"Jossshh ... aahh!" desahan kencang Felicia Rosa di kamar berAC itu membuat partner ranjangnya semakin bersemangat menggempur liang hangatnya yang telah meluap beberapa kali. "Felii, kau sangat nikmat. Aku tak ingin berhenti menyentuhmu!" ucap Joshua Cheng sembari terus mencumbu tubuh molek telanjang di bawah gugusan otot padatnya. Dia benar-benar lupa daratan ketika bersama dengan wanita Italia berdarah panas itu.Sepasang betis ramping itu terangkat ke bahu Joshua dan membuat batang keperkasaannya tertancap semakin dalam. Felicia Rosa sudah terbiasa menjalani one-night-stand dengan berbagai pria di setiap tempat dia melancong berfoya-foya menghamburkan harta kekayaan papanya. Tubuh ramping itu dibalik oleh Joshua hingga berlutut memunggunginya, dia masih ingin menunggangi kuda binal dari Italia yang sama tinggi gairahnya. Peluh mereka bercampur menjadi satu dan membuat kulit licin. Joshua mendekap erat Felicia sembari menghentak kuat dan cepat."Ough ... faster ... faster, Josh. A
Setelah berkendara sejenak dari kota Roma, pasangan itu pun sampai di kota Milan. Hingar bingar musik techno DJ membahana di night club Farfalla Notturna. Lampu disko berpendar warna-warni ke segala arah menambah semarak suasana tempat hiburan malam yang terpopuler di masa itu. Lautan muda-mudi dan juga pasangan dewasa dari berbagai negara tumpah ruah di lantai dansa."Wow, ramai sekali di sini, Hubby!" seru Eva Xin duduk di kursi tinggi meja bartender bersebelahan dengan Jason. "Tempat ini salah satu dari yang terbaik untuk clubbing di Italia menurut rekomendasi traveller. Tentu saja kita harus mengunjunginya, Sayang!" balas Jason mendekatkan bibirnya ke telinga Eva Xin dari pada berteriak-teriak mengalahkan hentakan irama musik yang berisik.Mereka telah melepaskan topeng semenjak keluar dari tempat pesta. Penampilan Eva begitu cantik tak kalah dari perempuan-perempuan bule yang berjoget di night club, Jason sesekali memandangi Eva penuh minat. Dia justru berbeda dengan kakak kemb
"Apa kaca mata hitamku yang baru nampak bagus bila kupakai, Hubby?" Eva Xin berpose centil di hadapan Jason ketika mereka sedang berkencan di sebuah cafe terkenal di alun-alun kota Milan.Jason tertawa renyah memerhatikan Eva yang tak ubahnya bagaikan seorang perempuan muda Italia. Garis wajah wanita itu memang seperti seorang fotomodel, tirus dengan tulang pipi tinggi dan hidung mancung. Rambutnya yang diwarnai cokelat muda keemasan berkilau tertimpa sinar lampu chandelier."Molto bella, signorina!" puji Jason Cheng dengan bahasa Italia yang artinya sangat cantik, Nona.Senyuman secerah mentari yang menghiasi wajah Eva Xin mendadak bak tertutupi awan mendung. Dia melihat sesuatu yang tak sepantasnya tanpa disengaja. Jason tidak segera menyadarinya karena sedang berbicara dengan waitress yang mengirimkan bill makan siang mereka.Di balik kaca mata hitam fashionable yang dikenakannya, Eva melihat pria berwajah mirip bak pinang dibelah dua dengan suaminya memasuki Cafe Vivace Italiano.
