Share

246. Kontrakan Sederhana

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-29 23:12:09

Rumah kontrakan itu sederhana. Sebuah rumah kecil dengan dua kamar tidur, ruang tamu yang sempit, dan dapur mungil di bagian belakang. Tidak ada halaman luas seperti di panti. Tidak ada suara riang anak-anak yang berlarian. Hanya keheningan yang sesekali dipecahkan oleh suara tangisan Izzam atau helaan napas panjang dari salah satu penghuni rumah.

Malam pertama di rumah baru terasa berat bagi Aini. Ia duduk di lantai ruang tamu, memeluk lututnya, menatap kosong ke dinding. Bayangan panti, suara anak-anak, dan semua kenangan yang ia tinggalkan masih menghantuinya. Rumah ini bukan rumahnya. Ia merasa asing, seolah tempat ini tidak bisa menggantikan tempat di mana ia tumbuh besar selama 24 tahun terakhir.

Nara sudah berbaring di kamar setelah menyadari ia sudah bukan di tempat tidur biasanya.

Rio duduk di kursi kayu di sudut ruangan, menatap diam ke arah Erwin yang duduk dengan kepala tertunduk. Tidak ada yang berbicara selama beberapa menit. Namun, akhirnya, Rio membuka suara.

“Kamu ak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Siti Astichomah
Aini dan Izzam umurnya berjarak 24 thn, sedangkan dicerita ini Dhuha mengabtarkan bantuan ke panti msh mahasiswa, Aini lebih tua drpd Dhuha?
goodnovel comment avatar
mir
mau smpe kpn ini masa lalunya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   247. Sebuah Keputusan

    Langit di luar rumah sakit mendung, seolah turut berduka atas kepergian Nara. Di ruang tunggu, Erwin, Rio, dan Aini berdiri dalam diam, menanti dokter keluar dari ruang gawat darurat.Pintu terbuka, dan seorang dokter melangkah keluar dengan wajah sendu."Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi..." Dokter menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "Maafkan kami. Ibu Nara telah berpulang."Seakan waktu berhenti sejenak."Tidak... tidak mungkin," Rio berbisik, matanya membulat tak percaya.Erwin terduduk lemas di kursi, sementara Aini menutup mulutnya dengan tangan, berusaha meredam isakan yang mulai pecah."Dok... benarkah?" suara Erwin serak, hampir tidak terdengar.Dokter mengangguk pelan. "Seperti yang tadi saya katakan, Beliau mengalami serangan jantung mendadak. Kami telah mencoba segalanya."Air mata yang ditahan Rio akhirnya jatuh. "Ibu..."Aini, yang sejak tadi berusaha tegar, akhirnya terisak keras. Ia menunduk, bahunya bergetar. "Aku bahkan belum sempat bicara banyak d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   248. Kembali Membabu

    Sejak mengetahui dirinya hamil, sikap Diana kembali ke setelan awal. Jika sebelumnya ia cukup mandiri dalam mengurus rumah, kini semuanya berbeda. Ia lebih sering berbaring di kamar, mengeluh lelah, atau sekadar duduk di ruang tamu sambil menonton televisi. Jika sebelumnya, ia masih mau mencuci piring, sekarang sudah tidak mau melakukan pekerjaan rumah tangga apapun. "Aku nggak bisa masak, baunya bikin mual," keluh Diana suatu pagi saat Aini sedang menyiapkan sarapan.Aini yang tengah mengiris sayuran hanya melirik sekilas. "Kalau begitu, aku yang masak saja."Diana tersenyum puas dan kembali bersandar di sofa. Izzam, anaknya yang berusia tiga tahun, berlari ke arahnya sambil membawa mobil-mobilan."Mama, main!" seru Izzam, menarik-narik tangan ibunya.Diana menghela napas panjang. "Izzam, main sendiri dulu, ya. Mama lagi capek."Anak kecil itu merengek, tapi Diana tetap diam. Akhirnya, Aini yang menghampiri dan menggendong Izzam."Sini, Nak. Biar Ibu yang temani main," katanya lembu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   249. Kecelakaan

