Share

245. Diambil Alih

last update Last Updated: 2025-01-28 21:36:01

Di ruang tamu Panti Cahaya Kasih, suasana terasa berat. Pak Zainal, pria paruh baya yang selama ini menjadi penjaga panti dan tangan kanan Bu Nara, duduk berhadapan dengan Fauzi. Donatur yang dianggap Pak Zainal, bisa menolongnya.

“Terima kasih sudah datang, Pak Zainal,” ujar Fauzi memulai percakapan. Tangannya Pak Zainal gemetar.

Pak Fauzi tersenyum tipis. “Saya yang terima kasih, Pak. karena akhirnya Pak Zainal menyempatksn mampir ke kantor saya."

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya pak Fauzi sambil memandang tamu di depannya dengan seksama.

Pak Zainal menarik napas panjang. “Pak, saya mohon maaf harus mengatakan ini, tapi situasi panti benar-benar kritis. Kami... kami terancam kehilangan tempat ini.”

Alis Pak Fauzi terangkat. “Kehilangan? Apa maksudmu?”

Pak Zainal menunduk, lalu menjelaskan semuanya—utang Erwin, ancaman dari dua pria yang datang ke panti, dan risiko kehilangan rumah yang selama ini menjadi tempat berlindung bagi puluhan anak yatim piatu. “Pak, saya tidak tahu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
mir
masih lama ini ya masa lalunya🥲
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   246. Kontrakan Sederhana

    Rumah kontrakan itu sederhana. Sebuah rumah kecil dengan dua kamar tidur, ruang tamu yang sempit, dan dapur mungil di bagian belakang. Tidak ada halaman luas seperti di panti. Tidak ada suara riang anak-anak yang berlarian. Hanya keheningan yang sesekali dipecahkan oleh suara tangisan Izzam atau helaan napas panjang dari salah satu penghuni rumah.Malam pertama di rumah baru terasa berat bagi Aini. Ia duduk di lantai ruang tamu, memeluk lututnya, menatap kosong ke dinding. Bayangan panti, suara anak-anak, dan semua kenangan yang ia tinggalkan masih menghantuinya. Rumah ini bukan rumahnya. Ia merasa asing, seolah tempat ini tidak bisa menggantikan tempat di mana ia tumbuh besar selama 24 tahun terakhir.Nara sudah berbaring di kamar setelah menyadari ia sudah bukan di tempat tidur biasanya. Rio duduk di kursi kayu di sudut ruangan, menatap diam ke arah Erwin yang duduk dengan kepala tertunduk. Tidak ada yang berbicara selama beberapa menit. Namun, akhirnya, Rio membuka suara.“Kamu ak

    Last Updated : 2025-01-29
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   247. Sebuah Keputusan

    Langit di luar rumah sakit mendung, seolah turut berduka atas kepergian Nara. Di ruang tunggu, Erwin, Rio, dan Aini berdiri dalam diam, menanti dokter keluar dari ruang gawat darurat.Pintu terbuka, dan seorang dokter melangkah keluar dengan wajah sendu."Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi..." Dokter menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "Maafkan kami. Ibu Nara telah berpulang."Seakan waktu berhenti sejenak."Tidak... tidak mungkin," Rio berbisik, matanya membulat tak percaya.Erwin terduduk lemas di kursi, sementara Aini menutup mulutnya dengan tangan, berusaha meredam isakan yang mulai pecah."Dok... benarkah?" suara Erwin serak, hampir tidak terdengar.Dokter mengangguk pelan. "Seperti yang tadi saya katakan, Beliau mengalami serangan jantung mendadak. Kami telah mencoba segalanya."Air mata yang ditahan Rio akhirnya jatuh. "Ibu..."Aini, yang sejak tadi berusaha tegar, akhirnya terisak keras. Ia menunduk, bahunya bergetar. "Aku bahkan belum sempat bicara banyak d

    Last Updated : 2025-01-30
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   248. Kembali Membabu

