Share

249. Kecelakaan

last update Last Updated: 2025-02-02 22:57:26

Hari-hari berlalu dalam rutinitas melelahkan bagi Aini. Diana semakin manja dengan alasan kehamilannya, sementara Erwin selalu memintanya untuk bersabar. Aini tak punya pilihan selain mengurus rumah, memasak, dan menjaga Izzam seorang diri, tanpa dibayar. Jika saja aku berani untuk angkat kaki dari sini?

Ada satu hal yang mengusik pikirannya belakangan ini. Setiap kali ia pulang dari mengantar Izzam mengaji, selalu ada aneka makanan di meja makan. Kadang nasi kotak lengkap dengan lauk, kadang buah-buahan segar, atau bahkan kue-kue mahal yang tak biasa mereka beli.

"Kak Diana, banyak sekali makanan sore ini," panggil Aini sambil menunjuk ke arah tumpukan paper bag logo bakery dan juga ada parcel buah. "Ini dari mana, ya?"

Diana menoleh sekilas, lalu mengangkat bahu. "Nggak tahu. Pas aku ke dapur tadi udah ada di situ."

"Mungkin dari mama aku. Tapi dia suka gak bilang-bilang anter makanan. Tiba-tiba aja udah di meja teras. Asistennya mungkin yang anter." Aini mengernyit.

"Kenapa, Ai?
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Devi Ariani
ko susah mau lanjut liat iklannya
goodnovel comment avatar
HaNi S
banyak cerita di good novel ini, tapi kisah ini saya tak bosan membacanya, bagi saya setiap bab selalu ada kejutan, jangan gantung2 tiap hari gini dong thor... smngt nulisnya ya, aku smngt bacanya, sehat selalu yaaa
goodnovel comment avatar
Milakarmila
sebentar banget sih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   250. Tak Percaya, tapi Ini Terjadi

    Di depan ruang UGD, suasana mencekam. Aini duduk di bangku rumah sakit dengan tubuh lemas, tangannya masih gemetar setelah kejadian yang hampir merenggut nyawa Izzam. Diana berdiri di depan suaminya dengan napas berat. Keringat sebesar biji jagung pun keluar membasahi kening dan lehernya. Wanita itu takut dengan pertanyaan suaminya. Tak lama kemudian, tiba-tiba seorang perawat keluar dari ruang operasi. "Pak Erwin?" panggilnya.Erwin segera menghampiri. "Bagaimana keadaan anak saya?""Kami sudah mendapatkan donor darah yang cocok untuk Izzam. Operasi transfusi darah sedang berlangsung," jelas perawat itu.Erwin menghembuskan napas lega. "Siapa pendonornya?"Sebelum perawat menjawab, seorang dokter datang menghampiri mereka dengan ekspresi tenang."Pendonor darahnya adalah Pak Rio. Katanya masih kerabat Pak Erwin." Mata Erwin membelalak. "APA?!"Dokter itu mengangguk. "Ya. Untungnya, Pak Rio memiliki golongan darah yang cocok dengan Izzam, jadi transfusi bisa dilakukan segera."Erwi

    Last Updated : 2025-02-03
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   251. Bagaimana Bisa?

    Diana perlahan membuka matanya. Pandangannya masih kabur, dan kepalanya terasa berat. Ruangan putih rumah sakit yang sepi menyambutnya saat ia mulai sadar sepenuhnya.Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum semuanya menjadi gelap. Erwin... wajahnya penuh kemarahan... pertanyaan-pertanyaan yang menekan... dan lalu semuanya menghilang dalam kegelapan.Dengan napas masih tersengal, Diana menoleh ke samping dan melihat Aini duduk di kursi dekat tempat tidurnya. Wajah wanita itu tampak lelah, matanya sembab seperti habis menangis."Aini..." suara Diana serak.Aini menoleh, ragu sejenak sebelum akhirnya mendekat. "Kamu sudah sadar, Kak?"Diana mengangguk lemah. "Apa yang terjadi? Bagaimana keadaan Mas Erwin?"Aini menatapnya dalam diam, seolah mempertimbangkan apakah ia harus menjawab atau tidak. Namun, Diana menggenggam tangannya dengan lemah."Tolong, Aini... Katakan padaku... Apa yang terjadi setelah aku pingsan?"Aini menghela napas panjang sebelum akhirnya duduk di tepi tempat ti