"Tuan Besar Cheng, Anda mendapat kunjungan dari Tuan Besar Xin. Apa beliau diperkenankan masuk ke mari?" Asisten pribadi Tuan Winston Cheng menghadap di ruangan presdir kantor pusat Grup Cheng Yi East Star yang ada di jantung China Town, New York."Biarkan dia masuk, Marlon!" jawab ayah Joshua dan Jason sembari menyelesaikan dokumen yang harus dia tanda tangani pagi ini.Dengan langkah kaki lebar Edmund Xin menghampiri meja kerja besannya dan segera disambut ramah oleh Tuan Winston Cheng. "Selamat datang, Besan! Ada angin apa kok pagi-pagi begini sudah singgah di kantorku?" sapa pria berusia lebih dari setengah abad tersebut seraya berjabat tangan dan bertukar pelukan hangat.Ayah Eva Xin itu sebenarnya enggan menanggapi keramahan tak penting dari besannya. Dia sudah terlampau kesal dengan perkembangan situasi terakhir pernikahan putri kesayangannya bersama Joshua Cheng."Silakan duduk di sofa!" ajak Tuan Winston Cheng lalu dia meminta asistennya, Marlon Chow menyajikan teh hangat unt
"Hai, Darling. Senang mengetahui kau bergabung lagi ke pestaku!" sambut seorang pria bule jangkung berotot dengan cambang tebal kecoklatan di atas yacht mewah berkapasitas ratusan penumpang.Felicia Rosa yang berjalan menghampiri Pierre Luthtensen bersama Joshua Cheng pun memberikan pelukan dan ciuman ke pria berdarah Perancis yang menjadi tuan rumah pesta tak biasa itu."Hai, Pierre. Kau semakin tampan saja! Tentu saja aku tak ingin melewatkan kesempatan menggiurkan darimu. Kita harus bermain bersama nanti ya!" Felicia Rosa mengerling genit kepada teman lamanya asal Paris tersebut."Baiklah, aku akan menantikannya. Bersenang-senanglah dulu sementara menunggu kawan-kawan lainnya!" sahut Pierre sembari menatap ke arah Joshua Cheng lalu mengulurkan tangan kanannya untuk berkenalan, "apa kau pacar barunya Feli?" "Hai, Pierre. Ya, bisa dibilang begitu. Namaku Joshua Cheng dari New York!" jawab Joshua memperkenalkan dirinya seraya menjabat tangan pria gagah itu."Ohh, keren. Persiapkan di
"Hentikan ... sakitt ... aakkh ... tidak!" rintihan disertai kata-kata penolakan dari seorang wanita yang suaranya familiar di telinga Joshua terdengar di geladak kapal pesiar tempat pesta seks digelar semalaman.Joshua mencari-cari sumber suara tersebut dengan mengedarkan pandangannya ke sekeliling geladak yang mulai sepi. Pria dan wanita dalam kondisi telanjang tergeletak di berbagai titik, bisa jadi kelelahan berhubungan seks tebak Joshua karena dia pun nyaris melewati batas kemampuannya di kabin tadi."Sir, aaww ... aku tak sanggup lagi ... lepaskan ... aahh ... aahh ... aakkh!" Suara itu muncul lagi seperti kehabisan tenaga, tetapi dipaksa melayani hasrat lelaki.Akhirnya, Joshua menemukannya di tepi kolam renang. Felicia Rosa sedang disetubuhi paksa oleh seorang pria berkulit gelap yang badannya berukuran lebih dari dua kali lipat wanita itu"FELI! LEPASKAN WANITA ITU, TUAN!" teriak Joshua panik melihat kondisi partnernya ditindih oleh pria yang tak dia kenal.Jermaine Malone me
Dengan bantuan kepala pengawalnya, Kenneth Lau, segala persiapan pernikahan sakral di sebuah khatedral besar di kota Roma berhasil diselesaikan. Sekitar pukul 08.00 waktu setempat, dentingan piano bergema memainkan sebuah lagu Ave Maria di ruangan bergaya Rococo beratap kubah tinggi berhias kaca patri warna-warni di jendela ventilasinya.Oliver Jason Cheng melangkah dengan postur tegap menggandeng calon mempelainya menuju ke altar. Tak ada orang tuanya maupun orang tua Eva Marilyn Xin yang hadir di momen bahagia tersebut. Dia mengambil keputusan berani dengan menikahi wanita yang seharusnya menjadi kakak iparnya. Pastor Jonathan Bruckenheimer yang melayankan sakramen kudus itu untuk Jason dan Eva disaksikan para pelayan ibadat bersama para pengawal Jason. "Aku Oliver Jason Cheng di hadapan Tuhan dan jemaatnya mengambilmu Eva Marilyn Xin sebagai istri pilihanku. Aku akan menjadi pendampingmu yang setia dalam sehat maupun sakit, kesenangan maupun kesedihan, miskin maupun kaya hingga m