    Sejak mengetahui dirinya hamil, sikap Diana kembali ke setelan awal. Jika sebelumnya ia cukup mandiri dalam mengurus rumah, kini semuanya berbeda. Ia lebih sering berbaring di kamar, mengeluh lelah, atau sekadar duduk di ruang tamu sambil menonton televisi. Jika sebelumnya, ia masih mau mencuci piring, sekarang sudah tidak mau melakukan pekerjaan rumah tangga apapun. "Aku nggak bisa masak, baunya bikin mual," keluh Diana suatu pagi saat Aini sedang menyiapkan sarapan.Aini yang tengah mengiris sayuran hanya melirik sekilas. "Kalau begitu, aku yang masak saja."Diana tersenyum puas dan kembali bersandar di sofa. Izzam, anaknya yang berusia tiga tahun, berlari ke arahnya sambil membawa mobil-mobilan."Mama, main!" seru Izzam, menarik-narik tangan ibunya.Diana menghela napas panjang. "Izzam, main sendiri dulu, ya. Mama lagi capek."Anak kecil itu merengek, tapi Diana tetap diam. Akhirnya, Aini yang menghampiri dan menggendong Izzam."Sini, Nak. Biar Ibu yang temani main," katanya lembu

    Last Updated : 2025-01-31
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   249. Kecelakaan

    Hari-hari berlalu dalam rutinitas melelahkan bagi Aini. Diana semakin manja dengan alasan kehamilannya, sementara Erwin selalu memintanya untuk bersabar. Aini tak punya pilihan selain mengurus rumah, memasak, dan menjaga Izzam seorang diri, tanpa dibayar. Jika saja aku berani untuk angkat kaki dari sini? Ada satu hal yang mengusik pikirannya belakangan ini. Setiap kali ia pulang dari mengantar Izzam mengaji, selalu ada aneka makanan di meja makan. Kadang nasi kotak lengkap dengan lauk, kadang buah-buahan segar, atau bahkan kue-kue mahal yang tak biasa mereka beli."Kak Diana, banyak sekali makanan sore ini," panggil Aini sambil menunjuk ke arah tumpukan paper bag logo bakery dan juga ada parcel buah. "Ini dari mana, ya?"Diana menoleh sekilas, lalu mengangkat bahu. "Nggak tahu. Pas aku ke dapur tadi udah ada di situ.""Mungkin dari mama aku. Tapi dia suka gak bilang-bilang anter makanan. Tiba-tiba aja udah di meja teras. Asistennya mungkin yang anter." Aini mengernyit. "Kenapa, Ai?

    Last Updated : 2025-02-02
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   250. Tak Percaya, tapi Ini Terjadi

    Di depan ruang UGD, suasana mencekam. Aini duduk di bangku rumah sakit dengan tubuh lemas, tangannya masih gemetar setelah kejadian yang hampir merenggut nyawa Izzam. Diana berdiri di depan suaminya dengan napas berat. Keringat sebesar biji jagung pun keluar membasahi kening dan lehernya. Wanita itu takut dengan pertanyaan suaminya. Tak lama kemudian, tiba-tiba seorang perawat keluar dari ruang operasi. "Pak Erwin?" panggilnya.Erwin segera menghampiri. "Bagaimana keadaan anak saya?""Kami sudah mendapatkan donor darah yang cocok untuk Izzam. Operasi transfusi darah sedang berlangsung," jelas perawat itu.Erwin menghembuskan napas lega. "Siapa pendonornya?"Sebelum perawat menjawab, seorang dokter datang menghampiri mereka dengan ekspresi tenang."Pendonor darahnya adalah Pak Rio. Katanya masih kerabat Pak Erwin." Mata Erwin membelalak. "APA?!"Dokter itu mengangguk. "Ya. Untungnya, Pak Rio memiliki golongan darah yang cocok dengan Izzam, jadi transfusi bisa dilakukan segera."Erwi

    Last Updated : 2025-02-03
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   251. Bagaimana Bisa?