    Hari-hari berlalu dalam rutinitas melelahkan bagi Aini. Diana semakin manja dengan alasan kehamilannya, sementara Erwin selalu memintanya untuk bersabar. Aini tak punya pilihan selain mengurus rumah, memasak, dan menjaga Izzam seorang diri, tanpa dibayar. Jika saja aku berani untuk angkat kaki dari sini? Ada satu hal yang mengusik pikirannya belakangan ini. Setiap kali ia pulang dari mengantar Izzam mengaji, selalu ada aneka makanan di meja makan. Kadang nasi kotak lengkap dengan lauk, kadang buah-buahan segar, atau bahkan kue-kue mahal yang tak biasa mereka beli."Kak Diana, banyak sekali makanan sore ini," panggil Aini sambil menunjuk ke arah tumpukan paper bag logo bakery dan juga ada parcel buah. "Ini dari mana, ya?"Diana menoleh sekilas, lalu mengangkat bahu. "Nggak tahu. Pas aku ke dapur tadi udah ada di situ.""Mungkin dari mama aku. Tapi dia suka gak bilang-bilang anter makanan. Tiba-tiba aja udah di meja teras. Asistennya mungkin yang anter." Aini mengernyit. "Kenapa, Ai?

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   250. Tak Percaya, tapi Ini Terjadi

    Di depan ruang UGD, suasana mencekam. Aini duduk di bangku rumah sakit dengan tubuh lemas, tangannya masih gemetar setelah kejadian yang hampir merenggut nyawa Izzam. Diana berdiri di depan suaminya dengan napas berat. Keringat sebesar biji jagung pun keluar membasahi kening dan lehernya. Wanita itu takut dengan pertanyaan suaminya. Tak lama kemudian, tiba-tiba seorang perawat keluar dari ruang operasi. "Pak Erwin?" panggilnya.Erwin segera menghampiri. "Bagaimana keadaan anak saya?""Kami sudah mendapatkan donor darah yang cocok untuk Izzam. Operasi transfusi darah sedang berlangsung," jelas perawat itu.Erwin menghembuskan napas lega. "Siapa pendonornya?"Sebelum perawat menjawab, seorang dokter datang menghampiri mereka dengan ekspresi tenang."Pendonor darahnya adalah Pak Rio. Katanya masih kerabat Pak Erwin." Mata Erwin membelalak. "APA?!"Dokter itu mengangguk. "Ya. Untungnya, Pak Rio memiliki golongan darah yang cocok dengan Izzam, jadi transfusi bisa dilakukan segera."Erwi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   251. Bagaimana Bisa?

    Diana perlahan membuka matanya. Pandangannya masih kabur, dan kepalanya terasa berat. Ruangan putih rumah sakit yang sepi menyambutnya saat ia mulai sadar sepenuhnya.Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum semuanya menjadi gelap. Erwin... wajahnya penuh kemarahan... pertanyaan-pertanyaan yang menekan... dan lalu semuanya menghilang dalam kegelapan.Dengan napas masih tersengal, Diana menoleh ke samping dan melihat Aini duduk di kursi dekat tempat tidurnya. Wajah wanita itu tampak lelah, matanya sembab seperti habis menangis."Aini..." suara Diana serak.Aini menoleh, ragu sejenak sebelum akhirnya mendekat. "Kamu sudah sadar, Kak?"Diana mengangguk lemah. "Apa yang terjadi? Bagaimana keadaan Mas Erwin?"Aini menatapnya dalam diam, seolah mempertimbangkan apakah ia harus menjawab atau tidak. Namun, Diana menggenggam tangannya dengan lemah."Tolong, Aini... Katakan padaku... Apa yang terjadi setelah aku pingsan?"Aini menghela napas panjang sebelum akhirnya duduk di tepi tempat ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   252. Menerima Konsekuensi

    Erwin menatap Rio tajam, dadanya naik turun menahan emosi. Pertanyaan itu menggantung di udara, menciptakan ketegangan yang hampir tak tertahankan.Rio menelan ludah. Tangannya mengepal di atas meja, sebelum akhirnya ia menggeleng dengan ragu. "Aku... aku tidak tahu, Erwin. Aku tidak pernah bersama Diana lagi setelah kejadian itu."Erwin mengalihkan pandangannya ke dokter, seakan mencari kepastian lain. Namun, dokter hanya bisa menghela napas panjang. "Untuk memastikan, sebaiknya dilakukan tes DNA setelah bayi lahir."Jawaban itu tidak meredakan amarah di hati Erwin. Sebaliknya, ia merasa semakin dikhianati.Rio menatap Erwin dengan penuh penyesalan. "Aku benar-benar minta maaf, Erwin. Aku tak pernah berniat merebut keluargamu. Aku juga tak menyangka bahwa Izzam adalah anakku."Erwin tertawa sinis. "Tak berniat? Tapi nyatanya, kamu tidur dengan istriku, Mas! Lalu, sekarang Izzam anakmu. Dan ada kemungkinan anak yang dikandung Diana pun juga bukan anakku."Rio hanya bisa diam.Erwin me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   253. Prematur