    Last Updated : 2025-02-03
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   252. Menerima Konsekuensi

    Erwin menatap Rio tajam, dadanya naik turun menahan emosi. Pertanyaan itu menggantung di udara, menciptakan ketegangan yang hampir tak tertahankan.Rio menelan ludah. Tangannya mengepal di atas meja, sebelum akhirnya ia menggeleng dengan ragu. "Aku... aku tidak tahu, Erwin. Aku tidak pernah bersama Diana lagi setelah kejadian itu."Erwin mengalihkan pandangannya ke dokter, seakan mencari kepastian lain. Namun, dokter hanya bisa menghela napas panjang. "Untuk memastikan, sebaiknya dilakukan tes DNA setelah bayi lahir."Jawaban itu tidak meredakan amarah di hati Erwin. Sebaliknya, ia merasa semakin dikhianati.Rio menatap Erwin dengan penuh penyesalan. "Aku benar-benar minta maaf, Erwin. Aku tak pernah berniat merebut keluargamu. Aku juga tak menyangka bahwa Izzam adalah anakku."Erwin tertawa sinis. "Tak berniat? Tapi nyatanya, kamu tidur dengan istriku, Mas! Lalu, sekarang Izzam anakmu. Dan ada kemungkinan anak yang dikandung Diana pun juga bukan anakku."Rio hanya bisa diam.Erwin me

    Last Updated : 2025-02-04
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   253. Prematur

    Malam itu, Diana duduk termenung di dalam kamar. Tangannya mengelus perutnya yang semakin membesar, sementara pikirannya terus dihantui pertanyaan yang sama: Ke mana Erwin pergi?Air matanya kembali mengalir. Setiap hari ia mencoba menghubungi ponsel suaminya, tetapi selalu tak tersambung. Diana bahkan mendatangi rumah orang tua Erwin, tetapi mereka juga tidak tahu keberadaannya."Aku tidak mengerti, Kak," kata Aini, duduk di sampingnya. "Mas Erwin seolah menghilang begitu saja. Aku sudah coba tanya teman-temannya, tapi mereka pun tidak tahu."Diana menggigit bibirnya. "Aku takut, Aini. Takut dia tidak akan kembali. Aku tahu aku salah, tapi aku benar-benar mencintainya."Aini menatap madunya dengan kasihan, tetapi ia juga tahu bahwa Diana harus menghadapi kenyataan. "Kak, kita harus tetap realistis. Mungkin Mas Erwin butuh waktu lebih lama untuk memikirkan semuanya. Yang penting sekarang Kak Diana fokus ke kesehatan bayi ini."Diana mengangguk lemah, tetapi hatinya tetap hancur."Apa

    Last Updated : 2025-02-05
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   254. Keras Hati

    Di sebuah rumah sakit sederhana, Diana berbaring lemah di ranjang pasien. Wajahnya pucat, kantung matanya menghitam akibat kurang tidur dan terlalu sering menangis. Aini duduk di sampingnya, menggenggam tangannya dengan erat."Kak, kamu harus makan," bujuk Aini dengan nada lembut. "Demi bayi ini."Diana hanya menggeleng pelan. "Aku tidak punya selera." Tangannya mendorong piring yang ada di tangan Aini. Aini menghela napas panjang. "Kak, ini bukan soal selera. Ini soal hidup bayi Kakak. Kalau Kakak terus begini, dia bisa lahir prematur!"Diana menatap kosong ke arah langit-langit kamar. Hatinya terasa hampa. Bayangan Erwin masih memenuhi pikirannya, membuatnya semakin tenggelam dalam rasa bersalah dan penyesalan."Aku takut Erwin gak kembali lagi, Ai. Apalagi Erwin meragukan anak ini." Diana mengusap pelan perut buncitnya. "Kak, maaf, saya mau tanya, apa anak dalam kandungan ini bukan anaknya Mas Rio?" Diana terdiam. "Izzam memang anaknya Mas Rio, tapi ini, ini anakku dengan Mas Er