    Diana perlahan membuka matanya. Pandangannya masih kabur, dan kepalanya terasa berat. Ruangan putih rumah sakit yang sepi menyambutnya saat ia mulai sadar sepenuhnya.Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum semuanya menjadi gelap. Erwin... wajahnya penuh kemarahan... pertanyaan-pertanyaan yang menekan... dan lalu semuanya menghilang dalam kegelapan.Dengan napas masih tersengal, Diana menoleh ke samping dan melihat Aini duduk di kursi dekat tempat tidurnya. Wajah wanita itu tampak lelah, matanya sembab seperti habis menangis."Aini..." suara Diana serak.Aini menoleh, ragu sejenak sebelum akhirnya mendekat. "Kamu sudah sadar, Kak?"Diana mengangguk lemah. "Apa yang terjadi? Bagaimana keadaan Mas Erwin?"Aini menatapnya dalam diam, seolah mempertimbangkan apakah ia harus menjawab atau tidak. Namun, Diana menggenggam tangannya dengan lemah."Tolong, Aini... Katakan padaku... Apa yang terjadi setelah aku pingsan?"Aini menghela napas panjang sebelum akhirnya duduk di tepi tempat ti

    Last Updated : 2025-02-03
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   252. Menerima Konsekuensi

    Erwin menatap Rio tajam, dadanya naik turun menahan emosi. Pertanyaan itu menggantung di udara, menciptakan ketegangan yang hampir tak tertahankan.Rio menelan ludah. Tangannya mengepal di atas meja, sebelum akhirnya ia menggeleng dengan ragu. "Aku... aku tidak tahu, Erwin. Aku tidak pernah bersama Diana lagi setelah kejadian itu."Erwin mengalihkan pandangannya ke dokter, seakan mencari kepastian lain. Namun, dokter hanya bisa menghela napas panjang. "Untuk memastikan, sebaiknya dilakukan tes DNA setelah bayi lahir."Jawaban itu tidak meredakan amarah di hati Erwin. Sebaliknya, ia merasa semakin dikhianati.Rio menatap Erwin dengan penuh penyesalan. "Aku benar-benar minta maaf, Erwin. Aku tak pernah berniat merebut keluargamu. Aku juga tak menyangka bahwa Izzam adalah anakku."Erwin tertawa sinis. "Tak berniat? Tapi nyatanya, kamu tidur dengan istriku, Mas! Lalu, sekarang Izzam anakmu. Dan ada kemungkinan anak yang dikandung Diana pun juga bukan anakku."Rio hanya bisa diam.Erwin me

    Last Updated : 2025-02-04
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   253. Prematur

    Malam itu, Diana duduk termenung di dalam kamar. Tangannya mengelus perutnya yang semakin membesar, sementara pikirannya terus dihantui pertanyaan yang sama: Ke mana Erwin pergi?Air matanya kembali mengalir. Setiap hari ia mencoba menghubungi ponsel suaminya, tetapi selalu tak tersambung. Diana bahkan mendatangi rumah orang tua Erwin, tetapi mereka juga tidak tahu keberadaannya."Aku tidak mengerti, Kak," kata Aini, duduk di sampingnya. "Mas Erwin seolah menghilang begitu saja. Aku sudah coba tanya teman-temannya, tapi mereka pun tidak tahu."Diana menggigit bibirnya. "Aku takut, Aini. Takut dia tidak akan kembali. Aku tahu aku salah, tapi aku benar-benar mencintainya."Aini menatap madunya dengan kasihan, tetapi ia juga tahu bahwa Diana harus menghadapi kenyataan. "Kak, kita harus tetap realistis. Mungkin Mas Erwin butuh waktu lebih lama untuk memikirkan semuanya. Yang penting sekarang Kak Diana fokus ke kesehatan bayi ini."Diana mengangguk lemah, tetapi hatinya tetap hancur."Apa