    Malam itu, Diana duduk termenung di dalam kamar. Tangannya mengelus perutnya yang semakin membesar, sementara pikirannya terus dihantui pertanyaan yang sama: Ke mana Erwin pergi?Air matanya kembali mengalir. Setiap hari ia mencoba menghubungi ponsel suaminya, tetapi selalu tak tersambung. Diana bahkan mendatangi rumah orang tua Erwin, tetapi mereka juga tidak tahu keberadaannya."Aku tidak mengerti, Kak," kata Aini, duduk di sampingnya. "Mas Erwin seolah menghilang begitu saja. Aku sudah coba tanya teman-temannya, tapi mereka pun tidak tahu."Diana menggigit bibirnya. "Aku takut, Aini. Takut dia tidak akan kembali. Aku tahu aku salah, tapi aku benar-benar mencintainya."Aini menatap madunya dengan kasihan, tetapi ia juga tahu bahwa Diana harus menghadapi kenyataan. "Kak, kita harus tetap realistis. Mungkin Mas Erwin butuh waktu lebih lama untuk memikirkan semuanya. Yang penting sekarang Kak Diana fokus ke kesehatan bayi ini."Diana mengangguk lemah, tetapi hatinya tetap hancur."Apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   254. Keras Hati

    Di sebuah rumah sakit sederhana, Diana berbaring lemah di ranjang pasien. Wajahnya pucat, kantung matanya menghitam akibat kurang tidur dan terlalu sering menangis. Aini duduk di sampingnya, menggenggam tangannya dengan erat."Kak, kamu harus makan," bujuk Aini dengan nada lembut. "Demi bayi ini."Diana hanya menggeleng pelan. "Aku tidak punya selera." Tangannya mendorong piring yang ada di tangan Aini. Aini menghela napas panjang. "Kak, ini bukan soal selera. Ini soal hidup bayi Kakak. Kalau Kakak terus begini, dia bisa lahir prematur!"Diana menatap kosong ke arah langit-langit kamar. Hatinya terasa hampa. Bayangan Erwin masih memenuhi pikirannya, membuatnya semakin tenggelam dalam rasa bersalah dan penyesalan."Aku takut Erwin gak kembali lagi, Ai. Apalagi Erwin meragukan anak ini." Diana mengusap pelan perut buncitnya. "Kak, maaf, saya mau tanya, apa anak dalam kandungan ini bukan anaknya Mas Rio?" Diana terdiam. "Izzam memang anaknya Mas Rio, tapi ini, ini anakku dengan Mas Er

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   326. Buah Kesabaran

    Hari itu, matahari bersinar lembut, seolah ikut merayakan kebahagiaan yang memenuhi hati Aini dan Dhuha. Kabar kehamilan Aini menjadi hadiah yang tidak pernah mereka sangka akan datang secepat ini. Setelah bertahun-tahun penantian dan berbagai ujian, akhirnya doa mereka terjawab.Setelah meninggalkan klinik, Dhuha tidak henti-hentinya menggenggam tangan Aini. Tatapan matanya penuh dengan cinta dan rasa syukur.“Aku masih tidak percaya, Sayang,” gumamnya sambil mencuri pandang ke arah istrinya yang duduk di sebelahnya di dalam mobil.Aini tersenyum, meski air matanya belum benar-benar kering. “Aku juga, Mas. Sepertinya Allah benar-benar ingin menguji kesabaran kita sebelum akhirnya memberikan anugerah ini.”Dhuha mengangguk. “Dan kamu lulus ujian itu dengan begitu sabar dan tulus.”Aini menatap suaminya. “Bukan cuma aku. Kita berdua.”Sesampainya di rumah, Dhuha langsung menghubungi keluarganya. Maria awalnya tidak percaya, tapi saat Dhuha menunjukkan foto USG Aini, maka wanita paruh b

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   325. Kejutan dari Ria

    Ria berdiri tidak jauh dari meja mereka, mengenakan blouse berwarna pastel dan rok panjang yang anggun. Wajahnya tampak terkejut, tetapi segera berubah menjadi senyum hangat saat ia mendekat."Aku tidak menyangka akan bertemu kalian di sini," katanya sambil menarik kursi kosong di samping Aini.Dhuha hanya mengangguk kecil. Ia masih merasa canggung setiap kali bertemu Ria, mengingat alasan keberadaan wanita itu dalam hidup mereka. Sementara itu, Aini mencoba tersenyum, meski di dalam hatinya ada perasaan tak nyaman yang berputar."Kak Aini, bagaimana kabarmu?" tanya Ria, nada suaranya lembut dan penuh perhatian."Baik, meskipun sedikit tidak enak badan hari ini," jawab Aini sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.Dhuha menatap istrinya dengan cemas. "Kalau masih merasa pusing, kita pulang saja, Sayang. Istirahat lebih penting."Aini menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku justru senang bertemu Ria di sini."Mata Ria menatap Dhuha dan Aini bergantian. Ia bisa merasakan ketegangan yan