    Last Updated : 2025-02-06
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   255. Tak Dapat Bersama

    Keesokan paginya, suasana di rumah sakit masih sunyi. Hanya suara perawat yang berlalu lalang dan alat medis yang berbunyi pelan. Diana membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa sedikit lebih ringan dibanding semalam. Ia melirik ke samping dan melihat Erwin yang tertidur di kursi dengan kepala bersandar di dinding. Wajahnya tampak lelah, garis-garis kecemasan masih terlihat jelas.Diana tersenyum tipis. Setidaknya, ia masih di sini.Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka, dan Aini masuk membawa sarapan. Ia sedikit terkejut melihat Erwin masih ada di ruangan."Kak, kamu sudah bangun?" tanyanya pelan.Diana mengangguk. "Iya, Ai. Terima kasih ya sudah menjaga aku."Aini tersenyum lalu meletakkan nampan makanan di meja kecil di samping tempat tidur. "Ini bubur ayam dan jus jeruk. Kamu harus makan, Kak."Diana menghela napas, tapi kali ini ia tidak menolak. Ia tahu harus menjaga dirinya demi bayi dalam kandungannya. Ia mulai menyendok buburnya, meskipun lambungnya masih terasa mual."Nanti

    Last Updated : 2025-02-06
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   256. Apa Ini Karma?

    Ruangan rumah sakit berubah menjadi kacau. Para perawat bergegas masuk setelah mendengar suara panggilan darurat. Diana terbaring di ranjang, tangannya mencengkeram erat perutnya yang terasa nyeri luar biasa. Wajahnya pucat, keringat dingin mengalir di pelipisnya."Bu, tolong tenangkan diri. Kami harus membawa Diana ke ruang bersalin sekarang!" ujar seorang dokter yang baru masuk ke dalam ruangan."Tapi kandungannya baru tujuh bulan, Dok!" seru Aini panik."Kondisinya kritis. Jika tidak segera dilakukan tindakan, nyawa ibu dan bayinya bisa dalam bahaya."Tanpa pikir panjang, para perawat segera mendorong ranjang Diana keluar dari kamar. Ia menggigit bibirnya menahan tangis, hatinya hancur. Semua ini terlalu cepat, terlalu menyakitkan.Di sudut ruangan, Erwin berdiri mematung. Pipinya masih perih akibat tamparan Asma, tapi yang lebih menyakitkan adalah kenyataan bahwa ia baru saja menghancurkan hati Diana. Ia ingin bergerak, ingin menyusul Diana ke ruang bersalin, tapi kakinya terasa b

    Last Updated : 2025-02-07
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   257. Ujian Bertubi-tubi

    Aini menatap Diana dengan pandangan penuh ketidakpercayaan. Kata-kata Diana barusan bagai petir yang menyambar di siang bolong. Meninggalkan Izzam begitu saja? Bagaimana bisa seorang ibu membuat keputusan seperti itu?"Tidak, Kak... Aku tidak bisa menerima ini begitu saja," kata Aini dengan suara bergetar.Diana mendesah, tangannya erat menggenggam jarik yang membungkus tubuh mungil Intan. "Aku sudah terlalu lelah, Ai. Aku ingin memulai hidup baru. Izzam mengingatkanku pada semua kesalahan masa lalu, dan aku tidak mau terus hidup dalam penyesalan.""Tapi, Kak, ini bukan tentang kamu saja! Ini tentang Izzam! Dia masih kecil! Dia butuh ibunya! Kenapa anak-anak yang selalu menjadi korban keegoisan orang tua?""Harusnya kamu tanya pada Rio atau Erwin. Mereka berdua lelaki, tetapi gak berani tanggung jawab. Jangankan tanggung jawab, menampakkan barang hidungnya saja, tidak!"Bu Asma menghela napas berat. Tatapannya tajam mengarah pada Diana, seolah mencoba menembus benteng yang selama ini

