Setelah berkendara sejenak dari kota Roma, pasangan itu pun sampai di kota Milan. Hingar bingar musik techno DJ membahana di night club Farfalla Notturna. Lampu disko berpendar warna-warni ke segala arah menambah semarak suasana tempat hiburan malam yang terpopuler di masa itu. Lautan muda-mudi dan juga pasangan dewasa dari berbagai negara tumpah ruah di lantai dansa."Wow, ramai sekali di sini, Hubby!" seru Eva Xin duduk di kursi tinggi meja bartender bersebelahan dengan Jason. "Tempat ini salah satu dari yang terbaik untuk clubbing di Italia menurut rekomendasi traveller. Tentu saja kita harus mengunjunginya, Sayang!" balas Jason mendekatkan bibirnya ke telinga Eva Xin dari pada berteriak-teriak mengalahkan hentakan irama musik yang berisik.Mereka telah melepaskan topeng semenjak keluar dari tempat pesta. Penampilan Eva begitu cantik tak kalah dari perempuan-perempuan bule yang berjoget di night club, Jason sesekali memandangi Eva penuh minat. Dia justru berbeda dengan kakak kemb
"Apa kaca mata hitamku yang baru nampak bagus bila kupakai, Hubby?" Eva Xin berpose centil di hadapan Jason ketika mereka sedang berkencan di sebuah cafe terkenal di alun-alun kota Milan.Jason tertawa renyah memerhatikan Eva yang tak ubahnya bagaikan seorang perempuan muda Italia. Garis wajah wanita itu memang seperti seorang fotomodel, tirus dengan tulang pipi tinggi dan hidung mancung. Rambutnya yang diwarnai cokelat muda keemasan berkilau tertimpa sinar lampu chandelier."Molto bella, signorina!" puji Jason Cheng dengan bahasa Italia yang artinya sangat cantik, Nona.Senyuman secerah mentari yang menghiasi wajah Eva Xin mendadak bak tertutupi awan mendung. Dia melihat sesuatu yang tak sepantasnya tanpa disengaja. Jason tidak segera menyadarinya karena sedang berbicara dengan waitress yang mengirimkan bill makan siang mereka.Di balik kaca mata hitam fashionable yang dikenakannya, Eva melihat pria berwajah mirip bak pinang dibelah dua dengan suaminya memasuki Cafe Vivace Italiano.
"Tuan Besar Cheng, Anda mendapat kunjungan dari Tuan Besar Xin. Apa beliau diperkenankan masuk ke mari?" Asisten pribadi Tuan Winston Cheng menghadap di ruangan presdir kantor pusat Grup Cheng Yi East Star yang ada di jantung China Town, New York."Biarkan dia masuk, Marlon!" jawab ayah Joshua dan Jason sembari menyelesaikan dokumen yang harus dia tanda tangani pagi ini.Dengan langkah kaki lebar Edmund Xin menghampiri meja kerja besannya dan segera disambut ramah oleh Tuan Winston Cheng. "Selamat datang, Besan! Ada angin apa kok pagi-pagi begini sudah singgah di kantorku?" sapa pria berusia lebih dari setengah abad tersebut seraya berjabat tangan dan bertukar pelukan hangat.Ayah Eva Xin itu sebenarnya enggan menanggapi keramahan tak penting dari besannya. Dia sudah terlampau kesal dengan perkembangan situasi terakhir pernikahan putri kesayangannya bersama Joshua Cheng."Silakan duduk di sofa!" ajak Tuan Winston Cheng lalu dia meminta asistennya, Marlon Chow menyajikan teh hangat unt
"Hai, Darling. Senang mengetahui kau bergabung lagi ke pestaku!" sambut seorang pria bule jangkung berotot dengan cambang tebal kecoklatan di atas yacht mewah berkapasitas ratusan penumpang.Felicia Rosa yang berjalan menghampiri Pierre Luthtensen bersama Joshua Cheng pun memberikan pelukan dan ciuman ke pria berdarah Perancis yang menjadi tuan rumah pesta tak biasa itu."Hai, Pierre. Kau semakin tampan saja! Tentu saja aku tak ingin melewatkan kesempatan menggiurkan darimu. Kita harus bermain bersama nanti ya!" Felicia Rosa mengerling genit kepada teman lamanya asal Paris tersebut."Baiklah, aku akan menantikannya. Bersenang-senanglah dulu sementara menunggu kawan-kawan lainnya!" sahut Pierre sembari menatap ke arah Joshua Cheng lalu mengulurkan tangan kanannya untuk berkenalan, "apa kau pacar barunya Feli?" "Hai, Pierre. Ya, bisa dibilang begitu. Namaku Joshua Cheng dari New York!" jawab Joshua memperkenalkan dirinya seraya menjabat tangan pria gagah itu."Ohh, keren. Persiapkan di