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   303. Masalah Pagi Hari

    Pagi itu seharusnya berjalan seperti biasa—sarapan bersama, mengantar Aris ke sekolah, dan Anton berangkat kerja. Namun, suasana rumah justru dipenuhi suara tangisan keras dari anak berusia lima tahun itu."Aku mau ke rumah Ibu!" Aris merengek sambil menarik ujung kausnya. Matanya yang sembab menunjukkan betapa kerasnya ia menangis sejak bangun tidur.Amel memijat keningnya, mencoba bersabar menghadapi rengekan anak sambungnya. Ia sudah berusaha menjadi ibu yang baik bagi Aris, tetapi setiap kali anak itu menyebut nama Luna, ada rasa kesal yang menggelitik perasaannya."Aris, Nak, kamu harus sekolah dulu. Setelah itu, kita lihat nanti," ujar Amel, berusaha menenangkan."Tidak! Aku mau ke rumah Ibu sekarang!" Aris berteriak.Amel menghembuskan napas panjang. "Aris, sudah cukup. Bunda tidak suka kalau kamu berteriak seperti itu. Sekarang bersiaplah untuk sekolah."Aris menggeleng keras. "Aku nggak mau sekolah! Aku mau ke rumah Ibu! Aku udah lama gak ketemu ibu, Bunda. Waktu itu ibu saki

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   302. Keberanian

    "Aini! Mama!" Dhuha refleks menangkap tubuh ibunya yang hampir jatuh ke lantai. Wajah Maria pucat, napasnya tersengal.Aini yang juga panik langsung berjongkok di samping suaminya. "Mas, kita harus bawa Mama ke rumah sakit!"Dhuha mengangguk cepat. Tanpa membuang waktu, ia mengangkat tubuh ibunya ke dalam gendongan. Aini berlari lebih dulu untuk menekan tombol lift.Saat pintu lift terbuka, mereka masuk dengan tergesa. Dhuha terus memegangi tubuh Maria yang lemas dalam dekapannya, sementara Aini mencoba menenangkan dirinya sendiri. Meski ia kesal dengan Maria, tapi bagaimanapun wanita itu adalah ibu mertuanya.Begitu sampai di basement, Dhuha langsung membawa Maria ke kursi belakang mobil. Aini dengan cepat masuk ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin."Aku yang nyetir, Mas. Kamu fokus ke Mama," ucap Aini cepat."Sayang, kamu gak papa?" Aini mengangguk cepat. Dhuha tak membantah. Ia terus mengecek denyut nadi dan suhu tubuh Maria. "Ma, bertahan, ya," bisiknya.Maria hanya mengerang

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   301. Jangan Ganggu Suamiku

    "Monic, kenapa suara kamu lemes gitu, Sayang? kamu sakit?""Iya, Tante, saya lagi sakit. Gak bisa bangun dari ranjang. Sayang bibik yang bisa nemenin di apartemen mendadak pulang kampung.""Ya, ampun, Sayang, kasihan sekali kamu. Berarti sekarang kamu sendirian?""Iya, Tante, uek! uek!""Ya ampun, b-begini, mungkin Tante akan ke sana minta dianter Dhuha.""Jangan, Tante, Tante masih sakit.""Tante udah enakan kok, kamu jangan sungkan."Suara lirih itu keluar dari ponsel Maria, membuat hatinya tergerak. Monic adalah gadis yang sangat ia harapkan menjadi menantu. Menikah dengan Dhuha, tetapi putranya malah memilih Aini, mantan istrinya. Maria keluar dari kamarnya. Dhuha baru saja selesai meeting melalui zoom karena hari ini ia WFA."Dhuha, kamu bisa antar Mama ke apartemen Monic? Dia sakit," pinta Maria kepada putra tunggalnya yang sedang duduk di ruang tamu, menikmati teh sore bersama Aini.Dhuha terdiam sejenak, menatap mamanya yang baru saja pulih dari sakitnya sendiri. "Ma, Mama ka