    Last Updated : 2025-02-08

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   303. Masalah Pagi Hari

    Pagi itu seharusnya berjalan seperti biasa—sarapan bersama, mengantar Aris ke sekolah, dan Anton berangkat kerja. Namun, suasana rumah justru dipenuhi suara tangisan keras dari anak berusia lima tahun itu."Aku mau ke rumah Ibu!" Aris merengek sambil menarik ujung kausnya. Matanya yang sembab menunjukkan betapa kerasnya ia menangis sejak bangun tidur.Amel memijat keningnya, mencoba bersabar menghadapi rengekan anak sambungnya. Ia sudah berusaha menjadi ibu yang baik bagi Aris, tetapi setiap kali anak itu menyebut nama Luna, ada rasa kesal yang menggelitik perasaannya."Aris, Nak, kamu harus sekolah dulu. Setelah itu, kita lihat nanti," ujar Amel, berusaha menenangkan."Tidak! Aku mau ke rumah Ibu sekarang!" Aris berteriak.Amel menghembuskan napas panjang. "Aris, sudah cukup. Bunda tidak suka kalau kamu berteriak seperti itu. Sekarang bersiaplah untuk sekolah."Aris menggeleng keras. "Aku nggak mau sekolah! Aku mau ke rumah Ibu! Aku udah lama gak ketemu ibu, Bunda. Waktu itu ibu saki

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   302. Keberanian

    "Aini! Mama!" Dhuha refleks menangkap tubuh ibunya yang hampir jatuh ke lantai. Wajah Maria pucat, napasnya tersengal.Aini yang juga panik langsung berjongkok di samping suaminya. "Mas, kita harus bawa Mama ke rumah sakit!"Dhuha mengangguk cepat. Tanpa membuang waktu, ia mengangkat tubuh ibunya ke dalam gendongan. Aini berlari lebih dulu untuk menekan tombol lift.Saat pintu lift terbuka, mereka masuk dengan tergesa. Dhuha terus memegangi tubuh Maria yang lemas dalam dekapannya, sementara Aini mencoba menenangkan dirinya sendiri. Meski ia kesal dengan Maria, tapi bagaimanapun wanita itu adalah ibu mertuanya.Begitu sampai di basement, Dhuha langsung membawa Maria ke kursi belakang mobil. Aini dengan cepat masuk ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin."Aku yang nyetir, Mas. Kamu fokus ke Mama," ucap Aini cepat."Sayang, kamu gak papa?" Aini mengangguk cepat. Dhuha tak membantah. Ia terus mengecek denyut nadi dan suhu tubuh Maria. "Ma, bertahan, ya," bisiknya.Maria hanya mengerang

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   301. Jangan Ganggu Suamiku

    "Monic, kenapa suara kamu lemes gitu, Sayang? kamu sakit?""Iya, Tante, saya lagi sakit. Gak bisa bangun dari ranjang. Sayang bibik yang bisa nemenin di apartemen mendadak pulang kampung.""Ya, ampun, Sayang, kasihan sekali kamu. Berarti sekarang kamu sendirian?""Iya, Tante, uek! uek!""Ya ampun, b-begini, mungkin Tante akan ke sana minta dianter Dhuha.""Jangan, Tante, Tante masih sakit.""Tante udah enakan kok, kamu jangan sungkan."Suara lirih itu keluar dari ponsel Maria, membuat hatinya tergerak. Monic adalah gadis yang sangat ia harapkan menjadi menantu. Menikah dengan Dhuha, tetapi putranya malah memilih Aini, mantan istrinya. Maria keluar dari kamarnya. Dhuha baru saja selesai meeting melalui zoom karena hari ini ia WFA."Dhuha, kamu bisa antar Mama ke apartemen Monic? Dia sakit," pinta Maria kepada putra tunggalnya yang sedang duduk di ruang tamu, menikmati teh sore bersama Aini.Dhuha terdiam sejenak, menatap mamanya yang baru saja pulih dari sakitnya sendiri. "Ma, Mama ka