"Hentikan ... sakitt ... aakkh ... tidak!" rintihan disertai kata-kata penolakan dari seorang wanita yang suaranya familiar di telinga Joshua terdengar di geladak kapal pesiar tempat pesta seks digelar semalaman.Joshua mencari-cari sumber suara tersebut dengan mengedarkan pandangannya ke sekeliling geladak yang mulai sepi. Pria dan wanita dalam kondisi telanjang tergeletak di berbagai titik, bisa jadi kelelahan berhubungan seks tebak Joshua karena dia pun nyaris melewati batas kemampuannya di kabin tadi."Sir, aaww ... aku tak sanggup lagi ... lepaskan ... aahh ... aahh ... aakkh!" Suara itu muncul lagi seperti kehabisan tenaga, tetapi dipaksa melayani hasrat lelaki.Akhirnya, Joshua menemukannya di tepi kolam renang. Felicia Rosa sedang disetubuhi paksa oleh seorang pria berkulit gelap yang badannya berukuran lebih dari dua kali lipat wanita itu"FELI! LEPASKAN WANITA ITU, TUAN!" teriak Joshua panik melihat kondisi partnernya ditindih oleh pria yang tak dia kenal.Jermaine Malone me
Dengan bantuan kepala pengawalnya, Kenneth Lau, segala persiapan pernikahan sakral di sebuah khatedral besar di kota Roma berhasil diselesaikan. Sekitar pukul 08.00 waktu setempat, dentingan piano bergema memainkan sebuah lagu Ave Maria di ruangan bergaya Rococo beratap kubah tinggi berhias kaca patri warna-warni di jendela ventilasinya.Oliver Jason Cheng melangkah dengan postur tegap menggandeng calon mempelainya menuju ke altar. Tak ada orang tuanya maupun orang tua Eva Marilyn Xin yang hadir di momen bahagia tersebut. Dia mengambil keputusan berani dengan menikahi wanita yang seharusnya menjadi kakak iparnya. Pastor Jonathan Bruckenheimer yang melayankan sakramen kudus itu untuk Jason dan Eva disaksikan para pelayan ibadat bersama para pengawal Jason. "Aku Oliver Jason Cheng di hadapan Tuhan dan jemaatnya mengambilmu Eva Marilyn Xin sebagai istri pilihanku. Aku akan menjadi pendampingmu yang setia dalam sehat maupun sakit, kesenangan maupun kesedihan, miskin maupun kaya hingga m
Seusai berbulan madu di Positano, Italia, pasangan Jason dan Eva kembali ke Pulau K. Kedatangan mereka disambut dengan sangat meriah oleh para pelayan rumah yang tak terhitung jumlahnya. "Selamat datang, Tuan dan Nyonya Cheng. Apa ada yang perlu kami siapkan untuk Anda?" sambut Joel Yi, tangan kanan kepercayaan Jason di ruang tengah hunian mewah nan luas milik majikannya."Terima kasih, Joel. Kurasa kami hanya ingin disiapkan makan siang saja sebelum beristirahat. Perjalanan dari Italia ke mari terlalu melelahkan, aku baru akan mulai bekerja besok pagi," jawab Jason sambil merangkul bahu istrinya. Tatapan mata para karyawatinya nampak mengagumi penampilan baru Eva Xin. Memang tak banyak yang mewarnai rambut di Pulau K seperti itu. Dan Jason merasa bangga bahwa wanita kesayangannya menjadi primadona di rumah ini."Baik, Tuan Muda. Chef Edwin Lin akan segera memasak menu istimewa kesukaan Anda!" Joel Yi segera memberi kode ke bawahannya untuk memberi tahu chef yang melayani Jason agar
"Feli, kau sudah siuman! Syukurlah. Bagaimana keadaanmu, apa masih terasa sakit kelaminmu?" ujar Joshua yang menemani Felicia Rosa di ruang perawatan VIP Rumah Sakit Bichat Claude Bernard.Wanita Italia itu terbatuk-batuk karena tenggorokannya kering. Maka Joshua membantunya mengambilkan segelas air putih. Setelah Felicia Rosa tenang, dia lalu berkata, "Aku sudah mendingan. Terima kasih sudah menolongku keluar dari tempat pesta seks itu, Josh. Kupikir aku akan mati di kapal pesiar kemarin!""Pria-pria itu keterlaluan! Kuharap kau bisa segera sembuh, Feli. Mungkin aku harus berpamitan kepadamu. Keluarga Giovani akan segera tiba di sini juga. Aku sudah memberi kabar bahwa kamu masuk ke rumah sakit ini kemarin pagi," ujar Joshua tak ingin untuk banyak membuang waktu di Perancis. Dia ingin segera kembali ke New York dan mencari Eva lagi."Hmm ... kau ingin meninggalkanku selamanya, Josh?" sahut Felicia Rosa mengetahui keengganan pria oriental itu untuk menemaninya.Joshua tak ingin member