Seusai berbulan madu di Positano, Italia, pasangan Jason dan Eva kembali ke Pulau K. Kedatangan mereka disambut dengan sangat meriah oleh para pelayan rumah yang tak terhitung jumlahnya. "Selamat datang, Tuan dan Nyonya Cheng. Apa ada yang perlu kami siapkan untuk Anda?" sambut Joel Yi, tangan kanan kepercayaan Jason di ruang tengah hunian mewah nan luas milik majikannya."Terima kasih, Joel. Kurasa kami hanya ingin disiapkan makan siang saja sebelum beristirahat. Perjalanan dari Italia ke mari terlalu melelahkan, aku baru akan mulai bekerja besok pagi," jawab Jason sambil merangkul bahu istrinya. Tatapan mata para karyawatinya nampak mengagumi penampilan baru Eva Xin. Memang tak banyak yang mewarnai rambut di Pulau K seperti itu. Dan Jason merasa bangga bahwa wanita kesayangannya menjadi primadona di rumah ini."Baik, Tuan Muda. Chef Edwin Lin akan segera memasak menu istimewa kesukaan Anda!" Joel Yi segera memberi kode ke bawahannya untuk memberi tahu chef yang melayani Jason agar
Tahun-tahun hukuman pidana yang dijalani Welson Liu sama sekali tidak menyeramkan, sekalipun kehidupan dalam penjara itu keras dan menuntut kehati-hatian bersikap serta bertindak. Welson tahu kapan dia harus mengalah sekalipun ditindas penjahat yang menjadi penguasa penjara demi keselamatannya sendiri. Tak jarang dia dihajar hingga memar dan berdarah-darah oleh narapidana lain yang tidak menyukainya. Namun, sipir penjara baik dan menolongnya hingga lama kelamaan dia menjadi tahanan senior. Dia lebih dihargai oleh rekan-rekan satu penjara lain di Wyoming tersebut. Di sana Welson Liu belajar menjadi sosok preman sekalipun tadinya dia seorang tuan muda konglomerat."Welson Liu, ada yang membesukmu. Cepatlah keluar!" seru penjaga penjara di depan pintu sel tahanan sambil membuka kunci gembok.Wajah pria bercambang subur itu terhiasi oleh senyum bahagia. Ini adalah akhir pekan, dia sudah hapal bahwa istri dan anaknya pasti mengunjunginya di Wyoming Correctional Facility. Welson melangkah
"Vonis persidangan Tuan Welson Albertus Liu melawan negara dalam kasus percobaan pembunuhan Tuan Oliver Jason Cheng telah diputuskan yaitu sanksi pidana selama tujuh tahun di Wyoming Correctional Facility, Negara Bagian New York. Demikian putusan dari Hakim Ulysses Malcom!" "TOK TOK TOK!" Palu hakim diketok tiga kali mengakhiri kasus percobaan pembunuhan terhadap Jason Cheng yang merengut nyawa pengemudi mobil.Seisi ruang pengadilan negara bagian New York sontak riuh, pihak keluarga Liu merasakan kesedihan yang mendalam. Sedangkan, keluarga Cheng dan keluarga Xin merasa puas dengan hasil vonis sidang yang baru saja diputuskan oleh hakim.Awak media heboh meliput kasus yang menjadi pusat perhatian publik karena melibatkan dua grup konglomerasi terkaya di China Town. Lampu blitz kamera berkilat-kilat mengabadikan peristiwa tak terlupakan dalam sejarah kelam persaingan bisnis tycoon asal China yang berdarah tersebut.Brenda Yin sambil menggendong Shawn menghentikan rombongan polisi yan