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   324. Ucapan Maria

    Sore itu, langit menguning keemasan, memberi nuansa hangat yang kontras dengan perasaan Dhuha yang penuh beban. Ia melangkah menuju rumah besar yang sudah sejak kecil ia tinggali, rumah tempat ibunya, Maria, menunggunya dengan segudang pertanyaan yang selalu ia hindari."Duduklah, Nak," Maria mempersilakan putranya duduk di kursi teras yang nyaman. Di hadapannya, teh melati mengepul, menebar aroma menenangkan. Namun, Dhuha tahu, pembicaraan kali ini tidak akan senyaman teh itu."Apa kabar, Ma?" tanya Dhuha, mencoba mencairkan suasana. Pria itu membuka sepatunya, sekaligus melepas dua kancing kemeja abu-abunya paling atas. "Mama sehat, kamu minum dulu!" Dhuha mengangguk. Mengambil teh melati yang aromanya sangat sedap itu. "Mama bikin pisang goreng?" "Bukan, bibik yang masak. Kamu cuci tangan dulu sana, kalau mau makan pisang goreng." Dhuha mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah. Ia mencuci tangan di wastafel ruang tengah. "Keliatannya Mama sehat, ada apa Mama panggil aku ke

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   323. Bertemu Izzam dan Intan

    Aini meraih tangan Alex dan menjabatnya pelan. Kesepakatan ini mungkin bukan yang terbaik baginya, tapi setidaknya ini adalah langkah awal untuk bisa kembali dekat dengan anak-anaknya."Terima kasih, Mas," ucapnya dengan suara nyaris berbisik.Alex mengangguk tanpa ekspresi, sementara Zita masih menampilkan senyum ramahnya. Dhuha yang duduk di samping Aini tetap tenang, meskipun tatapannya sesekali bergeser pada Zita, menilai bagaimana wanita itu bersikap."Kapan aku bisa mulai bertemu mereka?" tanya Aini hati-hati.Alex menatap Zita sejenak, seolah meminta pendapatnya."Bagaimana kalau akhir pekan ini? Hari Sabtu setelah makan siang? Kita bisa bertemu di taman dekat rumah," usul Zita."Anak-anak pasti senang sekali," tambahnya masih dengan senyum yang sama. Aini tersenyum lega. "Baik, aku akan datang."Percakapan pun berlanjut dengan membahas hal-hal ringan mengenai kegiatan anak-anak. Zita dengan santai bercerita bagaimana Intan kini semakin menyukai menggambar dan Izzam mulai tert

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   322. Berdamai dengan Takdir

    Mobil sedan hitam itu berhenti di halaman rumah besar dengan taman yang tertata rapi. Anton menatap bangunan megah itu dengan napas berat. Sudah lebih dari sebulan Amel tinggal di sini, di rumah orang tuanya, meninggalkan rumah mereka yang seharusnya menjadi tempat membangun kebahagiaan bersama.Anton turun dari mobil, mengetuk pintu dengan sedikit ragu. Tak lama, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu.“Masuklah, Mas. Mbak Amel ada di ruang tamu,” katanya dengan sopan.Anton melangkah masuk, mendapati Amel duduk di sofa, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Sejujurnya, ia sudah mengira istrinya akan bereaksi seperti ini.“Assalamualaykum, Amel…” Anton membuka suara, suaranya bergetar. Kakinya melangkah pelan, sesekali melirik ruang tengah yang besar itu teramat sepi. Amel duduk di depan televisi dengan tatapan kosong. "Amel," panggil Anton lagi. Amel menoleh sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya tanpa minat. “Ada perlu apa datang ke sini?” tanya wanita itu sinis. Anton m

