sisa martabat y

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   210. Dikurung di Kamar

    Langit Bandung sore itu kelabu, seperti hati yang sedang muram. Hujan turun rintik-rintik, membasahi dedaunan dan jalanan yang masih ramai kendaraan. Udara dingin merayap masuk ke dalam rumah mewah di kawasan Dago, tempat Suci duduk bersandar santai di sofa ruang keluarga. Suara televisi menyala pelan, menayangkan program komedi, tapi perhatiannya setengah saja tertuju ke layar. Di sebelahnya, dua anak kecil, Izzam dan Intan, duduk diam, menikmati cemilan sambil sesekali melirik televisi.Izzam, delapan tahun, mengenakan kaos biru dengan celana pendek. Wajahnya serius, mungkin karena ia tahu bahwa satu gerakan yang salah bisa memancing amarah Suci. Adiknya, Intan, hanya terpaku pada mainan di tangannya, tak banyak bicara.Ini pemandangan yang berbeda dari biasanya. Dua anak itu dulu kerap membuat rumah berantakan—berlarian ke sana kemari, bertengkar, atau berteriak memanggil papa mereka, Alex. Tapi, setelah ancaman serius dari Suci beberapa minggu lalu, semuanya berubah. "Kalau kalia

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   209. Bicara pada Monic

    Dhuha berdiri di balkon apartemennya, pandangannya menembus pemandangan kota Bandung yang mulai dihiasi lampu-lampu malam. Angin dingin berembus lembut, membawa aroma hujan yang tersisa sejak sore tadi. Tapi bukan itu yang memenuhi pikirannya. Melainkan bayangan seorang perempuan, dengan senyum lembut yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar. Aini.Wanita yang dulunya ia tak sudi menyentuhnya, tapi sekarang, dia bisa mati jika berjauhan dengannya. Ada sebuah kalimat petuah bertuliskan, membencilah sewajarnya, karena suatu saat kalian bisa jadi sangat mencintainya. Kini ia tidak tahu kapan tepatnya jatuh cinta lagi kepada mantan istrinya itu. Mungkin sejak pertama kali Aini datang kembali ke kehidupannya, meminta bantuan untuk menyelesaikan perceraian dengan Alex. Atau mungkin sejak mereka mulai berbagi ruang lagi di apartemen ini, saat Dhuha melihat sisi rapuh Aini yang selama ini jarang ia perhatikan. Namun, situasi mereka jauh dari kata sederhana. Aini masih terikat dalam per

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   208. Ai, Aku Boleh Tidur Di sini gak?

    Pagi-pagi sekali, bik Emi sudah sampai di apartemen Dhuha dengan membawa bahan masakan. Semalam Dhuha mengirimkan pesan pada wanita itu agar bisa datang lebih pagi dan membawa bahan masakan. Wanita itu sudah sibuk di dapur, sambil terus melihat ke arah ruang tengah, dimana bosnya sedang tidur pulas. Mendengar suara sedikit berisik di dapur, Dhuha terbangun. "Oh, udah datang, Bik," sapanya. "Sudah, Pak. Bapak tidur di luar? Lagi ada tamu ya?" Dhuha mengangguk "Iya, ada mama dan saudara saya. Makanya kamu semalam saya suruh datang cepat untuk masak. Biar Aini gak usah masak.""Baik, Pak, saya masak kwetiau kuah seafood, nasi goreng, dan ada jus buah. Apa itu cukup, Pak?""Cukup, Bik. Lanjutkan saja pekerjaan kamu." Dhuha berjalan masuk ke kamar mandi yang berada di luar. Ia tidak mau menganggu tidur mamanya dan juga Monic. Suara gemericik air dari wastafel dan aroma tumisan bawang putih memenuhi dapur apartemen Dhuha. Bik Emi sibuk mengaduk wajan sambil memotong sayuran di sampingn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   207. Biarkan Aku Menyentuhmu

    Tok! Tok! Anton menoleh ke arah pintu kamar yang diketuk dua kali. Siapa lagi kalau bukan Luna. Pria itu menekan layar ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam dua belas malam. Di luar hujan dan saat ini baru saja mati lampu. "Anton." Pria itu menghela napas. "Kenapa?""Maaf, apa kamu punya lilin lagi? Lilin di kamar udah mau habis." Anton melirik lilin yang ada di lantai kamar yang juga tinggal kurang lebih lima senti saja. Pria itu akhirnya membuka pintu kamar. "Di dapur gak ada?" Luna menggelengkan kepala. "Ya sudah, tunggu sebentar." Anton berjalan ke dapur, sedangkan Luna masuk ke kamar yang dulu pernah ia tiduri selama empat tahun lamanya. Kamarnya masih sama, ranjangnya juga. Ia bisa melihat keadaan kamar itu dari temaram cahaya lilin. Lalu ia melihat ke arah dinding yang biasanya ada foto pernikahannya, tetapi kini sudah tidak ada. Foto pernikahan di mana posenya seperti singa yang hendak menerkam mangsa. Beda dengan Anton yang tersenyum. "Ngapain kamu di sini?" tanya Anto

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   206. Siapa Suruh Cium Bibirku?