"Ohh ... Mister Jason Cheng!" seru Suster Angelina Collins yang baru saja selesai menyuntikkan obat di pembuluh nadi pasien ICU itu.Jason merasakan sakit yang hebat di bagian kepalanya hingga seperti mau pecah saja, pandangannya masih berputar-putar melihat langit-langit putih di ruang perawatannya. Dia bergumam, "Ugh ... tolong, pusing—" Segera saja perawat berusia awal tiga puluh tahun itu berlari memanggil Dokter Russell Octario di ruangan praktiknya. Kemudian dokter asal Mexico itu bergegas masuk ke ruang ICU untuk memeriksa kondisi pasiennya yang tadinya tak sadar."Apa Anda bisa mendengar kata-kata saya, Sir?" tanya Dokter Russell sambil memeriksa fungsi organ vital Jason dengan stetoskop. "Ya, Dok. Kepala saya sakit sekali dan rasanya berputar-putar!" jawab Jason dengan lemas.Dokter Russell berkata, "Segalanya akan baik-baik saja, dengan kembali sadar, itu sudah sangat bagus. Kami tetap monitor kondisi Anda dan berikan perawatan intensif hingga nanti pulih. Tolong jangan ba
"APA?!" Joshua berteriak seakan tak percaya ketika Arthur Devlinski melaporkan kecelakaan yang menimpa Jason sekeluarga di jembatan tol layang saat berangkat ke Bandara John F. Kennedy tadi pagi."Temani aku ke rumah sakit sekarang, Lucas!" ujar Joshua kepada asisten pribadinya seraya bergegas keluar dari ruangan presdir mall. Jantungnya serasa dipukul kencang, ini kabar buruk yang tak terduga. Joshua diikuti oleh beberapa pengawalnya turun dengan lift. Sebuah mobil sedan telah menunggu di depan pintu lobi utama mall, sopir segera melajukan kendaraan ke rumah sakit. Di dalam mobilnya Joshua menghubungi kepala sekuriti rumah dan mall untuk memeriksa rekaman kamera CCTV di mana mobil yang dipakai Jason dan mengalami kecelakaan itu terparkir sejak kemarin. Tak ada yang nampak kebetulan karena sopir keluarga Cheng yang mengantarkan Jason sekeluarga itu telah melayani selama belasan tahun. Pria paruh baya itu sangat hati-hati bila menyetir mobil, pasti ada yang salah dengan mesin mobilny
"Jason, bisakah kau berkompetisi dengan sportif? Aku memintamu untuk menyalakan listrik mall waktu itu, kenapa masih saja ada gangguan listrik hingga hari ini?" cecar Welson Liu di kantor Jason Cheng.Mendengar protes Welson Liu, tentu saja Jason hanya bisa tertawa. Dia pun menjawab, "Kurasa itu sama sekali bukan karena perbuatanku, tak ada buktinya juga kalau aku yang mengakali aliran listrik mall Grup Liu Dao. Itu hanya sekadar asumsimu saja, Sir!" Joshua pun menimpali dengan kebingungan bercampur kesal di sebelah sofa adiknya, "Seharusnya kau tanyakan ke teknisi PLN, kenapa malah ke Jason? Dia bukan insinyur listrik, dia ini CEO!" Namun, Welson Liu berdecak kesal. "Kau tidak tahu apa-apa, Joshua. Diamlah!" Kemudian dia berkata lagi kepada Jason, "katakan apa syarat darimu agar mallku kembali normal!" "Maaf, aku tak butuh apa pun darimu, Tuan Muda Liu. Aku hanya mengurusi mall Grup Cheng Yi East Star dan nampaknya usahaku sudah cukup berhasil. Lusa aku akan kembali menyerahkan ma