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   321. Bertemu Alex

    Pagi harinya, Aini bangun dengan tubuh lebih segar, meski pikirannya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Setelah menunaikan salat subuh berjamaah dengan Dhuha, ia menyiapkan sarapan sederhana berupa roti panggang dan omelet.Dhuha duduk di meja makan sambil menggulir layar ponselnya. Sesekali ia menatap Aini sambil tersenyum. "Aku selalu senang kalau lihat rambut kamu basah." Aini yang sedang mengangkat roti dari panggangan, langsung menoleh ke belakang. "Dih, dingin tahu!" balasnya sambil tersipu malu. Malu bila ingat kejadian semalam, ia yang terlalu bersemangat sampai mereka berdua jatuh dari ranjang. Suara tawa Dhuha menggema. "Tapi aku suka sama yang semalam. Boleh diulang dia hari lagi ha ha ha.... ""Emmoh!" Aini menaruh piring yang sudah ada roti panggang coklat di depan suaminya. "Diulang gerakannya, bukan jatohnya, ha ha ha... huk! huk!""Makanya jangan iseng, jadinya tersedak!" Aini memberikan air putih pada suaminya. "Maaf, Sayang, kenapa sih, aku selal

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   320. Siapa Wanita Itu?

    Aini menghapus air matanya dengan ujung jari, berusaha menenangkan diri. Dhuha masih menggenggam tangannya erat, memberikan kehangatan di tengah gemuruh emosinya. Dari kejauhan, ia memperhatikan Intan dan Izzam berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah, sesekali menoleh ke belakang untuk melambaikan tangan pada wanita yang mengantar mereka.Siapa dia? Wanita itu tersenyum hangat, begitu akrab dengan Intan dan Izzam. Aini menelan ludah. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya—perasaan kehilangan yang semakin nyata. Wanita yang sama persis dengan yang ada di media sosial Alex tempo hari. Apa wanita itu sudah menjadi istri Alex? "Mas, aku ingin tahu siapa dia," gumamnya pelan, hampir seperti bisikan.Dhuha menoleh ke arahnya, menatap dengan mata penuh pengertian. "Kalau kamu penasaran, kita bisa cari tahu. Tapi kamu harus siap dengan jawabannya."Aini menarik napas panjang. Apakah ia benar-benar siap? Ia tidak tahu. Namun, melihat bagaimana anak-anaknya terlihat nyaman dengan wanita it

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   319. Rindu Intan dan Izzam

    Maria menatap Miranti lekat-lekat, memastikan bahwa gadis itu benar-benar yakin dengan keputusannya. Sejak awal, ia tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang begitu rela mengorbankan dirinya seperti ini.“Tante akan bicara dengan Dhuha dan Aini,” ulang Maria, memastikan Miranti tidak berubah pikiran.Miranti mengangguk. “Terima kasih, Tante. Saya siap menghadapi mereka kapan pun. Kami hanya perlu bicara dari hati ke hati. Apapun nanti jawaban Aini dan Dhuha, saya juga gak keberatan."Maria menyandarkan punggungnya ke kursi. Pikirannya mulai mencari cara terbaik untuk menyampaikan hal ini kepada putranya dan menantunya. Aini mungkin masih belum sepenuhnya terbuka terhadap gagasan ini, meskipun ia sendiri yang mengusulkannya. Dhuha? Maria yakin putranya masih berada dalam fase menolak.Namun, waktu terus berjalan.Setelah makan siang mereka selesai, Maria dan Miranti berpisah. Namun, bagi Maria, ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih rumit. Apa Dhuha akan set

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   318.

    Aini terdiam mendengar syarat yang diajukan Dhuha. Matanya menatap suaminya, mencari keyakinan di balik permintaannya."Satu tahun, Mas?" ulangnya pelan.Dhuha mengangguk. "Iya, Ai. Kita sudah menunggu sejauh ini. Aku ingin kita memberi waktu untuk pernikahan kita lebih matang sebelum kita mengambil keputusan sebesar ini. Lagipula, dokter bilang kamu masih punya peluang hamil secara alami. Kenapa kita tidak mencoba lebih lama? Kamu bukan tidak bisa hamil, tapi memang belum waktunya. Sayang, aku ingin kita benar-benar yakin akan langkah yang ke depannya kita tempuh ini. Termasuk segala hal berkaitan dengan dampaknya, terutama mama."Aini menggigit bibirnya. Ia tahu suaminya tidak sepenuhnya setuju dengan usulannya, tapi setidaknya Dhuha tidak langsung menolaknya mentah-mentah. Ini sudah lebih baik daripada tidak ada kompromi sama sekali.Ria, yang sejak tadi memperhatikan mereka, akhirnya ikut angkat bicara. "Menurut saya, keputusan Mas Dhuha masuk akal, Kak Aini. Ini bukan hal kecil.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status