    "Jadi, lo berangkat malam ini ke Surabaya?" Dhuha mengaduk latte-nya dengan malas, matanya mengamati Hakim yang tampak sibuk memeriksa pesan di ponselnya. Kedua sepupu itu ketemu di sebuah kafe dekat dengan kantor Hakim. "Iya, gue udah pesen tiket tadi pagi," jawab Hakim tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Resepsi pernikahannya Kinanti kan besok pagi. Gue nggak mungkin datang telat. Mama, papa, sama Amel udah di sana dari jumat karena menyaksikan aksi nikah. Lo beneran gak datang?" "Kayaknya bakal rame, ya. Semua keluarga ngumpul," Dhuha menyesap minumannya."Iya, kalau lagi ada momen nikahan, emang selalu kumpul kan. Mami Maria juga gak datang kayaknya karena masih belum pulih ya?" tanya Hakim. Dhuha pun mengangguk. Ia yang melarang mamanya terbang ke Surabaya karena kondisi kesehatan. "Gue udah transfer langsung ke Kinanti. Dari gue sama mama. Mungkin kalau mama udah enakan, baru ke sana." Hakim pun mengangguk mafhum. "By the way, gimana kabar Amel? Udah lama gue n

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   205. Siapa yang Harus Aku Pilih?

    “Amel, kamu yakin nggak mau mencoba mengenal Levi lebih jauh?” suara Viona terdengar lembut, tapi tetap mendesak.Amel menatap ibunya dengan alis bertaut. Ia baru saja turun ke ruang makan untuk sarapan, tapi Viona sudah memulai lagi topik yang sama. “Ma, aku sudah bilang, aku masih sama Anton. Aku nggak tertarik untuk mengenal siapa pun lagi. Mama tahu kan, aku perempuan yang jarang sekali pacaran dan baru kali ini aku senang sama lelaki dewasa yang bertanggung jawab."Viona menghela napas panjang, menahan diri agar tidak meledak. Fahri yang duduk di sebelahnya ikut menimpali. “Amel, kami hanya ingin yang terbaik buat kamu. Anton itu... ya, kamu tahu sendiri, dia punya banyak masalah. Dia duda dengan satu anak. Kami nggak yakin dia bisa membuatmu bahagia. Apalagi dia duda bercerai, bukan ditinggal meninggal istrinya. Mama dan papa harap, kamu mau memikirkan perkenalan dengan Levi. Just friends, girl!"“Papa, Mama, aku tahu kalian nggak setuju sama hubungan kami,” jawab Amel, suaranya

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   204. Maafkan Aku

    “Mas, Luna masih di sana?” suara Amel terdengar di ujung telepon, nadanya penuh kehati-hatian namun sarat kecurigaan.Anton menghela napas panjang sebelum menjawab, “Iya, Sayang. Luna masih di sini. Tapi, percayalah, dia cuma di sini sampai urusan perceraian kami selesai.”“Tapi kenapa dia harus tinggal di rumahmu? Bukankah itu bisa diselesaikan tanpa harus tinggal bersama?” suara Amel sedikit bergetar. “Aku ini cemburu, Mas. Aku nggak bisa bohong soal itu. Aku takut kalau kalian berdua jadi rujuk. Apalagi, aku harus di Surabaya sampai tiga hari. Ck, ingin banget aku buru-buru pulang, tapi gak bisa. Acara nikahan sodaraku rumit."“Amel, dengarkan aku.” Anton menekankan suaranya, mencoba meyakinkan Amel. “Aku dan Luna sudah selesai. Tidak ada lagi apa-apa di antara kami selain tanggung jawab sebagai orang tua untuk Aris. Dia hanya di sini demi anak kami. Aku mohon, percayalah padaku. Kamu masih gak percaya sama aku?"Namun, jawaban itu tidak sepenuhnya membuat hati Amel tenang. Ia ter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   203. Aku Masih Istrimu, Mas!

    “Luna, kamu sebaiknya pergi dari sini,” ujar Anton dengan nada tegas, meski suaranya terdengar lelah. Ia berdiri di ruang tamu, menatap Luna yang sedang menyapu lantai dengan gerakan santai, seolah-olah dia adalah pemilik sah rumah itu. Dan memang saat ini statusnya masih istri Anton, tentu saja tak ada masalah dengan kegiatannya membereskan rumah. “Aku tidak akan pergi, Mas,” jawab Luna tanpa menoleh, tetap melanjutkan pekerjaannya. “Aku istrimu, dan sampai pengadilan memutuskan sebaliknya, aku akan tetap di sini.”Tumben sekali panggil, Mas! Apa dia kesambet? Batin Anton. “Kita sedang dalam proses perceraian,” balas Anton, suaranya meninggi. “Kamu tahu itu. Apa yang kamu harapkan dengan tinggal di sini? Rumah tangga ini gak ada harapan. Sejak awal rumah tangga ini berdiri tanpa cinta."Luna berhenti menyapu. Dia menatap Anton dengan mata yang tenang, seolah kata-kata pria itu tidak ada artinya. “Aku tidak di sini untuk cinta, Mas. Aku di sini untuk Aris. Untuk rumah ini. Dan untuk

DMCA.com Protection Status