"Master Welson, listrik di mall sudah menyala!" lapor Julius Ma dengan penuh semangat di kantor hotel bosnya.Welson Liu tertawa pongah mendengar berita baik itu, dia berpikir masalahnya telah berakhir. Dia lalu bangkit dari kursi presdir lalu bergegas meninggalkan ruangan untuk meninjau langsung situasi mall pasca delapan hari tutup.Sayangnya bagian sayur dan buah segar mengalami pembusukan akibat lama tanpa pendingin. Lantai juga kotor karena tak ada cleaning service yang bekerja dalam kondisi gelap gulita sepanjang hari."Julius, suruh bagian cleaning service membersihkan semua bagian dalam mall ini! Kita masih belum bisa buka dan menerima pengunjung dalam kondisi berantakan begini!" seru Welson Liu frustasi sembari berkacak pinggang."Tentu, Sir. Segera saya suruh mereka membereskan kekacauan mall!" sahut Julius Ma sigap. Dia segera menelepon kepala bagian kebersihan mall.Dalam waktu kurang dari 24 jam, semua lantai dan dinding mall telah bersih sempurna. Welson Liu pun menyuruh
"Selamat datang, Jason Cheng!" sambut Welson Liu dengan kedua tangan terbuka lalu memeluk tamu kehormatannya."Hmm ... tak usah berbasa basi, Tuan Muda Liu. Kau memiliki apa yang sedang aku cari, bukan? Serahkan kembali Ares kepadaku sebelum aku membawa kasus penculikan anak di bawah umur ini ke jalur hukum!" balas Jason dengan tatapan mata dingin berbahaya.Tawa Welson Liu bergema di ruangan CEO hotel bintang lima itu. Dia mengajak Jason duduk bersamanya di sofa berlapis kulit licin warna hitam. "Kenapa begitu keras kepadaku, Jason? Kita bisa membicarakan ini baik-baik, anakmu itu aman di tempatku. Dia sedang menghabiskan waktu bersama Bibi Brenda Yin!" bujuknya dengan persuasif."Brenda?" Alis Jason berkerut. Wanita itu pernah menjadi bibinya Ares karena menikah dengan Joshua dulu. "Hmm ... baiklah, apa maumu?" lanjut Jason tak ingin bertele-tele dan membuat istrinya cemas berkepanjangan."Nyalakan aliran listrik mallku, kamu pun sudah mendengar permintaanku kemarin, Jason!" jawab W
Brenda Yin yang disuruh menemani keponakannya oleh Welson Liu menunggui hingga Ares siuman dari efek Chloroform di salah satu kamar hotel milik pria itu. Sedangkan, pelayan remaja yang menemani Ares yaitu Lena Chia telah siuman dan duduk di sofa berhadapan dengannya."Bibi—" panggil Ares yang baru tersadar dan duduk di atas ranjang king size. Dia mengedarkan pandangan berkabutnya ke sekeliling ruangan luas nan mewah itu sembari mengucek-ngucek matanya.Kedua wanita berbeda usia itu bergegas menghampiri Ares. Karena takut kepada Brenda Yin, pelayan berusia remaja itu hanya terdiam dan duduk di tepi ranjang menunggu bocah yang diasuhnya bertanya."Lho, Bibi Brenda kok bisa ada di sini? Emm ... ini di mana ya?" tanya Ares polos seraya menatap wajah Brenda Yin yang agak kebingungan menghadapi bocah kecil itu."Ares Sayang, kita di hotel. Apa kamu lapar? Bibi Brenda pesankan makanan enak ya? Sebentar!" jawab wanita cantik itu dengan ramah. Dia tahu itu putra Jason Cheng dan wajah bocah itu
Kantor kerja pria itu telah pindah ke tempat managemen Hotel Honeymoon in New York. Situasi di Mall Golden Lotus masih gelap gulita seminggu ini. Para suplier membatalkan perjanjian promosi potongan harga besar, penyewa lapak di mall meneror setiap hari menuntut ganti rugi akibat bisnis mereka terhenti. Itu membuat Welson Liu mengambil sebuah langkah yang sedikit berbahaya untuk mengamankan bisnisnya agar tidak jatuh pailit."Apa kau sudah mengatur yang kuperintahkan kemarin, Julius?" tanya Welson Liu dari kursi kebesarannya. "Sudah, Master Welson. Saya sudah mengirim beberapa anak buah untuk mengawasi kediaman Cheng. Kita tunggu saja kesempatan itu tiba!" jawab Julius Ma yang selalu dapat diandalkan.Sementara itu beberapa bodyguard Welson mengintai di dalam mobil Land Rover yang terparkir tak jauh dari kediaman Cheng. Mereka menunggu target mereka keluar dari pintu gerbang untuk diculik.Kesabaran mereka membuahkan hasil, setelah jam makan siang bocah balita yang penuh semangat itu