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   300. Pilih Aku atau Dia

    Anton terdiam, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tidak menyangka Amel akan berkata sejauh itu.“Amel, jangan seperti ini. Aku—”“Kamu pikir aku tidak serius?” potong Amel dengan suara dingin. “Aku sudah cukup bersabar, Mas. Aku sudah berusaha memahami. Tapi aku bukan wanita bodoh yang akan membiarkan suaminya terus terikat dengan masa lalunya.”Anton mengusap wajahnya, merasa buntu. Ia tahu Amel berhak marah, tapi bukan seperti ini caranya."Amel, aku mencintaimu. Aku nggak mau kehilanganmu," ucap Anton dengan nada putus asa.“Tapi kamu juga nggak bisa meninggalkan Luna, kan?” Amel mengejek. “Setiap dia butuh kamu, kamu selalu ada di sana. Kamu nggak pernah benar-benar melepaskan dia, Mas. Apa sebenarnya kamu masih punya perasaan dengannya?"Anton terdiam. Dalam hati, ia tahu ada kebenaran dalam ucapan Amel.Amel tidak menunggu lebih lama. Setelah menutup telepon, ia segera mengambil tas dan menyambar kunci mobilnya. Amarah membakar hatinya. Ia harus menyelesaikan ini,

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   299. Tanggung Jawab

    Amel masih terpaku dalam diam. Pikirannya terus berkecamuk, seolah ada dua suara yang beradu di kepalanya. Satu suara ingin mempercayai Anton, ingin mencoba memahami situasinya. Tapi suara lainnya terus meneriakkan ketakutan terbesar yang selalu berusaha ia abaikan—bahwa dirinya hanyalah pelarian, bahwa Anton akan kembali pada Luna, bahwa semua janji dan harapan yang ia bangun dengan Anton akan runtuh begitu saja.Hakim, yang masih duduk di sampingnya, menatap adiknya dengan penuh pemahaman. Ia mengerti apa yang dirasakan Amel, tapi ia juga tahu bahwa membiarkan rasa cemburu dan sakit hati menguasai pikiran hanya akan memperburuk keadaan."Kamu nggak bisa terus seperti ini, Mel," ucap Hakim lembut. "Kalau memang kamu sayang sama Anton, kalau kamu percaya sama dia, kamu harus bicara langsung. Tatap matanya, dengarkan penjelasannya. Jangan biarkan ketakutanmu merusak pernikahan kalian."Amel menghela napas panjang. "Mas nggak ngerti... Ini bukan cuma soal percaya atau nggak. Ini soal pe

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   298. Maju Kena, Mundur Kena.

    Anton menatap layar ponselnya yang kini gelap setelah Amel menutup telepon dengan kasar. Dadanya terasa sesak. Ia tahu Amel marah—bukan hanya marah, tapi juga kecewa dan merasa dikhianati. Namun, meninggalkan Luna dalam kondisi seperti ini? Itu bukan pilihan.Ia mendesah panjang, menatap Aris yang masih menunggu jawaban darinya. Mata polos anak itu dipenuhi kebingungan."Bapak,di perut Ibu beneran ada adiknya Aris, ya?"Anton menelan ludah. Ia berjongkok, menyamakan tinggi dengan putranya, lalu menggenggam tangan kecilnya dengan lembut."Iya, Nak," jawabnya pelan. "Ibu hamil, dan kamu akan punya adik." Ia terpaksa mengatakan hal ini pada Aris, karena putranya terlanjur mendengar ucapan dokter tadi. Aris terdiam, seakan mencoba memahami kata-kata ayahnya. Perlahan, ia menatap perut ibunya yang masih tertutup selimut."Adiknya Aris siapa?" tanyanya polos.Anton tersenyum tipis. "Kita belum tahu. Nanti kalau sudah lahir, baru bisa kita beri nama."Anak itu tampak berpikir sebentar sebel