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   300. Pilih Aku atau Dia

    Anton terdiam, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tidak menyangka Amel akan berkata sejauh itu.“Amel, jangan seperti ini. Aku—”“Kamu pikir aku tidak serius?” potong Amel dengan suara dingin. “Aku sudah cukup bersabar, Mas. Aku sudah berusaha memahami. Tapi aku bukan wanita bodoh yang akan membiarkan suaminya terus terikat dengan masa lalunya.”Anton mengusap wajahnya, merasa buntu. Ia tahu Amel berhak marah, tapi bukan seperti ini caranya."Amel, aku mencintaimu. Aku nggak mau kehilanganmu," ucap Anton dengan nada putus asa.“Tapi kamu juga nggak bisa meninggalkan Luna, kan?” Amel mengejek. “Setiap dia butuh kamu, kamu selalu ada di sana. Kamu nggak pernah benar-benar melepaskan dia, Mas. Apa sebenarnya kamu masih punya perasaan dengannya?"Anton terdiam. Dalam hati, ia tahu ada kebenaran dalam ucapan Amel.Amel tidak menunggu lebih lama. Setelah menutup telepon, ia segera mengambil tas dan menyambar kunci mobilnya. Amarah membakar hatinya. Ia harus menyelesaikan ini,

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   299. Tanggung Jawab

    Amel masih terpaku dalam diam. Pikirannya terus berkecamuk, seolah ada dua suara yang beradu di kepalanya. Satu suara ingin mempercayai Anton, ingin mencoba memahami situasinya. Tapi suara lainnya terus meneriakkan ketakutan terbesar yang selalu berusaha ia abaikan—bahwa dirinya hanyalah pelarian, bahwa Anton akan kembali pada Luna, bahwa semua janji dan harapan yang ia bangun dengan Anton akan runtuh begitu saja.Hakim, yang masih duduk di sampingnya, menatap adiknya dengan penuh pemahaman. Ia mengerti apa yang dirasakan Amel, tapi ia juga tahu bahwa membiarkan rasa cemburu dan sakit hati menguasai pikiran hanya akan memperburuk keadaan."Kamu nggak bisa terus seperti ini, Mel," ucap Hakim lembut. "Kalau memang kamu sayang sama Anton, kalau kamu percaya sama dia, kamu harus bicara langsung. Tatap matanya, dengarkan penjelasannya. Jangan biarkan ketakutanmu merusak pernikahan kalian."Amel menghela napas panjang. "Mas nggak ngerti... Ini bukan cuma soal percaya atau nggak. Ini soal pe

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   298. Maju Kena, Mundur Kena.

    Anton menatap layar ponselnya yang kini gelap setelah Amel menutup telepon dengan kasar. Dadanya terasa sesak. Ia tahu Amel marah—bukan hanya marah, tapi juga kecewa dan merasa dikhianati. Namun, meninggalkan Luna dalam kondisi seperti ini? Itu bukan pilihan.Ia mendesah panjang, menatap Aris yang masih menunggu jawaban darinya. Mata polos anak itu dipenuhi kebingungan."Bapak,di perut Ibu beneran ada adiknya Aris, ya?"Anton menelan ludah. Ia berjongkok, menyamakan tinggi dengan putranya, lalu menggenggam tangan kecilnya dengan lembut."Iya, Nak," jawabnya pelan. "Ibu hamil, dan kamu akan punya adik." Ia terpaksa mengatakan hal ini pada Aris, karena putranya terlanjur mendengar ucapan dokter tadi. Aris terdiam, seakan mencoba memahami kata-kata ayahnya. Perlahan, ia menatap perut ibunya yang masih tertutup selimut."Adiknya Aris siapa?" tanyanya polos.Anton tersenyum tipis. "Kita belum tahu. Nanti kalau sudah lahir, baru bisa kita beri nama."Anak itu tampak berpikir sebentar sebel