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   297. Hati-hati dengan Mantan

    “Ibu, kok perut Ibu buncit? ada adiknya ya?”Luna yang sedang duduk di sofa, mengelus perutnya refleks, menatap anak lelakinya, Aris, dengan senyum tipis. Bocah lima tahun itu baru saja tiba di apartemennya untuk menghabiskan akhir pekan bersama. Namun, ketajaman mata anak sekecil itu ternyata bisa menangkap perubahan pada tubuhnya.“Ibu cuma kekenyangan, Sayang,” Luna berusaha mengelak, mengacak rambut Aris pelan.“Tapi perut Ibu gendut banget. Apa Ibu gemuk?,” protes Aris, mendekatkan wajahnya ke perut Luna, seakan ingin mendengar sesuatu dari dalam sana. “Apa ada adik di dalamnya?”Luna menelan ludah, menahan debar yang tiba-tiba memenuhi dadanya. Ia belum siap menghadapi pertanyaan seperti ini, apalagi dari Aris yang masih polos.“Aris, Ibu cuma makan kebanyakan tadi. Makanya perut Ibu begini,” katanya, mencoba terdengar santai.Namun, ekspresi Aris masih penuh selidik. Ia memiringkan kepala kecilnya, lalu mengangkat bahu. “Ya udah. Tapi kalau nanti Ibu perutnya makin sakit, bil

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   296. Tidak Perlu Menjadi Sempurna

    Aku mengambil piring dim sum yang diulurkan Pak Alex, uap panasnya masih mengepul, dan aroma jahe yang khas tercium samar. Hatiku masih berdebar dengan apa yang baru saja terjadi. Aku sudah menerima lamarannya di hadapan keluarganya, tapi aku masih butuh waktu untuk benar-benar menyesuaikan diri dengan semua ini.“Terima kasih, Pak,” ucapku pelan.Pak Alex tersenyum, lalu duduk di sebelahku di sofa ruang keluarga. Lampu temaram memberikan suasana hangat di ruangan ini. Dari kamar anak-anak, terdengar suara Intan yang bergumam dalam tidurnya. Aku tersenyum kecil, membayangkan bagaimana nanti kehidupanku akan berubah sepenuhnya setelah pernikahan ini.Malam ini pak Alex memutuskan untuk menginap di rumah bu Asma karena ingin menemani mamanya. Lagian, saudara masih pada asik bercakap-cakap. Tentu pak Alex tidak mungkin pulang begitu saja. Aku tersenyum melihat ke arah pintu masuk rumah besar bu Asma. Sebentar lagi, aku bukan hanya pengasuh cucunya, tapi aku akan menjadi menanti beliau .

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   295. Jika Dia Bahagia, maka Aku Pun Juga

    POV ZitaAku masih berdiri di ruang tamu, memandangi punggung Pak Alex yang baru saja masuk ke kamar setelah pembicaraan kami. Hatiku masih berdebar kencang, seakan tak percaya dengan keputusan yang baru saja aku ambil.Menikah lagi.Itu adalah sesuatu yang tidak pernah aku pikirkan sejak pernikahan pertamaku berakhir dengan begitu banyak luka. Aku sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak terjebak dalam hubungan yang bisa menyakitiku lagi. Aku ingin hidup tenang, cukup dengan pekerjaanku dan anak-anak Pak Alex yang sudah seperti keluarga bagiku.Tapi Pak Alex…Dia datang dengan tawaran yang berbeda. Bukan dengan janji-janji manis, bukan dengan rayuan. Hanya dengan kejujuran dan rasa tanggung jawab yang bisa aku lihat dari caranya memperlakukan anak-anaknya.Aku kembali duduk di sofa, menatap ke arah tanganku yang saling menggenggam.Apakah aku melakukan kesalahan?Aku menggeleng pelan, mencoba menepis keraguan yang mulai mengusik. Aku sudah memikirkannya selama berhari-hari. Aku s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status