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   297. Hati-hati dengan Mantan

    “Ibu, kok perut Ibu buncit? ada adiknya ya?”Luna yang sedang duduk di sofa, mengelus perutnya refleks, menatap anak lelakinya, Aris, dengan senyum tipis. Bocah lima tahun itu baru saja tiba di apartemennya untuk menghabiskan akhir pekan bersama. Namun, ketajaman mata anak sekecil itu ternyata bisa menangkap perubahan pada tubuhnya.“Ibu cuma kekenyangan, Sayang,” Luna berusaha mengelak, mengacak rambut Aris pelan.“Tapi perut Ibu gendut banget. Apa Ibu gemuk?,” protes Aris, mendekatkan wajahnya ke perut Luna, seakan ingin mendengar sesuatu dari dalam sana. “Apa ada adik di dalamnya?”Luna menelan ludah, menahan debar yang tiba-tiba memenuhi dadanya. Ia belum siap menghadapi pertanyaan seperti ini, apalagi dari Aris yang masih polos.“Aris, Ibu cuma makan kebanyakan tadi. Makanya perut Ibu begini,” katanya, mencoba terdengar santai.Namun, ekspresi Aris masih penuh selidik. Ia memiringkan kepala kecilnya, lalu mengangkat bahu. “Ya udah. Tapi kalau nanti Ibu perutnya makin sakit, bil

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   296. Tidak Perlu Menjadi Sempurna

    Aku mengambil piring dim sum yang diulurkan Pak Alex, uap panasnya masih mengepul, dan aroma jahe yang khas tercium samar. Hatiku masih berdebar dengan apa yang baru saja terjadi. Aku sudah menerima lamarannya di hadapan keluarganya, tapi aku masih butuh waktu untuk benar-benar menyesuaikan diri dengan semua ini.“Terima kasih, Pak,” ucapku pelan.Pak Alex tersenyum, lalu duduk di sebelahku di sofa ruang keluarga. Lampu temaram memberikan suasana hangat di ruangan ini. Dari kamar anak-anak, terdengar suara Intan yang bergumam dalam tidurnya. Aku tersenyum kecil, membayangkan bagaimana nanti kehidupanku akan berubah sepenuhnya setelah pernikahan ini.Malam ini pak Alex memutuskan untuk menginap di rumah bu Asma karena ingin menemani mamanya. Lagian, saudara masih pada asik bercakap-cakap. Tentu pak Alex tidak mungkin pulang begitu saja. Aku tersenyum melihat ke arah pintu masuk rumah besar bu Asma. Sebentar lagi, aku bukan hanya pengasuh cucunya, tapi aku akan menjadi menanti beliau .

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   295. Jika Dia Bahagia, maka Aku Pun Juga

    POV ZitaAku masih berdiri di ruang tamu, memandangi punggung Pak Alex yang baru saja masuk ke kamar setelah pembicaraan kami. Hatiku masih berdebar kencang, seakan tak percaya dengan keputusan yang baru saja aku ambil.Menikah lagi.Itu adalah sesuatu yang tidak pernah aku pikirkan sejak pernikahan pertamaku berakhir dengan begitu banyak luka. Aku sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak terjebak dalam hubungan yang bisa menyakitiku lagi. Aku ingin hidup tenang, cukup dengan pekerjaanku dan anak-anak Pak Alex yang sudah seperti keluarga bagiku.Tapi Pak Alex…Dia datang dengan tawaran yang berbeda. Bukan dengan janji-janji manis, bukan dengan rayuan. Hanya dengan kejujuran dan rasa tanggung jawab yang bisa aku lihat dari caranya memperlakukan anak-anaknya.Aku kembali duduk di sofa, menatap ke arah tanganku yang saling menggenggam.Apakah aku melakukan kesalahan?Aku menggeleng pelan, mencoba menepis keraguan yang mulai mengusik. Aku sudah memikirkannya selama berhari-hari. Aku s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status